wanita dan acara televisi

2 min read
Bulan ramadhan adalah bulan penuh rahmat. Bulan yang penuh berkah dan ampunan, dimana manusia banyak yang berlomba- lomba melipatkan pahala dan menuju ampunan Allah.
Tak hanya itu, Ramadhan juga adalah momen spesial bagi media, terutama televisi. Mereka berlomba-lomba untuk bagaimana merawat pemirsanya agar rating tetap awet, bahkan naik drastis. Sederet acara dibombardir untuk tampil di ruang keluarga, dengan sedikit menambah nuansa islami tentunya.
Persaingan memang sangat ketat, apalagi jika stasiun tv sebelah ternyata menyuguhkan acara dengan kemasan lebih menarik. Akhirnya banyak acara terkesan hanya sekedar "dipaksakan" untuk terlihat islami. Mulai dari cara berpakaian yang tiba-tiba tertutup, beberapa kali ucapan "alhamdulillah" sampai set lokasi syuting yang didesain lebih islami pula. Namun sayang sekali, ada hal penting yang terlupakan disana yaitu esensi pendidikan dan juga makna dan kesakralan ramadhan itu sendiri.
Jadilah acara televisi tersebut primadona bagi pemirsanya. Prime time yang biasanya berada pada jam tujuh sampai sembilan, beralih waktu menjadi waktu magrib dan sahur. Konsep guyonan atau humor segar pun diusung, mungkin karena dipikir tidak perlu rumit dan tidak mempersulit penonton menangkap materinya, atau produser tidak terlalu ruwet dalam membuat acaranya, tayangan komedi dinilai akan banyak mendapatkan simpati pemirsa. Sayang sekali, pada kenyataannya, lagi- lagi acara ini ternyata menjejali pemirsanya dengan tontonan yang jauh dari nilai islam yang mendidik.
Dalam acara tersebut, tak lupa mereka memajang para wanita- wanita cantik yang memang sengaja ditampilkan sebagai pemanis dan penghibur suasana. Wanita- wanita tersebut walaupun mereka berpakaian -semi- menutup aurat namun mereka bisa dengan lantang mengumpat, bernyanyi, berjoget dan bercampur baur dengan laki- laki. Wanita yang seharusnya bertingkah laku sopan dan santun menjadi bahan celaan atau bahkan ikut mencela. Mereka juga diteriaki bahkan ikut berteriak.
Dan anehnya hal tersebut dianggap sebagai tontonan yang lumrah, bahkan lucu dan menghibur. Sungguh miris sekali ketika bulan ramadhan yang seharusnya semua indera pun ikut berpuasa, media banyak menampilkan adegan seperti itu.

Siapa yang kemudian dirugikan? Yang menjadi korban akhirnya tetaplah penonton dirumah. Mereka yang sejatinya menginginkan tontonan yang bisa menguatkan iman selama ramadhan, malah hanya mendapat pepesan kosong, yang membuat hati semakin kosong.
Dan lebih dari itu, kerugian sebenarnya adalah untuk wanita itu sendiri. Karena tak jarang pula ada banyak adegan yang menggambarkan pelecehan terhadap dirinya dalam acara tersebut. Kalau sudah begini jadilah si wanita yang terlucuti kehormatannya sendiri didepan jutaan pasang mata yang melihatnya.

Karena itulah, acara -acara tersebut akhirnya menuai kritik dari pihak- pihak yang berwenang. Namun sayang kritik itupun lama- lama menguap dan acara kembali eksis dari tahun ke tahun. Lalu bagaimana sikap kita, masihkah tontonan tersebut kita hadirkan dirumah- rumah kita, dan jadi bagian "hiburan" keluarga kita?


(voa-islam.com)
Iam moslem.. Pengagum Rasulullah shalallahu alahi wasallam

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Sebuah pengusaha travel jama’ah haji pernah digugat dan dituntut ganti rugi gara-gara tidak berkunjung ke kota Madinah!! Seandainya saja hal itu karena para pengusaha tersebut…
  • Rela Pada Ketentuan Allah Oleh: Imam Asy-Syafi’i Biarkanlah hari-hari berbuat semaunya Berlapang dada-lah jika takdir menimpa Jangan berkeluh-kesah atas musibah di malam…
  • Perjuangan gigih para ulama’ salaf dalam membela aqidah dari qoncangan faham-faham hitam Jahmiyyah sangatlah kuat, sehingga begitu banyak kitab para ulama yang berjudul “Ar-Radd…
  • Lajnah Da’imah ketika ditanya masalah ini menjawab [1]: Boleh memberikan daging kurban untuk orang kafir mu’ahid (orang kafir yang mengikat perjanjian damai dengan kaum musl…
  • Menjadi anak shalih, siapa yang tak mau? Memiliki anak shalih, orang tua mana yang tidak rindu? Anak shalih adalah dambaan tiap orang tua. Sejahat apapun kelakuan orang tua, …
  • 1. Mengusap bekas tidur yang ada di wajah dengan tanganMenurut Imam an-Nawawi dan al-Hafizh Ibnu Hajar, hal ini dianjurkan berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasa…

Posting Komentar