0 Comment
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXV33-tosii_Yu42Nj0ARUU69f4YRBh9C34M4Kv1a4yx095QdDEzxRb1mZ4igfThgSjUGzpEmOu7mLSSIk35sGUnvA8-pIptcNFlY1lufJT80d4DJl9uImzDTK57Qa9w5jkxavWq6MP38/s1600/bid'ah.jpgBerkata al Imaam asy syaafi’iy:
البدعة بدعتان : بدعة محمود وبدعة مذمومة
’Bid’ah itu ada dua macam : (1) Bid’ah yang terpuji, dan (2) Bid’ah yang tercela.
فما وافق السنة فهو محمود
Apa-apa yang menyepakati Sunnah, maka hal itu adalah (bid’ah yang) terpuji.
وما خالف السنة فهو مذموم
Sedangkan yang menyelisihi sunnah, maka hal itu adalah (bid’ah yang) tercela”
(Al Hilyah; kutip dari blog ust abul jauzaa)
Simak PENJELASAN ULAMAA’ tentang perkataan beliau diatas!
Berkata Ibnu Rajab rahimahullah:
ومراد الشافعي رضي الله عنه ما ذكرناه من قبل أن أصل البدعة المذمومة ما ليس لها أصل في الشريعة ترجع إليه وهي البدعة في إطلاق الشرع
“Yang dimaksud oleh Imam Asy Syaafi’iy radhiyallaahu ‘anhu, yang telah disebutkan sebelumnya, adalah bahwasanya pada dasarnya bid’ah yang tercela (Bid’ah Madzmumah) adalah sesuatu yang tidak ada asalnya dalam syariat, yang dia akan kembali padanya, inilah bid’ah menurut (definisi) syar’iat.
وأما البدعة المحمودة فما وافق السنة يعني ما كان لها أصل من السنة ترجع إليه وإنما هي بدعة لغة لا شرعا لموافقتها السنة .
Adapun bid’ah yang terpuji (Bid’ah Mahmudah) adalah segala yang sesuai dengan sunnah, yakni sesuatu yang ada dasarnya dari sunnah yang kembali padanya, hanya saja pemahaman ini secara lughoh (bahasa); bukan secara syar’I, karena sesuai dengan sunnah.
(Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam hadits no. 28; dinukil dari blog salafy banyumaa, dengan penambahan teks arabic dari ahlalhdeeth)
Hal ini semakin diperjelas oleh ibnu Katsiir ASY SYAAFI’IY rahimahullaah:
والبدعة على قسمين
“Bid’ah itu ada dua macam:
: تارة تكون بدعة شرعية ، كقوله : فإن كل محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة
adakalanya (pelafalan) bid’ah itu (diinginkan) secara makna syar’iatnya… sebagaimana sabda Rasulullahshallallahu’alaihi wa sallam: “Sesungguhnya setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”
وتارة تكون بدعة لغوية ، كقول أمير المؤمنين عمر بن الخطاب رضي الله عنه عن جمعه إياهم على صلاة التراويح واستمرارهم : نعمت البدعة هذه
Dan adakalanya bid’ah itu secara bahasa, sebagaimana perkataan ‘Amirul Mukminin Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu tentang pengumpulan mereka untuk melaksanakan sholat tarawih secara berjamaah dan dilakukan demikian seterusnya, yakni “Sebaik-baik bid’ah adalah ini (tarawih berjamaah).” (HR. Bukhari)
(Simak Tafsir Ibnu Katsir surah Al Baqarah: 117; dinukil dari blog salafy banyumaa, dengan penambahan teks arabic dari islamweb)
Maka jelaslah sekarang, syubhat dan kebathilan ahlul baathil yang hendak menggunakan perkataan imam syafi’i untuk membenarkan dan mengobral kesesatannya…
Lagi pula ketika mereka ditanya:
“baiklah, engkau menukil perkataan imam syafi’i… Lantas bisakah engkau membuktikan bahwa imam syafi’i beramal sebagaimana amalanmu itu?!!!”
Maka mereka pun akan terdiam; atau ngotot dan terus menurus berkilah… Atau bahkan justru mengadakan kedustaan atas nama asy syaafi’iy!!!
Tidakkah mereka membaca perkataan ASY SYAAFI’IY:
إِنَّمَا الاستحسانُ تلذُّنٌ
“Sesungguhnya anggapan baik (al-istihsan) itu hanyalah menuruti selera hawa nafsu”
[Ar-Risalah, hal. 507; kutip dari blog abul-jauzaa]
Juga perkataannya:
مَن اسْتَحْسَنَ فَقَدْ شَرَعَ
“Barangsiapa yang menganggap baik sesuatu (dalam agama, menurut pendapat/akalnya), sesungguhnya ia telah membuat syari’at (baru)”
[al Mankhuul oleh al Ghazaliy; kutip dari blog abul-jauzaa]
Maka mereka yang meng-hasanah-kan sebuah kesesatan jelas-jelas seperti apa yang dicela imam syaafi’iy diatas… Yaitu hanyalah bersumber dari hawa nafsu, dan bahkan membuat syari’at baru…
Maka janganlah kita menjadi orang-orang tercela; yg mencintai dan membenarkan bid’ah; sehingga menyelisihi sunnah.
Akan tetapi jadilah orang-orang yg terpuji dengan selalu menetapi sunnah dan menjauhi bid’ah…


abuzuhriy.com

Posting Komentar Blogger

 
Top