siapakah uzair?

<h2><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhCmuYjdEld9xRa38IQMnyCBgSLmRFdjoi2hDCjnV96i7B4xL0KKjimoTtzw4U1EFla5YY1d0i2qzJyTdN_81hjBk4AC2bUlGO75rILS4RoS6nvpL72HyndTJQSeAWKrlohAsMi4-U3cFu-22Lw7OkIs16tiWSY3-iBr9eJHUnee_lVXD4tvZ23ahXRuBE" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhCmuYjdEld9xRa38IQMnyCBgSLmRFdjoi2hDCjnV96i7B4xL0KKjimoTtzw4U1EFla5YY1d0i2qzJyTdN_81hjBk4AC2bUlGO75rILS4RoS6nvpL72HyndTJQSeAWKrlohAsMi4-U3cFu-22Lw7OkIs16tiWSY3-iBr9eJHUnee_lVXD4tvZ23ahXRuBE" width="400"> </a> </div><br></h2><p><em>Saya sering mendengar nama Uzair. Katanya, itu orang soleh di kalangan Bani Israil. Apa itu benar?</em></p><p>Jawab:</p><p><em>Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,</em></p><p>Nama Uzair Allah sebutkan dalam al-Quran ketika Allah menceritakan klaim orang yahudi yang menyatakan bahwa Uzair anak Allah – maha suci Allah dari perkataan mereka –.</p><p class="arab">وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ</p><p><em>“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah”. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.”</em> (QS. at-Taubah: 30).</p><p>Bagaimana ceritanya, sehingga mereka menyebut Uzair sebagai anak Allah?..</p><p>Ada banyak versi tentang ini. Yang intinya, Yahudi menyebut Uzair anak Allah, karena Uzair adalah satu-satunya orang yang hafal taurat di kalangan Bani Israil.</p><p>Kita simak penjelasan dari Ibnu Katsir, beliau membawakan keterangan as-Sudi,</p><p>Ketika suku Amalliq – kaum kafir yang dulu menguasai Palestina – berhasil mengalahkan bani israil, banyak ulama yang dibantai dan pemuka-pemukanya di tawan. Sementara Uzair selamat. Dia hanya bisa menangisi nasib kaumnya. Menangisi para ulama yang meninggal, sehingga tidak ada yang mengajari Taurat. Beliau rajin menangis, sampai kedua kelopak matanya sakit. Hingga suatu ketika, beliau melewati sebuah kuburan. Dan beliau melihat ada wanita yang menangis di dekat kuburan, sambil mengatakan,</p><p>“Siapa yang akan memberi makan aku… siapa yang akan memberiku pakaian..”</p><p>Melihat itu, spontan Uzair mengingatkan,</p><p>“Kamu kenapa? Siapa yang memberi makan kamu sebelum kejadian ini?”</p><p>“Allah.” jawab si wanita.</p><p>“kalo begitu, ingat, Allah Maha Hidup dan tidak mati.”  Kata Uzair.</p><p>“Wahai Uzair, siapa yang mengajari para ulama sebelum bani Israil?” tanya si Wanita.</p><p>“Allah.” jawab Uzair.</p><p>“Lalu mengapa kamu menangisi kepergian mereka?” tanya si Wanita.</p><p>Tersadarlah Uzair, bahwa dirinya sedang diingatkan.</p><p>Kemudian beliau dinasehatkan,</p><p>“Pergilah ke sungai sana, mandi dan kerjakan shalat 2 rakaat di sana. Kamu akan ketemu orang tua di sana. Jika dia memberi makan kamu, makanlah.”</p><p>Pergilah Uzair, mengikuti saran ini.</p><p>Di sana, beliau bertemu orang tua. “Buka mulutmu.”</p><p>Uzair membuka mulutnya. Kemudian beliau disuapi benda seperti bara api besar, sebanyak 3 kali.</p><p>Seketika itu, Uzair langsung paham isi taurat. Dan beliau menjadi orang yang paling paham isi Taurat.</p><p>Kembalilah menemui bani Israil di kampung lainnya.</p><p>“Hai Bani Israil, aku datang kepada kalian dengan membawa Taurat.”</p><p>“Hai Uzair, kamu tidak bohong?”</p><p>Kemudian Uzair mengambil pensil, dan beliau tulis semua isi Taurat dengan tangannya.</p><p>Ketika beberapa ulama dibebaskan oleh Amaliq, Bani Israil-pun menyampaikan perihal Uzair kepada mereka (ulama). Akhirnya mereka mengeluarkan naskah Taurat yang mereka sembunyikan di puncak gunung, dan dicocokkan dengan tulisanya Uzair. Ternyata isinya sama.</p><p>Akhirnya, sebagian diantara mereka meyakini, Uzair adalah anak Allah… – Maha Suci Allah dari anggapan mereka –. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/134)</p><p><em>Allahu a’lam.</em></p><p><strong>Ammi Nur Baits </strong></p>

harus tahu siapakah uzair?

Saya sering mendengar nama Uzair. Katanya, itu orang soleh di kalangan Bani Israil. Apa itu benar? Jawab: Bismillah was shalatu ...

lebih lanjut..:)>>>>»

SU'UL KHATIMAH MANTAN SANTRI

<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEinHtet-BPHdSPyKH8jeHFBV2JMKqW8it4e0pk-zg4RhUnOguotRMEQ1pISFztmsSMNZhGcebbbZ61PpBiUpFjb3vGcbLTf7rebJSP9Pgd9c3KLscakHR58cYynL6Pt1clLdmpz2dmHXlKVyiOXWjvwX1bTUGHqIP6BPEi-pLO3b1PqInhRxFxXHiQLrKA" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEinHtet-BPHdSPyKH8jeHFBV2JMKqW8it4e0pk-zg4RhUnOguotRMEQ1pISFztmsSMNZhGcebbbZ61PpBiUpFjb3vGcbLTf7rebJSP9Pgd9c3KLscakHR58cYynL6Pt1clLdmpz2dmHXlKVyiOXWjvwX1bTUGHqIP6BPEi-pLO3b1PqInhRxFxXHiQLrKA" width="400"> </a> </div><br></div><div>Sungguh Hidayah Allaah Itu Sangat Mahal</div><div><br></div><div>Namanya *AHMAD AIDIT.* Dia tinggal di Belitung. Ayahnya seorang ulama yang disegani di kampungnya. _Pendiri sebuah sekolahan Muhammadiyah di Belitung. Ayahnya asli Minangkabau yang terkenal taat beragama._</div><div><br></div><div>_Sewaktu kecil, Aidit rajin mengaji._ Suaranya yang bagus dan lantang, menyebabkan ia sering disuruh mengumandangkan adzan. Saat itu belum ada TOA. Sehingga suaranya yang lantang diandalkan untuk memanggil orang-orang untuk shalat berjamaah.</div><div><br></div><div>Sorot matanya tajam, menandakan kecerdasan otaknya. Dia memang sangat cerdas. Bisa menyerap ilmu agama dengan baik. Juga sering diminta membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an dalam berbagai acara peringatan keagamaan.</div><div><br></div><div>Siapa sangka sosok santri itu akan berubah drastis menjadi sosok terpenting PKI di negeri ini. Siapa sangka sosok pembaca ayat suci Al-Qur'an itu menjadi otak pemberontakan G30SPKI.  </div><div>Sungguh mahal hidayah Allaah. Hanya orang-orang yang dipilih-Nya saja yang bisa istiqamah hingga akhir hayat. </div><div><br></div><div>Semua berawal dari pergaulan yang salah. Saat melanjutkan Sekolah Dagang di Jakarta, Aidit berteman dengan para aktifis komunis. Nilai-nilai relijius yang dianutnya semasa kecil, sirna begitu saja. Aidit tenggelam dalam buku-buku Marxisme-Leninisme. Dan dia hanyut dalam pemikiran dan pergerakan kaum palu arit. Aidit hilangkan nama depannya. Jika _nama aslinya adalah Ahmad Aidit, maka sejak aktif di PKI menjadi Dipa Nusantara Aidit._ Disingkat menjadi DN Aidit.</div><div><br></div><div>Kecemerlangan otak Aidit, menjadikan dia menjadi pucuk pimpinan PKI. Dia juga mengunjungi negara-negara komunis untuk mereguk ilmu langsung disana. Dia mengunjungi RRC dan Soviet. Tapi dia lebih mengidolakan RRC. Itulah mengapa dia mengikuti gaya Mao Zedong.</div><div><br></div><div>Aidit berfikir bahwa revolusi harus dipercepat. Kondisi Soekarno yang sudah sakit-sakitan, menyebabkan dia mengambil langkah pemberontakan G30SPKI. Dia khawatir jika Soekarno tiada, maka tiada lagi sosok yang bisa memberikan ruang bagi komunis. Tak ada lagi pengusung ide Nasakom (Nasionalis Agama Komunis).</div><div><br></div><div>Aidit juga berkiblat pada Mao Zedong yang melakukan jalan revolusi demi merebut kekuasaan. Otak Aidit berfikir cepat menyusun segala rencana. Angkatan Darat adalah satu-satunya perintang tujuan PKI. Itulah mengapa PKI menyebarkan isu Dewan Jenderal. Sebuah fitnah yang menuduh Dewan Jenderal AD hendak mengkudeta Soekarno. </div><div><br></div><div>Akhirnya meletuslah peristiwa G30SPKI. Terjadi pembunuhan keji para Jenderal AD. Juga serangkaian teror di kota-kota basis PKI di Jawa Tengah.</div><div><br></div><div>Tapi Allaah masih melindungi negeri berpenduduk mayoritas Muslim ini. Meskipun PKI sudah merencanakan beberapa kali upaya pemberontakan dengan cermat, namun gagal total.</div><div><br></div><div>Tanggal 2 Oktober 1965, Aidit melarikan diri ke Jawa Tengah. Dia bersembunyi di beberapa kota yaitu Semarang, Solo, Boyolali. Berpindah dari satu kota ke kota yang lain karena RPKAD serius memburunya.</div><div><br></div><div>Akhirnya Aidit tertangkap di kota Solo, tepatnya di belakang stasiun Balapan. Saat digerebek oleh tentara, Aidit bersembunyi di lemari. Sebuah lemari yang memiliki pintu rahasia. </div><div><br></div><div>Ketika tertangkap, Aidit minta dipertemukan dulu dengan Soekarno. Tapi tidak dikabulkan. Jika permintaannya dikabulkan, maka urusan akan menjadi panjang.</div><div><br></div><div>Pada tanggal 23 Novemver 1965, Aidit digelandang ke Boyolali. Dia dibawa ke Batalyon 444 Boyolali. Kemudian segera dieksekusi di sebuah sumur tua di belakang batalyon ( letak sumur sekarang diatasnya dibangun patung kuda besar di boyolali )</div><div><br></div><div>Sebelum ditembak, Aidit diberikan kesempatan untuk mengucapkan kata-kata terakhir. Tebak, apa yang diucapkannya? Apakah dia istighfar? Atau sholat taubat? Sama sekali TIDAK!!! Aidit justru pidato berapi-api di bibir sumur. Pidato memuji komunisme dan mengajak orang-orang untuk bergabung dalam gerbong PKI. Para regu tembak sangat jengkel melihat pidato tersebut, akhirnya diberondonglah Aidit dengan tembakan mati. </div><div><br></div><div>Aidit jatuh ke dalam sumur dalam kondisi berpidato membela komunis. Dia komunis sejati hingga akhir hayatnya. Hilang sudah hafalan Al-Qur'annya semasa kecil. Hilang sudah segala ingatan menjadi santri di kampung halamannya. Tak ada sebekas kenangan menjadi santri di penghujung hayatnya. Yang ada hanyalah pujian setinggi langit untuk PKI.</div><div><br></div><div>Setiap orang akan dimatikan sesuai kebiasaanya semasa hidup, terutama masa-masa menjelang akhir hayatnya. Ketika ajaran komunis telah mendarah daging sedimikian rupa dalam urat nadinya, maka itulah yang terjadi pada dirinya.</div><div><br></div><div>*Istiqamah itu berat. Salah satu cara menjaga keistiqamahan adalah berteman dengan orang-orang shalih.* _Orang yang selalu mengingatkan ketika kita tergelincir. Orang yang selalu mengingatkan akan kampung akhirat._</div><div><br></div><div>يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ</div><div><br></div><div>Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik</div><div><br></div><div>"Wahai Yang Membolak-Balikkan Hati, teguhkanlah hatiku senantiasa di atas agama-Mu."</div><div><br></div><div>Tulisan : Widi Astuti </div><div>================</div><div>_Copas_</div>

cinta SU'UL KHATIMAH MANTAN SANTRI

Sungguh Hidayah Allaah Itu Sangat Mahal Namanya *AHMAD AIDIT.* Dia tinggal di Belitung. Ayahnya seorang ulama yang disegani di k...

lebih lanjut..:)>>>>»

khalifah teladan

<p> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhbID5gOPuHJpJQzJgl5u5kGSoe40XXkb2HCcHTt_6y7ZAudluq7PA9rYK-J9aWSXUh0JEJ_3GpvyhCn5FjrZQ4HciMWfxodh4OVXmrcQjDyAUpEC-YvMVZxsVo3IB_pXVjUyAvdwTOHbYDk__VDFRn_t7rY5zp7CnsPwWo55UO_coCO7EA7Y-62lg5EF4" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhbID5gOPuHJpJQzJgl5u5kGSoe40XXkb2HCcHTt_6y7ZAudluq7PA9rYK-J9aWSXUh0JEJ_3GpvyhCn5FjrZQ4HciMWfxodh4OVXmrcQjDyAUpEC-YvMVZxsVo3IB_pXVjUyAvdwTOHbYDk__VDFRn_t7rY5zp7CnsPwWo55UO_coCO7EA7Y-62lg5EF4" width="400"> </a> </div><span style="background-color: white; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px;">Harun al-Rasyid rahimahullah (khalifah Abbasiyah) baru saja merampungkan pembangunan istana barunya di Kota Samarra. Kota yang indah yang dibangun untuk membuat bahagia mereka yang melihat keindahannya. Karena Samarra adalah kependekan dari surra man ra-a (bahagia orang-orang yang melihatnya). Itulah gambaran keindahan kota itu. </span></p><p style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Untuk merayakan peresmian istana, Harun al-Rasyid mengundang para pembesar dan orang-orang dekatnya. Di antara yang diundang adalah Abul Attahiyah seorang penyair kondang. Harun berkata padanya, “Gambarkan tentang kebahagiaan kami dari limpahan dunia.” </p><p style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Abul Attahiyah berkata,</p><p class="arab" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">عِشْ ما بَدَا لكَ سالماً،</p><p class="arab" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">في ظِلّ شاهقَةِ القُصورِ</p><p style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Hiduplah dengan apa yang kau miliki dengan selamat di bawah naungan tingginya istana.</p><p class="arab" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">يسْعَى عليكَ بِمَا اشتهيْتَ</p><p class="arab" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">لدَى الرَّوَاح أوِ البُكُورِ</p><p style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Buatlah sesuai seleramu di waktu sore dan pagi.</p><p class="arab" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">فقال حسن ثم ماذا؟ فقال:</p><p style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Harun mengomentari, “Bagus. Lanjutkan lagi.”</p><p style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Abul Attahiyah melanjutkan,</p><p class="arab" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">فإذا النّفوسُ تَقعَقَعَتْ،</p><p class="arab" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">في ظلّ حَشرجَةِ الصّدورِ</p><p style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Saat jiwa gemeretak di dalam relung dada.</p><p class="arab" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">فَهُناكَ تَعلَم، مُوقِناً،</p><p class="arab" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">مَا كُنْتَ إلاَّ فِي غُرُورِ</p><p style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Barulah saat itu kau baru sadar selama ini tengah terpedaya.</p><p class="arab" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">قال : فبكى الرشيد بكاء كثيرًا شديدًا</p><p style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Menterinya yang bernama Fadhl bin Yahya berkata, “Harun al-Rasyid menangis tersedu-sedu.” </p><p class="arab" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">فقال له الفضل بن يحي : دعاك أمير المؤمنين تسره فأحزنته</p><p style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Lalu Fadhl berkata pada Abul Attahiyah, “Amirul mukminin mengundangmu untuk membuatnya gembira namun kau membuatanya bersedih.” </p><p class="arab" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">فقال له الرشيد : دعه فإنه رآنا في عمى فكره أن يزيدنا عمى .</p><p style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Harun al-Rasyid menimpali, “Biarkan dia. Dia melihat kita dalam keadaan buta dan dia tidak senang kalau kita semakin buta (karena dunia).” (Al-Bidayah wa an-Nihayah, 10/217-218).</p><p style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Pelajaran:</p><p style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Cinta kepada dunia itu membuat buta mata hati. Allah telah memberikan banyak tanda untuk kita yang menjelaskan bahwa dunia ini fana, tapi kita tetap tidak melihatnya. </p><p style="-webkit-font-smoothing: antialiased; background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 1.7; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Tidak ada kerugian yang lebih besar bagi manusia tatkala dia baru mengerti hakikat kebaikan saat dia sudah tidak mampu melakukannya. Baru mengerti keutamaan shalat berjamaah di masjid, saat jalan sudah susah. Baru mengerti keutamaan belajar agama saat pikiran mulai melemah dan badan sakit-sakitan. dll.</p>

cinta khalifah teladan

  Harun al-Rasyid rahimahullah (khalifah Abbasiyah) baru saja merampungkan pembangunan istana barunya di Kota Samarra. Kota yang...

lebih lanjut..:)>>>>»

Kisah Tabi’in Syuraih al-Qadhi

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6YUIhfmLsod7z2JxFrkCpazYABRvjrYZ43jwWEfrCvwttSs5Ka5X3a0QueKZJANpChay5MruttplnFFtYf7sy0I9jLqpvyWGjww1SaiYz1nJ3X8zR14L7yU9z9iXfUROV-U0K36ABEUXtoPTeR7KVuzapSPFK7CvtdE8pgd0AIS1c-WebeD6spHBaHOs/s4128/20230426_184953.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4128" data-original-width="2322" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6YUIhfmLsod7z2JxFrkCpazYABRvjrYZ43jwWEfrCvwttSs5Ka5X3a0QueKZJANpChay5MruttplnFFtYf7sy0I9jLqpvyWGjww1SaiYz1nJ3X8zR14L7yU9z9iXfUROV-U0K36ABEUXtoPTeR7KVuzapSPFK7CvtdE8pgd0AIS1c-WebeD6spHBaHOs/s320/20230426_184953.jpg" width="180" /></a></div><br /><p><br /></p><div class="entry-content" itemprop="text" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 2em 0px 0px; padding: 0px;"><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Hari itu, amirul mukminin Umar bin Khathab <em style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">radhiyallahu ‘anhu</em> membeli seekor kuda dari seorang dusun. Setelah membayarnya, beliau menaiki kuda tersebut dan bermaksud pulang menuju rumahnya. Namun tak seberapa jauh dari tempat itu, tiba-tiba kuda tersebut menjadi cacat dan tak mampu melanjutkan perjalanan. Maka Umar membawanya kembali kepada si penjual seraya berkata,</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Umar: “Aku kembalikan kudamu, karena ternyata dia cacat.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Penjual: “Tidak wahai amirul mukminin, tadi aku menjualnya dalam keadaan baik.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Umar: “Kita cari seseorang yang akan memutuskan permasalahan ini.</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Penjual: “Aku setuju, aku ingin Syuraih bin al-Harits al-Kindi menjadi hakim bagi kita berdua.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Umar: “Mari.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Amirul mukminin Umar bin Khathab bersama penjual kuda tersebut mendatangi Syuraih. Umar mengadukan penjual itu kepadanya. Setelah mendengarkan juga keterangan dari orang dusun tersebut, Syuraih menoleh kepada Umar bin Khathab sambil berkata,</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Syuraih: “Apakah Anda mengambil kuda darinya dalam keadaan baik?”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Umar: “Benar.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Syuraih: “Ambillah yang telah Anda beli wahai amirul mukminin, atau kembalikan kuda tersebut dalam keadaan seperti tatkala Anda membelinya.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Umar: (memperhatikan Syuraih dengan takjub lalu berkata) “Hanya beginikah pengadilan ini? Kalimat yang singkat, dan hukum yang adil. Berangkatlah ke Kufah, karena aku mengangkatmu menjadi qadhi di sana.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Ketika Umar menetapkan <a href="https://kisahmuslim.com/tokoh-tabiin-syuraih-al-qadhi-hakim-yang-bijak" style="background-color: transparent; border: 0px; color: #1b78e2; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration-line: none; transition: all 0s ease-in-out 0s;" target="_blank" title="syuraih bin al-harits sebagai qadhi"><span style="border: 0px; font-weight: 700; margin: 0px; padding: 0px;">Syuraih bin al-Harits sebagai qadhi</span></a>, beliau bukanlah sosok yang asing di kalangan masyarakat Madinah. Beliau adalah orang yang memiliki kedudukan di antara para ahli ilmu, tokoh-tokoh terkemuka, para sahabat dan para tokoh tabi’in.</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Beliau termasuk dalam bilangan ulama yang terhormat dan utama, diperhitungkan dalam tingkat kecerdasan, kebagusan perilaku, banyaknya pengalaman, dan kedalaman wawasannya.</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Beliau dilahirkan di Yaman kota al-Kindi, hidup lama dalam masa jahiliyah. Ketika cahaya hidayah datang di jazirah Arab memancarkan sinar Islamnya sampai ke Yaman, Syuraih termasuk orang pertama yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, turut menyambut dakwah menuju hidayah dan kebenaran.</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Siapapun yang mengetahui keutamaan dan keistimewaan pribadinya berandai sekiranya Syuraih lebih cepat sampai ke Madinah dan bertemu Rasulullah <em style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> sebelum wafat, tentu beliau bisa menggali ilmu dari sumbernya secara langsung tanpa perantara. Beliau bisa mendapat bagian kehormatan sebagai sahabat setelah mendapatkan hidayah itu, hanya saja apa yang telah ditakdirkan untuknya telah terjadi.</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Bukanlah berarti gegabah jika al-Faruq Umar bin Khathab menyerahkan jabatan dalam pengadilan agung itu kepada seorang tabi’in, meski dalam masyarakat Islam saat itu masih banyak sahabat Nabi yang bersinar cemerlang bagai cahaya bintang. Waktu pun telah membuktikan betapa firasat dan pilihan Umar <em style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">radhiyallahu ‘anhu</em> adalah tepat.</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Terbukti, Syuraih menjadi qadhi di pengadilan selama 60 tahun secara berturut-turut sejak masa khilafah Umar bin Khathab, lalu Utsman bin Affan, lalu Ali bin Abi Thalib, Muawiyah serta khalifah setelah Mu’awiyah dari Bani Umayyah. Hingga akhirnya beliau mengundurkan diri pada awal pemerintahan Hajjaj bin Yusuf sebagai wali di Irak.</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Beliau telah berumur 107 tahun. Hidupnya penuh dengan peritiwa dan pujian. Pengadilan Islam bersinar karena keindahan keputusan-keputusan Syuraih dan semerbak dengan indahnya kepatuhan dari kaum muslimin maupun non muslim. Itu semua karena ditegakkannya syariat-syariat Allah oleh Syuraih, juga berkat kerelaan semua orang untuk menerima keputusannya.</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Lembaran buku-buku sangat padat menceritakan indahnya keputusan orang yang cerdik ini, tentang berita, perkataan dan perilakunya.</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Di antara kisah tersebut adalah ketika Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib kehilangan pakaian perang yang menjadi kesayangannya. Lalu dia dapatkan bahwa barang tersebut berada di tangan seorang kafir dzimmi (kafir yang dilindungi di negeri Islam) yang tengah berjualan di pasar Kufah. Begitu melihatnya, spontan Ali berkata: “Ini adalah milikku yang jatuh dari ontaku pada malam anu di tempat anu.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Namun dia mengelak dan berkata, “Ini adalah barangku dan berada di tanganku wahai amirul mukminin!” Ali berkata, “Ini milikku, aku tak merasa pernah menjualnya kepada orang lain atau memberikannya hingga sampai berada di tanganmu.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Orang dzimmi berkata, “Kalau begitu kita datang kepada qadhi!”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Ali berkata, “Engkau adil, mari kita ke sana!”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Maka pergilah keduanya menuju qadhi Syuraih. Setelah masuk dan duduk dalam sidangnya, bertanyalah qadhi Syuraih,</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Syuraih: “Apa tuduhanmu wahai amirul mukminin?”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Ali: “Kudapati barangku berada di tangan orang ini. Barang itu jatuh dari ontaku pada malam anu di tempat anu, lalu sampai di tangan orang ini, padahal aku tidak menjual kepadanya tidak pula kuberikan sebagai hadiah.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Syuraih: “Bagaimana jawaban Anda?” (wahai dzimmi)</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Dzimmi: “Barang ini milikku, dia ada di tanganku. Tapi aku tidak menuduh amirul mukminin berdusta.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Syuraih: “Aku tidak meragukan kejujuran Anda wahai amirul mukminin, bahwa barang ini milikmu. Tetapi harus ada dua orang saksi yang membuktikan kebenaran tuduhanmu.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Ali: “Baik, aku punya dua orang saksi, pembantuku Qanbar dan putraku Hasan.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Syuraih: “Tetapi kesaksian anak bagi ayahnya tidak berlaku wahai amirul mukminin.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Ali: “Subhanallah, seorang ahli surga ditolak kesaksiannya? Apakah Anda tak pernah mendengar sabda Rasulullah <em style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bahwa Hasan dan Husein adalah pemuka para pemuda penduduk surga?”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Syuraih: “Aku mengetahui itu wahai amirul mukminin, hanya saja kesaksian anak untuk ayahnya tidak berlaku.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Mendengar jawaban itu, Ali menoleh kepada si dzimmi dan berkata, “Ambillah barang itu, sebab aku tak punya saksi lagi selain keduanya.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Si dzimmi berkata, “Aku bersaksi bahwa barang itu adalah milik Anda wahai amirul mukminin. Ya Allah, amirul mukminin menghadapkan aku kepada seorang hakimnya, dan hakimnya memenangkan aku. Aku bersaksi bahwa agama  yang mengajarkan seperti ini adalah agama yang benar dan suci. Aku bersaksi bahwa tiada <em style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">ilah</em> yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Wahai qadhi, ketahuilah bahwa barang ini adalah milik amirul mukminin, waktu itu aku mengikuti pasukannya ketika menuju ke Shiffin. Pakaian ini jatuh dari onta, lalu aku mengambilnya.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Berkatalah Ali kepada si dzimmi: “Karena kini Anda telah menjadi muslim, maka aku hadiahkan pakaian ini untukmu, dan aku hadiahkan kuda ini untukmu juga.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Tak lama setelah peristiwa itu, tampak orang itu turut memerangi golongan Khawarij di bawah panji Ali <em style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">radhiyallahu ‘anhu</em> pada hari an-Nahwaran. Ia bertempur dengan penuh semangat hingga mendapati rezeki syahid.</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Bukti akan ketegasan Syuraih nampak di saat putranya berkata, “Wahai ayah, aku sedang memiliki masalah dengan suatu kaum, Aku berharap ayah mempertimbangkannya. Jika kebenaran ada dipihakku, maka putuskanlah di pengadilan, tetapi jika kebenaran ada di pihak mereka, maka usahakanlah jalan damai.” Lalu dia menceritakan semua masalahnya. Syuraih berkata, “Ajukanlah masalahmu ke pengadilan!”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Kemudian putra Syuraih mendatangi orang yang berselisih dengannya dan mengajak mereka untuk memperkarakan masalah antara mereka ke pengadilan dan mereka pun setuju. Begitu menghadap Syuraih, ternyata kemenangan tidak berada di pihak putranya.</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Sesampainya Syuraih dan putranya di rumah, putranya berkata, “Wahai ayah, keputusanmu telah membuatku malu. Demi Allah, kalau saja sebelumnya aku tidak bermusyawarah denganmu, tentulah aku tidak menyalahkanmu.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Syuraih berkata, “Wahai putraku, demi Allah aku mencintaimu lebih dari dunia dan seisinya. Tetapi, bagiku Allah lebih agung dari itu semua dan dari dirimu. Aku khawatir jika aku beritahukan terlebih dahulu bahwa kebenaran berada di pihak mereka, maka engkau akan mencari jalan damai dan itu merugikan sebagian hak mereka. Oleh sebab itu, aku putuskan perkara seperti yang kau dengar tadi.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Suatu ketika, salah satu putra Syuraih telah memberikan jaminan kepada seseorang dan jaminannya diterima. Tapi ternyata orang yang dijamin tersebut melarikan diri dari pengadilan. Tanpa pandang bulu Syuraih memenjarakan putranya, karena dialah yang menjadi jaminannya. Lalu beliau menjenguk dan membawakan makanan untuk putranya ke penjara setiap harinya.</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Terkadang keraguan Syuraih muncul ketika mendengar kesaksian sebagian saksi, tapi dia tidak bisa menolak kesaksian mereka karena memenuhi semua syarat pengadilan. Bila menghadapi hal yang demikian, maka sebelum orang-orang itu bersaksi Syuraih berkata kepada mereka, “Dengarkanlah, semoga Allah memberi hidayah kepada kalian. Pada hakikatnya yang menghukum orang ini adalah kalian, sesungguhnya aku takut jika kalin masuk neraka karena bersaksi palsu, sedangkan kalian tentunya lebih layak untuk takut. Sekarang masih ada waktu untuk berpikir kembali sebelum kalian memberikan kesaksian.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Ketika mereka tetap dengan pendiriannya, maka Syuraih menoleh kepada si tertuduh dan berkata, “Ketahuilah saudara, bahwa aku menghukum Anda atas dasar kesaksian mereka. Andai saja kulihat engkau ini zalim sekalipun, aku tidak akan menghukum atas dasar tuduhan, melainkan atas dasar kesaksian. Keputusanku tidaklah menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah atasmu.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Motto yang selalu diulang-ulang oleh Syuraih di sidang pengadilan adalah:</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Kelak yang zalim akan tahu kerugian di pihak siapa</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Yang zalim menanti siksa</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Yang dizalimin menunggu keadilan</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Aku bersumpah atas nama Allah bahwa setiap orang yang meninggalkan sesuatu karena Allah <em style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">Subhanahu wa Ta’ala</em>, niscaya aku merasa kehilangan dia.</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Syuraih tidak hanya mampu mewujudkan nasihat bagi Allah, Rasul, dan kitab-Nya saja, namun juga nasihat bagi seluruh kaum muslimin secara umum maupun yang khusus (pemimpin mereka).</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Salah seorang sahabatnya bercerita, “Suatu kali, Syuraih mendengar keluhanku kepada seorang teman. Kemudian beliau mengajakku ke suatu tempat lalu berkata, “Wahai putra saudaraku.. janganlah engkau mengeluh kepada selain Allah.. karena sesungguhnya barangsiapa yang mengeluh kepada selain Allah berarti dia mengeluhkannya kepada teman atau kepada musuh. Jika mengeluh kepada teman berarti kamu telah membuat temanmu bertambah sedih.. dan jika kau keluhkan terhadap musuh (orang yang membencimu) niscaya dia akan meledekmu.” Kemudian beliau berkata, ‘Lihatlah sebelah mataku ini, demi Allah aku tidak bisa melihat orang ataupun jalan dengannya selama lebih dari 15 tahun, tapi akut idak pernah memberitahukannya kepada siapapun kecuali engkau sekarang ini. Tidakkah Anda mendengar ucapan hamba Allah yang shalih:</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">“<em style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">Aku hanya mengeluhkan segala kesedihan dan keresahanku kepada Allah</em>.” (QS. Yusuf: 86)</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Maka jadikanlah Allah sebagai tempat pengaduanmu dan mencurahkan keresahanmu setiap kali musibah menimpa dirimu, sebab Dia Maha Pemurah dan sangat dekat.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Pernah beliau melihat seseorang minta sesuatu  kepada orang lain, maka beliau berkata, “Wahai putra saudaraku, barangsiapa meminta kepada orang lain untuk suatu hajat, maka dia menyiapkan dirinya untuk diperbudak. Bila diberi, maka dia dibeli, bila ditolak, keduanya menjadi hina. Yang satu karena kikirnya, yang satu karena ditolak. Ketahuilah bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah, tidak ada pertolongan kecuali dari Allah.</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Telah terjadi wabah tha’un di Kufah, lalu salah seorang teman Syuraih mengungsi ke Najaf untuk menghindari wabah. Syuraih menulis surat kepadanya:</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">“<em style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">Amma ba’du</em>, sesungguhnya bahwa tempat yang engkau lari dari padanya tidak akan mendekatkan ajalmu dan merampas hari-harimu. Dan tempat di mana kamu tinggal sekarang juga berada di tangan dan genggaman yang tak bisa dihindari oleh orang yang lari, tak ada yang bisa menghalangi kehendak-Nya. Kami dan kalian berada dalam satu atap dan kekuasaan satu Raja, sedangkan Najaf adalah sangat dekat bagi Yang Maha Mampu dan Maha Kuasa.”</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Di samping segala kelebihan tersebut, Syuraih juga termasuk orang yang lembut perasaannya, mudah tersentuh hatinya, menyenangkan tatkala bergaul dan periang. Ada suatu riwayat yang menceritakan bahwa beliau memiliki anak kecil berusia 10 tahun. Anak itu senang bermain-main. Suatu hari dia meninggalkan pelajarannya untuk pergi melihat anjing.</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Begitu pulang, bertanyalah sang ayah: “Sudah shalatkah engkau?” “Belum,” jawabnya.</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Maka Syuraih mengirim surat kepada gurunya:</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Dia tinggalkan shalat karena anjing yang sedang berkejaran dengan betinanya, maka dia akan datang esok kepada Anda dengan lembaran tercatat sebagai tertuduh. Bila datang kepadamu, obatilah dengan teguran atau ingatkan ia dengan nasihat yang tepat. Bila harus dicambuk pakailah rotan, setelah hitungan ketiga hentikanlah.</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Semoga Allah <em style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">Subhanahu wa Ta’ala</em> merahmati al-Faruq <em style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">radhiyallahu ‘anhu</em> yang telah menaruh dalam keadilan Islam sebutir berlian yang tak ternilai harganya. Ditaruhnya Syuraih sebagai qadhi, seorang yang bersih hatinya dan indah keputusannya, seorang yang mencintai kaum muslimin. Beliau adalah lentera yang bersinar, yang hingga kini terus menjadi pantulan fikih bagi syariat Allah <em style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">Subhanahu wa Ta’ala</em>, di mana kaum muslimin mendapatkan dan pemahamannya akan sunah Rasul-Nya yang akan menajdi kebanggaannya di hari kiamat karena kefakihan dia akan syariat Allah.</p><p style="border: 0px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Semoga Allah merahmati Syuraih yang telah menegakkan neraca keadilan di tengah masyarakat muslim selama 60 tahun. Beliau tidak pernah takut kepada sesama manusia, tidak melanggar batas-batas kebenaran dan tidak membedakan raja dengan rakyat jelata.</p><p style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px;"><span style="border: 0px; font-weight: 700; margin: 0px; padding: 0px;">Sumber:</span> <em style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">Mereka adalah Para Tabi’in</em>, Dr. Abdurrahman Ra’at Basya, At-Tibyan, Cetakan VIII, 2009</p></div><span style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px; padding: 0px;"><br /> https://kisahmuslim.com/2815-tokoh-tabiin-syuraih-al-qadhi-hakim-yang-bijak.html</span>

akidah kisah islami Kisah Tabi’in Syuraih al-Qadhi

Hari itu, amirul mukminin Umar bin Khathab  radhiyallahu ‘anhu  membeli seekor kuda dari seorang dusun. Setelah membayarnya, beliau menaiki ...

lebih lanjut..:)>>>>»

Titip doa,sesuai syariatkah?

<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjULoCpTOj3hndlhLNPO_Pe-SeFgnkp9XPGUWj2dfBbKn4iJbs18lYANC3Uv6MaiFX0zYsONdo0oydBSdDM8ANtvgbOC65iPjoOAJ1KN2lfmexxB9WxJ1tuaB6b6ZIP-sK0gqKCsUTPVf6qC6c8kpbbTVXuuv05-10O75T69BqHkAwGcHEForPifQLk1bE/s1080/1687854520201.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="823" data-original-width="1080" height="244" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjULoCpTOj3hndlhLNPO_Pe-SeFgnkp9XPGUWj2dfBbKn4iJbs18lYANC3Uv6MaiFX0zYsONdo0oydBSdDM8ANtvgbOC65iPjoOAJ1KN2lfmexxB9WxJ1tuaB6b6ZIP-sK0gqKCsUTPVf6qC6c8kpbbTVXuuv05-10O75T69BqHkAwGcHEForPifQLk1bE/s320/1687854520201.jpg" width="320" /></a></div><br />Apakah ketika Haji Wada', Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam pernah buka layanan titip doa kepada para shahabatnya yang tidak berangkat haji? <p></p><p><br /></p><p>Apakah para shahabat radhiyallaahu `anhum ketika haji pernah sekali aja buka layanan titip doa kepada shahabat atau para tabiin yang tidak berangkat haji? </p><p>لو كان خيرا لسبقونا إليه</p><p><br /></p><p>"Sekiranya perbuatan (jamaah haji yang membuka layanan titip doa) itu baik, tentulah para shahabat telah mendahului kita mengamalkannya"</p><p><br /></p><p>Bawakan hujjah kamu ?</p><p><br /></p><p>---</p><p><br /></p><p>Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda :</p><p><br /></p><p>من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد</p><p><br /></p><p>``Barangsiapa yang membuat perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada keterangan darinya, maka dia tertolak``.</p><p>   ~ Hadits riwayat Imam Muslim, dari jalan Ummul Mukminin `Aisyah radhiyallaahu `anha</p><p><br /></p><p>Dari `Irbadh Bin Sariyah dari Nabi shallallahu `alaihi wasallam, beliau bersabda :</p><p><br /></p><p>إياكم و محدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة و كل بدعة ضلالة و كل ضلالة في النار</p><p><br /></p><p>``Hati-hatilah kalian terhadap perkara baru, karena semua perkara baru adalah bid`ah dan setiap bid`ah itu sesat, dan setiap kesesatan itu tempatnya dineraka.``</p><p>   ~ Hadits riwayat Imam Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan selainnya</p><p><br /></p><p>  Abdullah Bin Umar radhiyallaahu `anhuma berkata :</p><p><br /></p><p>كل بدعة ضلالة وإن رآها الناس حسنة</p><p><br /></p><p>``Setiap bid`ah itu sesat meskipun manusia menganggapnya baik``</p><p>  ~ Riwayat Imam Al Likaa-i (1/92)</p>

akidah Titip doa,sesuai syariatkah?

  Apakah ketika Haji Wada', Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam pernah buka layanan titip doa kepada para shahabatnya yang tidak ber...

lebih lanjut..:)>>>>»