Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2013

Niat adalah Syarat Semua Amal

Rumusan kaidah ini disusun oleh para ulama dalam beberapa lafazh yang berbeda namun memiliki maksud yang sama. Diantara lafazh itu adalah: النية شرط لسائر العمل   بها الصلاح والفساد للعمل “Niat adalah syarat semua amal, dengannya menentukan baik atau rusaknya amal” لا ثواب إلا بنية “Tidak sah suatu amalan melainkan dengan Niat” الأمور بمقاصدها، “Setiap perkara/amalan tergantung dari maksud(niat)nya” Pengarang Qowa’idul Fiqhiyah (Syaikh Abdurrahman as-Sa’di) menyebutkan: bahwasanya niat merupakan syarat sah tidaknya suatu amalan, adapun yang di maksud niat adalah : القصد ( tujuan & keinginan). Jika dikatakan: نوى كذا artinya “maksud & tujuannya”. Adapun makna niat secara istilah: العزم على الفعل  “berkeinginan kuat untuk mengerjakan suatu amalan”, maka barang siapa yang memiliki keinginan kuat untuk berbuat suatu amalan sudah di katakan itu dia telah berniat. Dan sebagian ulama mendefinisikan niat sebagai قصد التقرب لله  “keinginan untuk mendek...

keyakinan pengikut Rasulullah:Allah beristiwa' di atas Arsy,bukan ada dimana mana

Benarkah pendapat sebagian orang yang mengatakan bahwa Allah Subhanahu wata’ala ada di mana-mana? Maha Tinggi Allah dari hal itu. Dan apa hukum orang yang mengatakannya? Ahlus Sunnah wal Jamaah berkeyakinan bahwa Allah Subhanahu wata’ala berada di atas Arsy (singgasana)-Nya. Tidak di dalam alam, bahkan terpisah darinya. Dan Dia mengetahui serta melihat segala sesuatu. Tiada yang tersembunyi baginya sesuatupun baik di bumi maupun di langit. Allah Subhanahu wata’ala berfirman: “Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia ber-istiwa` (berada/naik) di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam.” (Al-A’raf: 54) “(Yaitu) Rabb Yang Maha Pemurah, Yang ber-istiwa` di atas ‘Arsy .” (Thaha...

sifat yahudi : banyak bertanya dan banyak menyelisihi

Mereka bertanya bukan untuk keinginan “mengamalkan pertanyaan yang mereka tanyakan”… hanya saja untuk “sekedar bertanya”… bahkan pertanyaan yang mereka ajukan hanyalah membingungkan orang yang ditanyakan… Berkata para ulama tafsiir: “Mereka hanya disuruh menyembelih sapi betina saja… tapi mereka banyak bertanya, dan mempersulit diri… hingga akhirnya Allah mempersulit mereka… Seandainya mreka MENCUKUPKAN DIRI dengan perintah tersebut, niscaya Allah tidak akan menambahkan penjelasan terhadap perintahNya tersebut…” Dikatakan adh Dhahhaak: “Bahkan mereka hampir saja tidak mengamalkan apa yang mereka tanyakan tersebut… Sesungguhnya penyembelihan itu bukanlah hal yang mereka inginkan, karena mereka memang tidak ingin menyembelihnya… Meskipun telah datang berbagai penjelasan, tanya jawab… maka mereka tidak menyembelihnya kecuali setelah bersusah payah… Ini merupakan celaan atas mereka… tujuan mereka bertanya itu hanyalah untuk membingungkan musa semata… oleh karena it...

nasehat yang baik

Menyikapi NASEHAT UMUM seseorang itu sebenarnya “gampang” saja… - Kalau isi tulisannya memotivasi kita beramal kebaikan… maka tinggal kita amalkan… - Kalau isi tulisannya memotivasi kita meninggalkan dan menjauhi keburukan… maka tinggal kita amalkan… - Kalau ternyata isi tulisannya “sepertinya” menyinggung kita… Maka jangan ke-Ge-eR-an dulu… bisa jadi ia sedang menyinggung DIRINYA SENDIRI… bisa jadi ia sedang menyinggung ORANG LAIN… Mengapa kita su’uzhan terhadapnya?! Sehingga kita menyangka dirinya sedang menyinggung-nyinggung kita dengan nasehatnya tersebut?! Darimana kita tahu kalau dia menyinggung kita? Sudahkah kita belah hatinya, sehingga kita tahu bahwa maksud tulisannya untuk menyinggung kita? Padahal nasehatnya umum? Bahkan jikalaupun ia bermaksud menyinggung DIRI KITA.. bukankah ia TIDAK MENYEBUTKAN secara EKSPLISIT nama kita? Bahkan kalaupun kita ketahui secara jelas, bahwa maksud nasehatnya tersebut benar-benar ditujukan untuk kita (tapi tidak menyeb...

ISLAM YANG BENAR..!!!

Ketahuilah, Islam yang benar adalah yang berlandaskan al qur-aan, as-sunnah yang shahiih, menurut apa yang dipahami, diyakini, dan diamalkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dan para shahabatnya. Mengapa kita harus mengikuti pemahaman, keyakinan dan pengamalan para shahabat? 1. Mereka adalah orang yang menyaksikan secara langsung turunnya al Qur-aan, mereka adalah orang yang menyaksikan secara langsung penjelasan Rasulullah dalam menjelaskan al qur-aan, mereka adalah orang yang menyaksikan sabda-sabda nabi secara langsung. Merekalah pun adalah kaum yang berbicara bahasa arab secara fasih, maka merekalah yang paling memahami agama ini, paling lurus keyakinannya, dan paling benar amalannya. 2. Mereka adalah orang yang diluruskan keyakinan, pemahaman atau pengamalan dalam beragama, jika mereka salah. Siapakah yang meluruskan kesalahan mereka? ketahuilah, yang meluruskan mereka adalah Allah dan RasulNya. Maka mengikuti pemahaman mereka dalam beragama, meng...

KEUTAMAAN MENCINTAI ORANG MISKIN

Pertama: Mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka akan memudahkan hisab seorang muslim pada hari kiamat Dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a agar bisa menjadi bagian dari orang miskin (karena tawadhu’nya beliau) bahkan bisa berkumpul dengan mereka di hari kiamat karena orang miskin-lah yang mudah dihisab di hari kiamat. Mereka tidak memiliki banyak harta dibanding orang kaya, sehingga mereka lebih dahulu masuk surga. Bukti bahwa sedikit harta akan sedikit hisabnya adalah pada hadits Mahmum bin Labid, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua hal yang tidak disukai oleh manusia: kematian, padahal kematian itu baik bagi muslim tatkala fitnah melanda, dan yang tidak disukai pula adalah sedikit harta, padahal sedikit harta akan menyebabkan manusia mudah dihisab (pada hari kiamat)” (HR. Ahmad 5: 427. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid) Kedua: Memperjuangkan kehidupan orang miskin termasuk jihad di j...

kesalahan kesalahan seputar kubur

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Berikut beberapa kesalahan seputar kubur yang sejak dahulu muncul dan tetap laris manis hingga saat ini. Pembahasan ini kami terjemahkan dari Majmu’ Al Fatawa Abul Abbas Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni rahimahullah . Semoga bermanfaat. [Membaca Al Qur’an di Sisi Kubur] Adapun membaca Al Qur’an terus menerus di sisi kubur, maka ini tidaklah pernah dikenal oleh para ulama salaf. Para ulama pun berselisih pendapat mengenai masalah membaca Al Qur’an di kuburan. Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Ahmad (menurut kebanyakan pendapat dari beliau) melarang hal ini . Namun, Imam Ahmad memberikan keringanan dalam masalah ini dalam pendapat beliau yang terakhir. Yang menjadi dasar Imam Ahmad dari pendapatnya yang terakhir adalah bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar pernah mewasiatkan agar dibacakan bagian awal dan akhir surat Al Baqarah ketika pemakamannya. Begitu pula ada riw...

syirik kecil dan syirik besar

Para Ulama telah membagi kesyirikan menjadi dua, yaitu syirik besar (akbar) dan syirik kecil (asgar).  Syirik besar adalah seorang yang mengadakan tandingan bagi Allah Ta’ala dalam perkara rububiyah, uluhiyah dan asma’ was shifat (lihat Ma’arijul Qobul, 2/483, Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/516). Perbedaan syirik besar dan syirik kecil penting untuk dipahami karena masing-masing dari kedua bentuk syirik ini memiliki hukum dan konsekuensi tersendiri. Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata, “ Syirik besar adalah seorang yang mengadakan tandingan (alternatif/ pembanding, red) bagi Allah, sehingga ia berdoa kepada tandingan tersebut sebagaimana ia berdoa kepada Allah, atau ia takut, harap dan cinta kepadanya sebagaimana cintanya kepada Allah, atau ia mempersembahkan kepadanya satu bentuk ibadah.” (Al-Qoulus Sadid Syarh Kitabit Tauhid, hal. 24) Adapun syirik kecil adalah semua perkara haram yang bisa menjadi sarana (wasilah) atau pengantar...

tidak berpuasa karena beratnya pekerjaan

Fatwa ke-1 : Fatwa Syaikh Shalih Al Fauzan hafidhahullah Pertanyaan : Terkait dengan orang-orang yang pekerjaan mereka melelahkan, yang tidak mendapati pekerjaan selain yang mereka geluti, apakah mereka diberi keringanan untuk tidak berpuasa seperti laki-laki dan perempuan yang sudah lanjut usia dan tidak mampu untuk berpuasa? Berilah faidah kepada kami, semoga Allah memberi pahala kepada Anda. Jawaban : Suatu pekerjaan tidaklah menjadikan seseorang boleh untuk tidak berpuasa walaupun pekerjaan itu berat. Kaum muslimin (di bulan Ramadhan) tetap bekerja di berbagai masa, dan tidak meninggalkan puasa karena pekerjaan. Sebab, pekerjaan bukanlah termasuk udzur yang disebutkan oleh Allah Jalla wa 'Ala yang menjadikan seseorang boleh untuk tidak berpuasa. Udzur-udzur yang menjadikan seseorang boleh untuk tidak berpuasa terbatas jumlahnya, yaitu : bepergian, sakit, haid, nifas, pikun, penyakit kronis, demikian juga wanita hamil dan menyusui yang khawatir ...

menjawab tuduhan,bahwa salafiyyin menghalalkan nikah dengan niat talaq (misyar)

Hukum Nikah Dengan Niat Talak ﴿ ﺣﻜﻢ ﺑﻨﻴﺔ ﻟﻄﻼ ﴾ [ ﻧﺪﻧﻴ ] – Indonesia – Indonesian Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Syaikh Muhammad al-Utsaimin rahimahullah Lajnah Daimah Untuk Riset Ilmiah Dan Fatwa Terjemah :Muhammad Iqbal A.Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Z   Pertanyaan 1: Ada seseorang yang ingin pergi ke luar negeri, karena ia mendapat tugas belajar. Ia ingin menjaga kemaluannya dengan menikah di sana untuk masa waktu tertentu. Kemudian setelah itu ia menceraikan istri ini tanpa mengabarkannya bahwa ia akan menceraikannya. Apakah hukumnya perbuatan ini?  Jawaban 1: Nikah dengan niat talak ini tidak terlepas dari dua perkara: Bisa jadi ia mensyaratkan di dalam akad nikah bahwa ia akan menikahinya selama satu bulan, atau setahun, atau hingga selesai belajarnya. Maka ini adalah nikah mut’ah dan hukumnya haram. Dan bisa jadi ia berniat melakukan hal itu tanpa mensyaratkannya. Maka pendapat yang masyhur dari mazhab Hanb...

jilbab menurut ketentuan syar'i

Belakangan ini, merebak trend jilbab gaul atau kudung gaul. Anggotanya mulai dari anak-anak remaja hingga ibu-ibu yang aktif dalam berbagai kegiatan pengajian. Kalau mereka ditanya,  “Jilbab apa ini namanya?”  Mereka akan menjawab dengan dengan pede-nya,  “Jilbab gaul..!” Jilbab gaul ini digandrungi karena alasan modisnya. Peminatnya adalah para wanita yang sudah terlanjur berjilbab tapi tetap ingin tampil modis dan trendi. Mereka ingin celana jeans, kaos-kaos ketat dan pakaian-pakaian minim mereka masih bisa terpakai, meskipun mereka sudah berjilbab. Walhasil, para desainer kawakan yang minim akan ilmu agama , mencoba mengotak-atik ketentuan jilbab syar’i dan mewarnainya sesuka hati dengan berkiblat kepada trend mode di wilayah barat. Mereka tidak segan-segan membawakan semboyan, “Jilbab modis dan syar’i” atau “Jilbab muslimah masa kini, modis dan trendi” atau semboyan-semboyan lain yang membuat kacau pikiran dan hati para gadis remaja. Dari Abu H...

sengsaranya pengekor hawa nafsu

Oleh:Abu Muhammad Abdul Mu’thi Al Maidani Sesungguhnya di dunia ini bagi manusia hanya ada dua jalan; jalan kebenaran dan jalan hawa nafsu. Jalan kebenaran adalah petunjuk yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan hawa nafsu merupakan jalan yang diprakarsai oleh setan sebagai musuh manusia guna menimbun bahan bakar api neraka pada hari kiamat nanti. Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alihi wasallam tatkala menerangkan tentang petunjuk, acap kali mengingatkan pula tentang bahaya hawa nafsu. Hawa nafsu berarti ‘kecenderungan manusia kepada perkara yang di suka oleh jiwanya’. Hawa nafsu yang tercela adalah hawa nafsu yang menyelisihi petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa para salaf menggelari sebagian orang yang menisbatkan diri kepada ilmu atau ibadah sebagai pengikut hawa nafsu, karena mereka menyelisihi petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Petunjuk Allah yaitu ilmu agama yang diwahyukan Allah...