Milisi Hayat Tahrir Al Sham (HTS) menjadi sorotan usai berhasil membangkitkan perlawanan di Suriah hingga menggulingkan rezim Presiden Bashar Al Assad hanya dalam 11 hari.
HTS menjatuhkan rezim Assad yang telah berkuasa selama 24 tahun setelah melancarkan perlawanan sejak 27 November lalu.
Sejak itu, HTS dibantu dengan sejumlah milisi pemberontak lainnya mulai merebut kota-kota strategis yang selama perang sipi 13 tahun terakhir dikuasai tentara Suriah, termasuk ibu kota Damaskus.
27 November
Milisi Suriah yang dikomandoi HTS meluncurkan serangan besar-besaran terhadap pasukan Assad di Kota Idlib dan meluas ke Aleppo barat tiga hari kemudian. Ini menandai awal dari serangan mereka dan menjadi bentrokan pertama antara kedua pihak setelah bertahun-tahun.
Setidaknya 37 orang tewas dalam pertempuran di Aleppo ini, termasuk pasukan rezim dan milisi sekutunya. Sementara itu, milisi berhasil merebut 13 desa, termasuk kota strategis Urm al-Sughra dan Anjara, serta Pangkalan 46, markas militer terbesar rezim Suriah di Aleppo barat.
30 November
Setelah melancarkan serangan kilat dan mengejutkan selama tiga hari, HTS dan milisi sekutu berhasil merebut Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah, dari tangan tentara Assad.
Ini adalah pertama kalinya milisi menginjakkan kaki di kota tersebut sejak pasukan pemerintah merebut kendali Aleppo pada 2016.
Tentara Suriah secara implisit mengakui bahwa pasukannya mundur, dengan menyatakan bahwa "sejumlah besar teroris" memaksa mereka untuk "melakukan operasi pemindahan pasukan."
5 Desember
Setelah merebut Idlib dan Aleppo, milisi lanjut menyerbu kota Hama.
Hama merupakan kota strategis di persimpangan utama Suriah yang menjadi jalur suplai langsung antara Damaskus dan Aleppo.
Rezim Assad telah menguasai Hama selama lebih dari satu dekade sejak perang sipil berkecamuk. Namun, militer Suriah terang-terangan menyatakan mundur dari Hama setelah milisi "menembus beberapa bagian kota" pada 5 Desember.
Video yang diverifikasi juga CNN menunjukkan para pemberontak merayakan kemenangan saat mereka memasuki Hama.
Dari sana, pemberontak mengarahkan perlawanan mereka menuju ke Homs.
6 Desember
Pasukan oposisi terus maju menuju Damaskus, merebut kota Daraa dengan bantuan faksi pemberontak yang mewakili komunitas Druze di kota tetangga As-Suwayda.
Setelah terlibat pertempuran, milisi berhasil menguasai Daraa, kota tempat gerakan protes menentang rezim Assad pertama kali berlangsung pada 2011 lalu. Protes itu dibarengi dengan fenomena Arab Spring yang terjadi di beberapa negara Timur Tengah hingga memicu kejatuhan rezim.
Protes itu pula mematik rezim Assad memberangus oposisi hingga memicu perang sipil Suriah.
7 Desember
Setelah merebut Daraa, HTS dan milisi sekutu dengan cepat menguasai Kota Homs.
Pada Sabtu malam, HTS menyatakan telah "sepenuhnya membebaskan" kota besar tersebut. Perayaan langsung berlangsung di kalangan warga Homs di mana orang-orang terlihat merobek poster-poster Assad dan membakarnya.
"Kami berhasil membebaskan empat kota Suriah dalam 24 jam: Daraa, Quneitra, Suwayda, dan Homs," kata Letnan Kolonel Hassan Abdul Ghani, juru bicara HTS menjelang pasukan mereka menyerbu Damaskus.
8 Desember
Pada Minggu pagi, HTS dan milisi sekutu dengan mudah merangsek dan menduduki ibu kota Damaskus tanpa perlawanan sengit dari tentara rezim Assad.
Presiden Assad sendiri dilaporkan langsung kabur ke luar Suriah saat milisi tengah merangsek ibu kota.
Media pemerintah Rusia segera mengonfirmasi bahwa Assad telah melarikan diri ke Moskow.
HTS pun mendeklarasikan Suriah telah bebas dan rezim Assad telah berakhir.
"Kemenangan ini, saudara-saudaraku, adalah kemenangan bagi seluruh umat Islam. Keberhasilan baru ini, saudara-saudaraku, menandai babak baru dalam sejarah kawasan ini," ucap pemimpin HTS Abu Mohammed Al Julani dalam pidatonya.
Sumber : CNN indonesia