0 Comment

Di antara dasar keimanan yang paling agung dalam agama Islam adalah beriman dengan peristiwa kebangkitan dari kubur. Dari keterangan nas-nas yang berkaitan dengan bab ini, beriman dengan adanya kebangkitan mengandung beberapa sisi. Di sini akan dibahas beberapa peristiwa dan keadaan yang berkenaan dengan hari kebangkitan, dan sisi-sisi yang akan menjelaskan hakikat beriman dengan kebangkitan tersebut.

Pengertian Kebangkitan
Secara bahasa, kebangkitan atau al-ba’tsu dalam bahasa Arab memiliki dua makna:
  • Pertama, al-irsaal (pengutusan). Di antara dalil yang menunjukkan makna ini adalah firman Allah Taala, “Kemudian Kami utus Musa sesudah rasul-rasul itu dengan membawa ayat-ayat Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya.” (QS. al-A’raaf: 103) Makna ba’atsnaa yaitu arsalnaa (Kami mengutus).
  • Kedua, al-itsaarah/at-tahriik (membangkitkan). Misalnya, Allah Taala berfirman, “Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.” (QS. al-Baqarah: 56)
Sedangkan kebangkitan di dalam syariat, maknanya adalah perbuatan Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati dan mengeluarkan mereka dari kubur.

Dalil-dalil Tentang Kebangkitan
Sungguh, perbuatan Allah Taala membangkitkan orang-orang mati pada hari kiamat nanti telah ditunjukkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah. Allah telah memberitakan hal tersebut, menjelaskan buktinya,dan  membantah orang-orang yang mengingkarinya di dalam sekian banyak ayat Al-Quran. Para nabi juga telah mengabarkan tentang kebangkitan, dan memerintahkan umat mereka untuk mengimaninya. Dan Nabi kita, Muhammad shallallahu alaih wa sallam, sebagai penutup para nabi, telah menjelaskan perkara akhirat dengan rincian yang tidak ada pada kitab-kitab sebelumnya.
Dalil dari al-Quran:
  • Firman Allah Taala, (artinya), “Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.” (QS. al-Baqarah: 56)
  • Firman Allah Taala (artinya), “Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Luqman: 28)
  • Firman Allah Taala (artinya), “Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: ‘Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.’ Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. at-Taghabun: 7)
  • Firman Allah Taala (artinya):  “Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.” (QS. al-A’raaf: 25)
  • Firman Allah Taala (artinya): “Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengambalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.” (QS. Nuh: 17-18)

Dalil Dari as-Sunnah:
  • Hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda, “Janganlah kalian melebih-lebihkan antara nabi yang satu dengan nabi yang lain. Karena ketika sangkakala ditiupkan, akan pingsanlah apa yang di langit dan di bumi, kecuali makhluk-makhluk yang Allah kehendaki. Kemudian ditiuplah sangkakala itu untuk yang kedua kalinya, maka aku akan menjadi orang pertama yang dibangkitkan, atau termasuk orang yang pertama dibangkitkan.” (HR. al-Bukhari 3414 dan Muslim 2373)
  • Hadits Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Maka aku adalah orang yang pertama dikeluarkan dari tanah.” (HR. al-Bukhari 2412 dan Muslim 2278)
  • Hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Sesungguhnya dalam diri manusia itu ada satu tulang yang tidak akan dimakan oleh tanah selama-lamanya, dan dari tulang itulah manusia akan diciptakan kembali pada hari kiamat.” Mereka bertanya: “Tulang apakah itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Tulang ekor.” (HR. Muslim 5253) Para ulama mengatakan bahwa tulang ekor ada di bagian bawah sulbi. Dan dalam sebuah hadits disebutkan bahwa tulang ini seperti biji sawi. Dari tulang inilah nanti jasad manusia tumbuh kembali.

Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa Allah Subhaanahu wa Taala akan membangkitkan orang-orang yang telah mati pada hari kiamat.
Hakikat Kebangkitan
Hakikat kebangkitan adalah proses Allah Taala mengumpulkan jasad orang-orang yang telah dikubur, lalu dengan kekuasaan-Nya Dia menjadikan jasad orang-orang itu seperti sedia kala. Kemudian Dia mengembalikan ruh jasad-jasad itu dan menggiring mereka ke tempat berkumpul untuk diberi keputusan hukum.
Allah Taala berfirman, “Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya. Ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh? Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” (QS. Yaasiin: 78-79)
Diriwayatkan dari Hudzaifah radhiyallahu’anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Sungguh, ada seorang laki-laki, ketika telah putus asa dari kehidupan, ia berwasiat kepada keluarganya, “Jika aku mati, kumpulkanlah kayu bakar yang banyak untukku, kemudian nyalakan api, sampai jika api itu telah melahap dagingku dan menghancurkan tulangku, kumpulkanlah lalu taburlah abu jasadku ke samudera pada hari yang panas.” Maka Allah pun mengumpulkannya dan berkata, “Mengapa engkau melakukan perbuatan itu?” Orang itu pun menjawab, “Karena takut kepada-Mu.” Allah pun mengampuninya.” (HR. al-Bukhari 3479)
Ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa Allah Taala mengembalikan jasad manusia yang telah terurai menjadi seperti semula. Lalu dikembalikan pula ruh ke jasad-jasad itu. Maha Suci Allah yang tidak bisa dilemahkan oleh sesuatu pun. Sesungguhnya Dia Maha Mampu melakukan segala sesuatu.
Di dalam sunnah Nabi shallallahu alaih wa sallam terdapat keterangan tentang bagaimana proses kebangkitan itu terjadi. Yaitu, Allah menurunkan air ke bumi, lalu tumbuhlah dengan air itu para penghuni kubur sebagaimana tumbuhnya rerumputan. Hal ini ditunjukkan di dalam hadits Abu Hurairah yang dikeluarkan oleh al-Bukhari dan Muslim. Rasulullah shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Jarak waktu antara dua tiupan adalah empat puluh, .. kemudian Allah menurunkan air dari langit, lalu mereka pun tumbuh seperti tumbuhnya sayuran. Semua bagian dari manusia akan hancur, dan tidak tersisa sedikitpun kecuali satu tulang saja, yaitu tulang pangkal ekor. Dari tulang inilah manusia akan diciptakan kembali pada hari kiamat.” (HR. al-Bukhari 4935 dan Muslim 2955)
Hadits ini menunjukkan bagaimana proses terjadinya kebangkitan. Para ahli kubur akan tetap berada di kubur mereka selama empat puluh masa di antara dua tiupan: tiupan kematian dan tiupan kebangkitan. Perawi hadits di atas tidak memastikan batasan empat puluh yang dimaksud. Apakah ia empat puluh hari, bulan, atau tahun. Namun dalam sebagian riwayat diterangkan bahwa yang dimaksud adalah empat puluh tahun. Kemudian ketika Allah ingin membangkitkan makhluk-makhluk-Nya, Allah menurunkan hujan dari langit. Dalam sebagian riwayat juga disebutkan bahwa air itu seperti air mani laki-laki. Dari air itu tumbuhlah para penghuni kubur sebagaimana tumbuhnya rerumputan, setelah jasad-jasad mereka terurai semua kecuali tulang ekornya saja. Hal ini berbeda dengan keadaan para Nabi yang jasad mereka tidak akan hancur. Dengan ini menjadi jelaslah hakikat kebangkitan, waktu dan kejadiannya.

Hukum Orang Yang Mendustakan Adanya Kebangkitan Setelah Mati
Orang yang mengingkari adanya kebangkitan setelah kematian hukumnya adalah kafir terhadap Allah Azza wa Jalla, kitab-kitab, dan para rasul-Nya. Allah Taala berfirman, “Berkatalah orang-orang yang kafir: “Apakah setelah kita menjadi tanah dan (begitu pula) bapak-bapak kita; apakah sesungguhnya kita akan dikeluarkan (dari kubur)?” (QS. an-Naml: 67) “Dan jika (ada sesuatu) yang kamu herankan, maka yang patut mengherankan adalah ucapan mereka: “Apabila kami telah menjadi tanah, apakah kami sesungguhnya akan (dikembalikan) menjadi makhluk yang baru?” Orang-orang itulah yang kafir kepada Tuhannya; dan orang-orang itulah (yang dilekatkan) belenggu di lehernya; mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. ar-Ra’d: 5)
“Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: “Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. at-Taghabun: 7) Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang semisal ini.
Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Allah Taala berfirman, “Manusia telah mendustakan-Ku, padahal mereka tidak boleh seperti itu. Dan manusia juga telah mencela-Ku, padahal mereka juga tidak boleh seperti itu. Pendustaan mereka kepada-Ku ialah ketika ia berkata, “Allah tidak akan mengembalikan aku sebagaimana Dia telah menciptakan aku.” Padahal mencipta itu tidak lebih mudah daripada mengulanginya. Adapun celaan ia kepada-Ku adalah ucapannya bahwa Allah mengambil seorang anak. Padahal Aku adalah Yang Maha Esa, Aku tidak melahirkan anak, dan tidak dilahirkan, tidak pula ada yang sederajat dengan-Ku.”

(Disadur dari Ushul Iman Fii Dhauil Kitab Was Sunnah, dan al-Irsyad Ilaa Shahih al-I’tiqad)

(Buletin Dakwah Jumat AS-SUNNAH Ed.59)

Posting Komentar Blogger

 
Top