
[465/597]
Dari Abu Mas'ud, ia berkata bahwa Uqbah berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إن مما أدرك الناس من كلام النبوة [الأولى/1316]: إذا لم تستحي فاصنع ما شئت
"Sesungguhnya di antara
kalimat kenabian pertama yang sampai ke tengah-tengah manusia adalah:
“Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu”."
(Shahih)-Ash Shahihah (684), Al Irwa’ (2673): [Bukhari: 60-Kitab Al Anbiya’, 54-Bab Hadatsana Abul Yaman]
[466/598]
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda,
الإيمان بضع وستون- أو بضع وسبعون - شعبة؛ أفضلها لا إله إلا الله، وأدناها إماطة الأذى عن الطريق، والحياء شعبة من الإيمان
"Iman
itu ada 60 lebih (atau 70 sekian) cabang. Iman yang paling utama
adalah [ucapan] Laa ilaaha illallah dan yang paling rendah adalah
menyingkirkan gangguan dari jalan, sedangkan malu termasuk cabang dari
iman."
(Shahih)-Ash Shahihah (1769). Lafazh “sab’un (70)” itu yang lebih tepat. [Bukhari: 2-Kitab Al Iman, 3-Bab Umurul Iman. Muslim: 1-Kitab Al Iman, hal. 57-58]
[467/599]
Dari Abu Sa’id, ia berkata,
كان النبي صلى الله عليه وسلم أشد حياء من العذراء[1] في خدرها، وكان إذا كره [شيئاً] عرفناه في وجهه
“Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam lebih pemalu dari pada perawan dalam pingitan. Jika beliau tidak
menyukai [sesuatu], maka akan kami ketahui dari wajahnya."
(Shahih)-Mukhtashor
Ash Shama-il (307): [Bukhari: 61-Kitab Al Manaqib, 23-Bab Shifatun
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Muslim: 43-Kitab Al Fadhoil, hal.
67]
[468/600]
Dari Utsman [ibnu Affan] dan ‘Aisyah, keduanya menceritakan,
أن
أبا بكر استأذن على رسول الله صلى الله عليه وسلم - وهو مضطجعٌ على فراش
عائشة، لابساً مرط عائشة- فأذن لأبي بكر وهو كذلك، فقضى إليه حاجته، ثم
انصرف. ثم استأذن عمر رضي الله عنه، فأذن له وهو كذلك، فقضى إليه حاجته، ثم
انصرف. قال عثمان: ثم استأذنت عليه، فجلس. وقال لعائشة: "اجمعي إليك
ثيابك". فقضيت إليه حاجتي ثم انصرفتُ.قال: فقالت عائشة: يا رسول الله! لم
أرك فزعت لأبي بكر وعمر رضي الله عنهما كما فزعت لعثمان؟ قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم : "إن عثمان رجل حيي، وإني خشيت أن أذنتُ له- وأنا على
تلك الحال- أن لا يبلغ إليّ في حاجته
“Suatu ketika Abu Bakar
meminta izin untuk menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam -
ketika itu beliau sedang berbaring di tempat tidur Aisyah sambil
memakai kain panjang istrinya-. Beliau lalu mengizinkan Abu Bakar dan
beliau tetap dalam keadaan semula. Abu Bakar lalu mengutarakan
keperluannya lalu pergi. Setelah itu datanglah Umar ibnul Khaththab
radliallahu 'anhu meminta izin dan beliau mengizinkannya masuk sedang
beliau masih dalam kondisi semula. Umar lalu mengutarakan keperluannya
lalu setelah itu ia pun pergi.
Utsman
[ibnu Affan] berkata, "Lalu saya meminta izin, beliau lalu duduk”.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada Aisyah, "Tutupkanlah
bajumu padaku". Lalu kuutarakan keperluanku lalu saya pun pergi.
Aisyah
lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, tindakanmu terhadap Abu Bakar dan
‘Umar radliallahu 'anhuma kok tidak seperti tindakanmu pada Utsman [?]"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu menjawab, "Sesungguhnya
Utsman adalah seorang pria pemalu dan saya khawatir jika dia kuizinkan
dan saya dalam keadaan demikian, dia lalu tidak mengutarakan
keperluannya."
(Shahih)-Ash Shahihah (1687): [Muslim: 44-Kitab Fadhoil Ash Shohabah, hal. 26-27]
[469/601]
Dari Anas ibnu Malik, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda,
ما كان الحياء في شيء إلا زانه، ولا كان الفحش في شيء إلا شانه
"Malu akan memperindah sesuatu, sedangkan kekejian akan memperjelek sesuatu.”
(Shahih)-Takhrij
Al Misykah (4854): [Tirmidzi: 25-Kitab Al Birr, 47-Bab Maa Jaa-a Fil
Fahsyi wat Tafahusyi. Ibnu Majah: 37-Kitab Az Zuhd, 17-Bab Al Haya’,
hal. 4185]
[470/602]
Dari Salim, dari ayahnya, ia menceritakan bahwa
أن
رسول الله صلى الله عليه وسلم مر برجل يعظ ( وفي رواية … يعاتب) أخاه في
الحياء، [ حتى كأنه يقول : أضرّ بك] فقال: " دعهُ؛ فإن الحياء من الإيمان
Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam melewati seorang pria yang menasehati saudaranya karena ia
begitu pemalu [dalam suatu riwayat disebutkan [pria itu mencelanya
karena sifat malu yang dimilikinya] [bahkan pria itu berkata: “Saya
dirugikan karena sifatmu itu.”]
Nabi lalu bersabda, "Biarkanlah dia, karena malu merupakan ciri keimanan."
(Shahih)-Ar Roudh An Nadhir (513): [Bukhari: 2-Kitab Al Iman, 16-Bab Al Haya’. Muslim: 1-Kitab Al Iman, hal. 59]
[471/603]
Dari ‘Aisyah, ia berkata,
كان النبي صلى الله عليه وسلم مضطجعاً في بيتي، كاشفاً عن فخه أو ساقيه[2]، فاستأذن أبو بكر رضي الله عنه فأذن له كذلك،
فتحدث،
ثم استأذن عمر رضي الله عنه، فأذن له كذلك، ثم تحدّث. ثم استأذن عثمان
رضي الله عنه، فجلس النبي صلى الله عليه وسلم وسوى ثيابه- قال محمد : ولا
أقول في يوم واحد- فدخل، فتحدث، فلما خرج. قالت: قلت: "يا رسول الله! دخل
أبو بكر فلم تهِشّ ولم تباله، ثم دخل عمر فلم تهش ولم تباله، ثم دخل عثمان
فجلست وسويت ثيابك؟
“Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam tengah berbaring di rumahku dalam keadaan paha atau betis beliau
tersingkap. Abu Bakar meminta izin untuk menemui beliau dan beliau pun
mengizinkan kemudian ia mengutarakan maksudnya. Setelah itu datanglah
Umar radliallahu 'anhu, beliau pun mengizinkannya dan ia pun
menyampaikan keperluannya. Datanglah Utsman radliallahu 'anhu, kemudian
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bangkit untuk duduk dan merapikan
bajunya –Muhammad[3] berkata: “Saya tidak menyatakan mereka (ketiga sahabat tadi) masuk menemui nabi di hari yang sama-.
Utsman
pun masuk dan mengutarakan keperluannya lalu ia keluar. Saya (Aisyah)
pun bertanya, “Wahai rasulullah ketika Abu Bakr dan Umar masuk
menemuimu, namun anda tidak menghiraukan kondisimu, namun sikap anda
berbeda ketika Ustman yang menemui anda?”
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lantas bersabda,
ألا أستحي من رجل تستحي منه الملائكة؟
"Apakah saya tidak malu kepada pria yang malaikat saja malu kepadanya?”
(Shahih)-Ash Shahihah (1687): [Muslim: Lihat hadits 600][4]
Artikel www.rumaysho.com
[1]
Dalam kitab asli tercantum عذراء demikian pula pada kitab pensyarah.
Saya mengoreksinya beracuan kepada kitab Shahih penulis (imam Bukhari)
dan Shahih Muslim. Dan berdasarkan kedua acuan tersebut saya menyisipkan
lafadz ”syaian” pada hadits di atas sebagaimana tertera dalam tanda
kurung.
[2]
Demikianlah lafadz yang tertera dalam Shahih Muslim dan hal itu
merupakan keragu-raguan dari salah satu perawi. Namun hal itu tidak
terjadi dalam riwayat Ath Thahawi ketika saya mencantumkan takhrij
hadits tersebut dalam Ash Shahihah (4/259). Saya juga menyatakan bahwa
hadits tersebut dikeluarkan pula oleh Ibnu Hibban dalam Shahih-nya
(9/27-28). Hadits di atas memiliki syahid dari hadits Anas, namun dalam
redaksinya tidak disebutkan keraguan yang muncul dari perawi
sebagaimana tersebut dalam hadits di atas. Saya juga mentakhrij hadits
tersebut di tempat yang sama.
[3] Muhammad bin Abi Harmalah, perawi yang meriwayatkan hadits ini dari Atha’ (ed). Syarh Shahih Adabil Mufrad 2/254.
[4]
Yang dimaksudkan di sini adalah hadits no. (468/600). Sudah sepatutnya
diketahui bahwa hadits seandainya diriwayatkan juga oleh Muslim, namun
riwayat lain tidak demikian baik secara matan maupun sanad. Adapun
sanad, maka hadits ini berasal dari hadits ‘Aisyah saja sebagaimana yang
engkau saksikan Begitu pula hadits lainnya adalah hadits Utsman
bersama Aisyah sebagaimana yang telah lewat.
Adapun
secara matan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terlihat menyingkap
pahanya (maksudnya: dia menurunkan kedua kakinya di dinding sebagaimana
ditegaskan dalam hadits Anas). Di dalamnya, beliau berbaring di rumah
‘Aisyah sambil tertutup oleh pakaian (berbulu). Hal ini sebagaimana
dijelaskan dalam Ibnu Hibban (6867), Al Musnad (6/167). Oleh karena itu
beliau katakan: “Jadikan pakaianmu untuk menutupku”. Dari sini, beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam memakai selain pakaiannya.