0 Comment

DAUD BEUREUH.
Mei 1978, Dauh Beureueh terkulai lemas didalam helikopter yang akan membawanya ke Medan lalu ke Jakarta. Oleh sebuah tim kecil Kopassandha (Kopassus) yang dipimpin Sjafrie Sjamsoeddin. Hal ini dilakukan oleh pemerintah dengan alasan akan dijadikan saksi dalam perkara Haji Ismail yang dituduh terlibat aksi Komando Jihad di Pengadilan Negeri Surabaya. Namun belakangan alasan itu kemudian diralat, bahwasan nya penjemputan ini dilandasi kekhawatiran pemerintah tentang dugaan dukungan Dauh Beureueh terhadap Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang belum lama di proklamirkan Hasan Tiro.
Teungku Muhammad Daud Beureueh atau Abu Daud merupakan pemimpin sekaligus ulama yang begitu kharismatik dan di hormati masyarakat Aceh. Seorang ulama sekaligus pejuang kemerdekaan,  Abu Daud,  juga merupakan tokoh yang militan dan teguh dalam perjuangan. Namun begitu beliau juga merupakan pemimpin yang tegas dalam kelembutan sikapnya.
Nyaris bernasib sama seperti Kartosuwiryo, Kahar Muzakar, Ibnu Hajar dan para laskar, pejuang yang harus tersingkir karena kebijakan kebijakan yang pongah. Ia mesti menjadi orang-orang yang kalah, tersingkir. Bukan karena sebuah pertempuran yang diikuti oleh para ksatria perwira. Melainkan kalah karena kesombongan dan kecurangan para politisi-politisi yang konon beridiologi itu.
Ia masih ingat betul janji Soekarno saat berkunjung ke Aceh tahun 1948 yang sempat terucap:
"Wallah Billah..., Atjeh nanti akan saya beri hak untuk menyusun rumah tangganja sendiri sesuai Syari'at Islam. Akan saya pergunakan pengaruh saya agar rakjat Atjeh benar-benar dapat melaksanakan Syariat Islam. Apakah Kakak masih ragu...??" Demikianlah dalam sebuah percakapan antara Presiden Soekarno dengan sang kakak (Daud Beureueh) dan tak kunjung terbukti itu. (Bersambung) "Perjuangan bukanlah milik segolongan tertentu dalam masyarakat. Ia lahir dari jiwa jiwa yang merdeka"

Posting Komentar Blogger

 
Top