Kenapa sekarang ini para pelawak
dijadikan tontonan bahkan andalan? Padahal di dalam Islam, para pelawak
itu adalah termasuk jenis orang yang dikecam oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan berkali-kali dinyatakan celakah baginya, celakalah baginya…
عن بَهْزُ بْنُ حَكِيمٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ بِالْحَدِيثِ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ فَيَكْذِبُ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ (الترمذي وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ)
Dari Bahz bin Hakim, bahwa bapaknya telah bercerita kepadanya dari kakeknya, ia berkata, aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Celakalah bagi orang yang berbicara dengan satu pembicaraan agar
menjadikan tertawanya kaum, maka ia berdusta, celakalah baginya,
celakalah baginya.” (HR At-Tirmidzi, hadits hasan).
Dalam Kitab Tuhfatul Ahwadzi syarah
At-Tirmidzi dijelaskan, bercandanya Nabi hanyalah benar dan tidak
menyakiti hati serta tak keterusan. Sedangkan lawak, maka Syaikh
Al-Mubarakafuri mengecamnya sebagai berikut:
فَإِنْ كُنْت أَيُّهَا السَّامِعُ تَقْتَصِرُ عَلَيْهِ أَحْيَانًا وَعَلَى النُّدُورِ فَلَا حَرَجَ عَلَيْك . وَلَكِنْ مِنْ الْغَلَطِ الْعَظِيمِ أَنْ يَتَّخِذَ الْإِنْسَانُ الْمِزَاحَ حِرْفَةً , وَيُوَاظِبَ عَلَيْهِ وَيُفْرِطَ فِيهِ ثُمَّ يَتَمَسَّكُ بِفِعْلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , فَهُوَ كَمَنْ يَدُورُ مَعَ الزُّنُوجِ أَبَدًا لِيَنْظُرَ إِلَى رَقْصِهِمْ , وَيَتَمَسَّكُ بِأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذِنَ لِعَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فِي النَّظَرِ إِلَيْهِمْ وَهُمْ يَلْعَبُونَ ( وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ ) كَرَّرَهُ إِيذَانًا بِشِدَّةِ هَلَكَتِهِ , وَذَلِكَ لِأَنَّ الْكَذِبَ وَحْدَهُ رَأْسُ كُلِّ مَذْمُومٍ وَجِمَاعُ كُلِّ شَرٍّ .
Maka apabila engkau wahai pendengar
membatasi candaan sesuai dengan yang dialami Nabi saw dan hanya
kadang-kadang secara jarang maka tidak apa-apa. Tetapi menjadi salah besar apabila
seseorang menjadikan candaan/ lelucon itu sebagai profesi/ pekerjaan
(seperti pelawak, pen), dan menekuninya dan keterusan dengannya,
kemudian (berdalih) memegangi perbuatan Rasulullah , maka itu seperti
orang yang mengitari Zunuj (satu masyarakat dari Sudan) terus-terusan
untuk melihat jogetnya dengan berdalih bahwa Nabi saw mengizinkan Aisyah
ra melihat mereka (zunuj) yang sedang bermain. Celakalah baginya, celakalah baginya;
kata-kata ini diulang-ulang (oleh Nabi saw) menunjukkan sangat keras
kerusakannya. Hal itu karena bohong itu sendiri adalah pangkal segala
yang tercela dan pusat segala keburukan. (Al-Mubarakafuri, Tuhfatul
Ahwadzi, Syarah Jami’ At-Tirmidzi, juz 6 halaman 498 المباركفوري). – (ج 6
/ ص 498 ], الكتاب : تحفة الأحوذي بشرح جامع الترمذي)
Bahaya lawakan itupun sudah dikemukakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan melarang kita untuk banyak tertawa, karena akan mematikan hati:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُكْثِرُوا الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ (ابن ماجة إِسْنَاده صَحِيح رِجَاله ثِقَات)
Riwayat dari Abi Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Janganlah kamu sekalian banyak tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati. (HR Ibnu Majah, sanadnya shahih, rijalnya kuat).
As-Sindi dalam Kitab Syarah Sunan Ibnu
Majah menjelaskan, “mematikan hati” itu maksudnya menjadikannya keras,
tidak terpengaruh oleh nasihat-nasihat sebagaimana mayit.
Imam Ibnu Hajar menjelaskan dalam Fathul
Bari dalam bab tersenyum dan tertawa, bahwa yang tampak dari kumpulan
hadits-hadits bahwa Nabi keadaannya yang paling banyak tidak lebih
dari tersenyum, dan barangkali lebih dari itu adalah tertawa. Dan yang
dibenci hanyalah banyaknya tertawa atau kelewatan dengannya, karena hal
itu menghilangkan sopan santun.
Imam Bukhari dalam kitabnya Adabul Mufrad dan Ibnu Majah mengemukakan hadits Rasulullah dari Abu Hurairah: . Janganlah kamu sekalian banyak tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati.
sumber ustadz Hartono Ahmad Jaiz
sumber ustadz Hartono Ahmad Jaiz
Posting Komentar Blogger Facebook