99% Habib yang mengaku ahlul bait itu sufi dan Syi’ah yang taqiyah, hati-hatilah memilih guru-guru dalam agama, jauhilah ajaran dongeng tanpa dalil shahih. Ini ajaran sesat karangan bohong, sebagus apa cerita yang tidak ada dalil dalam Al-Qur'an dan hadits yang Shahih, itu 100% bohong, itu bukan dari Islam. Hanya ada di kalangan habib habib yang mengaku cucu nabi aliran Syiah dan sufi dan sejenisnya.
IMAM SYAFI'I RAHIMAHULLAH MENCELA SUFI.
_
Tak heran bila seorang Imam Syafe'i rahimahullah mencela dan membantah aliran ini.
Pandangan Imam Syafe'i rahimahullah dan celaan beliau terhadap aliran2 /tarekat2 sufi dan para pengikutnya telah rapi dalam kitab2 yang menulis biografi beliau.
_
Yang menarik , Imam Syafe'i rahimahullah pernah melintarkan pertanyaan ketikabeliau memasuki negri Mesir yang berbunyi " Aku tinggalkan di ( negeri ) Irak sesuatu yang di ada-adakan oleh kaum zindiq yang mereka sebut dengan taghbiir.
Dengan itu mereka melalaikan orang-orang dari Al-Quran " ( Manaqibu asy-Syafi'i , karya al-Baihaqi 1/173 )
_
Makna zindiq adalah orang yg sudah rusak agamanya.Dan org2 zindiq yg beliau maksud adalah kalangan mutashawwiwfah ( para penganut Tasawuf )
KEBOHONGAN YANG ANGGAP SYARI'AT OLEH SUFI
AJARAN KHURAFAT/DONGENG
Dongeng/Khurafat
Apa itu khurafat dan takhayyul? Mohon dijelaskan. Terima kasih.
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Kita akan lihat pengertian masing-masing dari sisi penggunaan bahasa.
Khurafat, menurut Ibnul Mandzur,
والخُرافةُ الحديثُ الـمُسْتَمْلَحُ من الكذِبِ. وقالوا: حديث خُرافةَ
Khurafat adalah berita yang dibumbuhi dengan kedustaan. Masyarakt menyebut, ‘Beritanya khurafat’
Kemudian beliau menyebutkan latar belakang istilah ini,
ذكر ابن الكلبي في قولهم حديثُ خُرافة أَنَّ خُرافةَ من بني عُذْرَةَ أَو من جُهَيْنةَ، اخْتَطَفَتْه الجِنُّ ثم رجع إلى قومه فكان يُحَدِّثُ بأَحاديثَ مـما رأي يَعْجَبُ منها الناسُ؛ فكذَّبوه فجرى على أَلْسُنِ الناس: حديث خُرافةَ
Dijelaskan oleh Ibnul Kalbi tentang pernyataan masyarakat, ‘Beritanya khurafat’ bahwa Khurafat adalah nama orang dari Bani Udzrah atau bani Juhainah. Dia pernah diculik Jin kemudian kembali ke kampungnya. Setelah itu, dia bercerita banyak tentang berbagai kejadian yang dia lihat, sehingga banyak orang terheran-heran. Sampai mereka tidak percaya dan menganggap Khurafat berdusta. Akhirnya jadi terkenal di tengah masyarakat, “Beritanya Khurafat.” (Lisanul Arab, 9/62)
Keterangan yang sama juga disampaikan az-Zirikli,
خرافة : رجل من بني عذرة، غاب عن قبيلته زمناً ثم عاد فزعم أن الجن استهوته وأنه رأى أعاجيب جعل يقصها عليهم، فأكثر، فقالوا في الحديث المكذوب (حديث خرافة) وقالوا فيه (أكذب من خرافة) حتى سمى الحريري الكذب خرافة
Khurafat adalah nama seorang lelaki dari bani Udzrah, yang hilang dari kampungnya dalam kurun waktu yang lama. Kemudian dia kembali. Dia menyangka telah disekap Jin, dan dia telah melihat berbagai kejadian aneh. Lalu diceritakan kepada masyarakatnya panjang lebar. Hingga jadi istilah mereka untuk menyebut berita dusta, ‘Beritanya Khurafat’. Mereka juga membuat istilah, “Lebih pembohong dari pada Khurafat.” Hingga al-Hariri menyebut setiap kedustaan dengan Khurafat. (al-A’lam, az-Zirikli, 2/303).
Dari keterangan mereka, kita memahami kata Khurafat artinya semua berita atau informasi yang mengandung kedustaan.
Kita beralih ke istilah Takhayyul
Kata ini disebutkan dalam al-Quran, ketika Allah menceritakan sihir yang dilakukan tukang sihirnya Fir’aun,
قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى
“Berkata Musa: “Silahkan kamu sekalian melemparkan.” Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.” (QS. Thaha: 66)
Tukang sihir Firaun menyihir setiap mata para penontonnya. Sehingga seolah mata mereka melihat tali dan tongkat mereka menjadi ular. Termasuk Musa ‘alaihis salam, terbayang dalam diri beliau, tali dan tongkat mereka menjadi ular.
Dalam kamus Mu’jam al-Wasith, makna kata Takhayyul adalah [تَصَوَّرَهُ ، تَمَثَّلَهُ] yang artinya membayangkan.
Karena orang sombong yang kagum dengan dirinya disebut Mukhtal atau Dzul Khuyala’. Karena dia membayangkan dirinya hebat, seolah tidak ada yang menandinginya. (Lisan al-‘Arab, 11/226)
Dalam kamus KBBI, ta·kha·yul diartikan sebagai (sesuatu yg) hanya ada dalam khayal belaka
atau kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap ada atau sakti, padahal sebenarnya tidak ada atau tidak sakti.
Mengapa Takhayul dan Khurafat Digandengkan?
Dua kata ini digandengkan, karena semua keterangan dusta, berawal hanya dari khayalan manusia. Khayalan tanpa bukti. Tidak sesuai kenyataan, dan tidak didukung oleh dalil. Ketika itu diyakini, statusnya menjadi khurafat. Keyakinan dusta yang menyimpang.
Apakah Semua Takhayul & Khurafat itu Terlarang?
Khurafat dan takhayul terkait syariat, semuanya terlarang. Karena berdusta atas nama syariat. Terlebih jika khurafat itu terkait keyakinan tentang Allah. Bahayanya lebih parah dan ancaman dosanya sangat besar.
Dalam al-Quran, Allah banyak memberikan ancaman untuk orang yang memiliki keyakinan dusta tentang Allah, diantaranya,
Allah berfirman,
فَمَنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah orang-orang yang zalim. (QS. an-Nisa: 94).
Ayat ini bercerita tentang sikap sebagian bani Israil yang mereka menetapkan hukum halal haram di masa sebelum turunnya taurat. Pernyataan mereka tanpa bukti, Allah sebut sebagai dusta atas nama Allah.
Allah juga berfirman,
انْظُرْ كَيْفَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَكَفَى بِهِ إِثْمًا مُبِينًا
Lihatlah bagaimana mereka berbuat dusta atas nama Allah. dan cukuplah itu sebagai perbuatan dosa yang nyata. (QS. an-Nisa: 50).
Ayat ini bercerita tentang pengakuan orang yahudi dan nasrani bahwa mereka adalah kekasih Allah, anak kesayangan Allah. dan mereka menganggap, yang paling berhak masuk surganya Allah adalah Yahudi dan Nasrani. Allah sebut anggapan ini sebagai kedustaan atas nama-Nya.
Allah juga berfirman,
قُلْ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
Katakanlah, sesungguhnya orang-orang yang berdusta atas nama Allah, dia tidak akan beruntung. (QS. Yunus: 69).
Ayat ini berisi ancaman Allah untuk orang yang menyatakan Allah punya anak, padahal Allah tidak butuh seluruh makhluk. Dia Maha Kaya.
Allah juga berfirman,
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ
Siapakah yang lebih dzalim dari pada orang yang berdusta atas nama Allah, padahal dia telah didakwahi untuk masuk islam. (QS. as-Shaf: 7)
Padahal dia telah didakwahi untuk masuk islam, artinya dia telah mengenal kebenaran. Allah sebut perbuatannya sebagai pebuatan yang paling dzalim. Mereka menyebut Allah memiliki sekutu.
Termasuk bentuk khurafat adalah menggalang amalan ibadah yang sama sekali tidak pernah Allah syariatkan. Allah berfirman,
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. as-Syu’ara’: 21)
Keyakinan Ngawur atas Nama Allah, Asal Segala Kesesatan
Jika kita perhatikan, semua penyimpangan orang musyrik dan orang kafir yang Allah sebutkan dalam ayat-ayat di atas, sumbernya adalah aqidah dan keyakinan menyimpang tentang Allah.
Ada yang berbicara masalah halal-haram tanpa dalil. Sementara yang berhak menetapkan hukum halal-haram hanya Allah.
Ada yang karena mengklaim dirinya anak kesayangan Allah yang pasti masuk surga, tanpa bukti amal.
Ada yang menyatakan Alah punya anak. Padahal Allah Maha Sempurna, tidak butuh seluruh alam
Ada yang menganggap Allah punya wakil untuk mengantarkan berdoa, yang itu menjadi aqidah orang musyrikin.
Ada yang menetapkan aturan dalam ibadah, sementara dia tidak punya dalil dari syariat. Dia sebut amal bid’ah berpahala, sementara Allah tidak pernah menjanjikan pahala untuk amal itu.
Karena itulah, Ibnul Qoyim menyebutkan bahwa berbicara ngawur tentang Allah, menyampaikan informasi tentang Allah tanpa ilmu, adalah sumber dari segala kesesatan.
Ibnul Qoyim mengatakan,
فليس في أجناس المحرمات أعظم عند الله منه, ولا أشد منه, ولا أشد إثمًا، وهو أصل الشرك والكفر، وعليه أسست البدع والضلالات، فكل بدعة مضلة في الدين أساسها القول على الله بلا علم
Tidak ada jenis keharaman yang lebih parah di sisi Allah melebihi berbicara atas nama Allah tanpa ilmu, dan lebih berat dosanya dari pada tindakan ini. Karena ini adalah sumber segara kesyirikan dan kekufuran. Dan semua bentuk bid’ah dan kesesatan juga dibangun karena pelanggaran ini. Semua bid’ah yang menyesatkan dalam agama, asasnya adalah berbicara atas nama Allah tanpa ilmu. (Madarij as-Saikin, 1/372)
Luruskan Aqidah Anda
Aqidah menaruh peranan paling penting dalam hidup manusia. Karena dia pengendali hidup. Orang akan semakin mudah mentaati Allah, ketika aqidahnya benar. Kita bisa lihat, orang kafir dan orang musyrik menjadi manusia yang sangat jahat dan bengis di alam ini, sebabnya adalah karena mereka memiliki aqidah yang sesat.
Sebagai contoh sederhana saja,
Bandingkan kaum muslimin dengan orang syiah…
Syiah, mereka mengaku muslim. Mengaku menyembah Allah. Mengaku keberadaan nabi yang sama dengan kita. Mengakui adanya malaikat, surga-neraka, dst.
Tapi di saat yang sama, mereka punya penyimpangan besar dalam masalah aqidah. Mereka mengagungkan Husain, melebihi pengagungan mereka kepada Allah. Mereka menganggap, hanya penganut Husain yang akan dijamin masuk surga. Mereka mengaku itu dengan klaim, bukan dengan bukti.
Mereka membesar-besarkan urusan imamah Ali bin Abi Thalib. Dan ini dianggap puncak dari segala perjuangan.
Di sana anda bisa lihat, bagaimana karakter orang syiah yang sangat menjijikkan,
Mereka menghalalkan kawin kontrak, nikah sejam, dua jam, dianggap sah. Anda bisa perhatikan, berapa kira-kira anak mut’ah yang ada di Iran? Ataukah hampir semua masyarakat Iran anak mut’ah?
Mereka menghina habis A’isyah, dan menyebutnya penghuni neraka
Mereka mengkafirkan Abu Bakr, Umar, dan Utsman.
Mereka menganggap, al-Quran yang ada di tengah kaum muslimin, sudah tidak otentik.
Mereka menganggap semua imam mereka itu makshum, layaknya seorang nabi.
Ada orang yang karakternya selalu membela kebatilan, karena aqidah mereka rusak.
Allah berfirman,
وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آَيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ
“Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.” (QS. al-A’raf: 146)
Allahu a’lam
[RUJUKAN DALAM AGAMA ISLAM]
Rujukan kita dalam beragama adalah :
1. Al-Qur'an
Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala:
ٱتَّبِعُواْ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُمۡ وَلَا تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَۗ قَلِيلٗا مَّا تَذَكَّرُونَ
“Ikutilah apa yang telah diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian dan janganlah kalian mengikuti wali-wali selain Allah, sedikit sekali dari kalian yang mau mengambil pelajaran.” (Al Qur'an surah al-A’raf: 3)
2. Hadits
Al quran dan hadis, tidak bisa dipisahkan karena dua hal tersebut sama sama berfungsi sebagai rujukan utama dalam agama islam dan wajib bagi setiap muslim untuk berpegang teguh kepada kedunya.
Dalil untuk berpegang teguh dengan Al Qur’an dan hadits disebutkan dalam Muwatho’ Imam Malik,
إني قد تركت فيكم ما إن اعتصمتم به فلن تضلوا أبدا كتاب الله وسنة نبيه الحديث
“Aku telah tinggalkan bagi kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat selamanya jika berpegang teguh dengan keduanya yaitu: Al Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam” (HR. Al Hakim, sanadnya shahih kata Al Hakim).
3. Pemahaman para sahabat
Agama islam adalah agama yang punya rujukan yaitu dalil, dan yang paling pertama memahami dalil-dalil tersebut adalah para sahabat Radhiallahu Ta'ala anhum, oleh karena itu kita wajib mengikuti pemahaman mereka dalam beragama. Alasannya adalah sebagai berikut :
1. Mereka belajar langsung kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam
2. Mereka adalah orang-orang yang di jamin oleh Allah akan masuk surga.
3. Mereka adalah orang-orang yang di puji dalam al qur'an, silahkan buka Al qur'an surah At-Taubah ayat 100.
Dalil yang memerintahkan agar mereka di ikuti adalah hadis :
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِنَّ بَنِى إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى
“Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Sedangkan umatku terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu.” Para sahabat bertanya, “Siapa golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yaitu yang mengikuti pemahamanku dan pemahaman sahabatku.” (HR. Tirmidzi no. 2641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
4. Pemahaman Para Tabi'iin
Tabi’in (التابعون, ‘pengikut’), adalah orang Islam awal yang masa hidupnya setelah para Sahabat Nabi dan tidak mengalami masa hidup Nabi Muhammad. Usianya tentu saja lebih muda dari Sahabat Nabi, bahkan ada yang masih anak-anak atau remaja pada masa Sahabat masih hidup. Tabi’in merupakan murid Sahabat Nabi, sehingga otomatis ilmu-ilmu mereka dapat di percaya dan bisa dijadikan rujukan.
5. Pemahaman para atba'uttabi'iin
Tabi’ut Tabi’in atau Atbaut Tabi’in (تابع التابعين) adalah generasi setelah Tabi’in, artinya pengikut Tabi’in, adalah orang Islam teman sepergaulan dengan para Tabi’in dan tidak mengalami masa hidup Sahabat Nabi. Tabi’ut Tabi’in adalah di antara tiga kurun generasi terbaik dalam sejarah Islam, setelah Tabi’in dan Shahabat. Tabi’ut Tabi’in disebut juga murid Tabi’in sehingga bisa kita pastikan bahwa mereka-mereka itu layak dijadikan rujukan dalam beragama. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
“Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in).” (Muttafaq ‘alaih)
6. Dan yang mengikuti mereka
Maksudnya adalah ulama atau orang yang berilmu dan berpegang pada al qur'an dan assunnah dan pemahaman 3 generasi yang telah kita sebutkan tadi yaitu sahabat, tabi'iin dan atba'uttabi'iin. Mereka itu adalah orang-orang yang layak di ambil ilmunya.
Dongeng/Khurafat
Apa itu khurafat dan takhayyul? Mohon dijelaskan. Terima kasih.
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Kita akan lihat pengertian masing-masing dari sisi penggunaan bahasa.
Khurafat, menurut Ibnul Mandzur,
والخُرافةُ الحديثُ الـمُسْتَمْلَحُ من الكذِبِ. وقالوا: حديث خُرافةَ
Khurafat adalah berita yang dibumbuhi dengan kedustaan. Masyarakt menyebut, ‘Beritanya khurafat’
Kemudian beliau menyebutkan latar belakang istilah ini,
ذكر ابن الكلبي في قولهم حديثُ خُرافة أَنَّ خُرافةَ من بني عُذْرَةَ أَو من جُهَيْنةَ، اخْتَطَفَتْه الجِنُّ ثم رجع إلى قومه فكان يُحَدِّثُ بأَحاديثَ مـما رأي يَعْجَبُ منها الناسُ؛ فكذَّبوه فجرى على أَلْسُنِ الناس: حديث خُرافةَ
Dijelaskan oleh Ibnul Kalbi tentang pernyataan masyarakat, ‘Beritanya khurafat’ bahwa Khurafat adalah nama orang dari Bani Udzrah atau bani Juhainah. Dia pernah diculik Jin kemudian kembali ke kampungnya. Setelah itu, dia bercerita banyak tentang berbagai kejadian yang dia lihat, sehingga banyak orang terheran-heran. Sampai mereka tidak percaya dan menganggap Khurafat berdusta. Akhirnya jadi terkenal di tengah masyarakat, “Beritanya Khurafat.” (Lisanul Arab, 9/62)
Keterangan yang sama juga disampaikan az-Zirikli,
خرافة : رجل من بني عذرة، غاب عن قبيلته زمناً ثم عاد فزعم أن الجن استهوته وأنه رأى أعاجيب جعل يقصها عليهم، فأكثر، فقالوا في الحديث المكذوب (حديث خرافة) وقالوا فيه (أكذب من خرافة) حتى سمى الحريري الكذب خرافة
Khurafat adalah nama seorang lelaki dari bani Udzrah, yang hilang dari kampungnya dalam kurun waktu yang lama. Kemudian dia kembali. Dia menyangka telah disekap Jin, dan dia telah melihat berbagai kejadian aneh. Lalu diceritakan kepada masyarakatnya panjang lebar. Hingga jadi istilah mereka untuk menyebut berita dusta, ‘Beritanya Khurafat’. Mereka juga membuat istilah, “Lebih pembohong dari pada Khurafat.” Hingga al-Hariri menyebut setiap kedustaan dengan Khurafat. (al-A’lam, az-Zirikli, 2/303).
Dari keterangan mereka, kita memahami kata Khurafat artinya semua berita atau informasi yang mengandung kedustaan.
Kita beralih ke istilah Takhayyul
Kata ini disebutkan dalam al-Quran, ketika Allah menceritakan sihir yang dilakukan tukang sihirnya Fir’aun,
قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى
“Berkata Musa: “Silahkan kamu sekalian melemparkan.” Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.” (QS. Thaha: 66)
Tukang sihir Firaun menyihir setiap mata para penontonnya. Sehingga seolah mata mereka melihat tali dan tongkat mereka menjadi ular. Termasuk Musa ‘alaihis salam, terbayang dalam diri beliau, tali dan tongkat mereka menjadi ular.
Dalam kamus Mu’jam al-Wasith, makna kata Takhayyul adalah [تَصَوَّرَهُ ، تَمَثَّلَهُ] yang artinya membayangkan.
Karena orang sombong yang kagum dengan dirinya disebut Mukhtal atau Dzul Khuyala’. Karena dia membayangkan dirinya hebat, seolah tidak ada yang menandinginya. (Lisan al-‘Arab, 11/226)
Dalam kamus KBBI, ta·kha·yul diartikan sebagai (sesuatu yg) hanya ada dalam khayal belaka
atau kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap ada atau sakti, padahal sebenarnya tidak ada atau tidak sakti.
Mengapa Takhayul dan Khurafat Digandengkan?
Dua kata ini digandengkan, karena semua keterangan dusta, berawal hanya dari khayalan manusia. Khayalan tanpa bukti. Tidak sesuai kenyataan, dan tidak didukung oleh dalil. Ketika itu diyakini, statusnya menjadi khurafat. Keyakinan dusta yang menyimpang.
Apakah Semua Takhayul & Khurafat itu Terlarang?
Khurafat dan takhayul terkait syariat, semuanya terlarang. Karena berdusta atas nama syariat. Terlebih jika khurafat itu terkait keyakinan tentang Allah. Bahayanya lebih parah dan ancaman dosanya sangat besar.
Dalam al-Quran, Allah banyak memberikan ancaman untuk orang yang memiliki keyakinan dusta tentang Allah, diantaranya,
Allah berfirman,
فَمَنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah orang-orang yang zalim. (QS. an-Nisa: 94).
Ayat ini bercerita tentang sikap sebagian bani Israil yang mereka menetapkan hukum halal haram di masa sebelum turunnya taurat. Pernyataan mereka tanpa bukti, Allah sebut sebagai dusta atas nama Allah.
Allah juga berfirman,
انْظُرْ كَيْفَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَكَفَى بِهِ إِثْمًا مُبِينًا
Lihatlah bagaimana mereka berbuat dusta atas nama Allah. dan cukuplah itu sebagai perbuatan dosa yang nyata. (QS. an-Nisa: 50).
Ayat ini bercerita tentang pengakuan orang yahudi dan nasrani bahwa mereka adalah kekasih Allah, anak kesayangan Allah. dan mereka menganggap, yang paling berhak masuk surganya Allah adalah Yahudi dan Nasrani. Allah sebut anggapan ini sebagai kedustaan atas nama-Nya.
Allah juga berfirman,
قُلْ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
Katakanlah, sesungguhnya orang-orang yang berdusta atas nama Allah, dia tidak akan beruntung. (QS. Yunus: 69).
Ayat ini berisi ancaman Allah untuk orang yang menyatakan Allah punya anak, padahal Allah tidak butuh seluruh makhluk. Dia Maha Kaya.
Allah juga berfirman,
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ
Siapakah yang lebih dzalim dari pada orang yang berdusta atas nama Allah, padahal dia telah didakwahi untuk masuk islam. (QS. as-Shaf: 7)
Padahal dia telah didakwahi untuk masuk islam, artinya dia telah mengenal kebenaran. Allah sebut perbuatannya sebagai pebuatan yang paling dzalim. Mereka menyebut Allah memiliki sekutu.
Termasuk bentuk khurafat adalah menggalang amalan ibadah yang sama sekali tidak pernah Allah syariatkan. Allah berfirman,
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. as-Syu’ara’: 21)
Keyakinan Ngawur atas Nama Allah, Asal Segala Kesesatan
Jika kita perhatikan, semua penyimpangan orang musyrik dan orang kafir yang Allah sebutkan dalam ayat-ayat di atas, sumbernya adalah aqidah dan keyakinan menyimpang tentang Allah.
Ada yang berbicara masalah halal-haram tanpa dalil. Sementara yang berhak menetapkan hukum halal-haram hanya Allah.
Ada yang karena mengklaim dirinya anak kesayangan Allah yang pasti masuk surga, tanpa bukti amal.
Ada yang menyatakan Alah punya anak. Padahal Allah Maha Sempurna, tidak butuh seluruh alam
Ada yang menganggap Allah punya wakil untuk mengantarkan berdoa, yang itu menjadi aqidah orang musyrikin.
Ada yang menetapkan aturan dalam ibadah, sementara dia tidak punya dalil dari syariat. Dia sebut amal bid’ah berpahala, sementara Allah tidak pernah menjanjikan pahala untuk amal itu.
Karena itulah, Ibnul Qoyim menyebutkan bahwa berbicara ngawur tentang Allah, menyampaikan informasi tentang Allah tanpa ilmu, adalah sumber dari segala kesesatan.
Ibnul Qoyim mengatakan,
فليس في أجناس المحرمات أعظم عند الله منه, ولا أشد منه, ولا أشد إثمًا، وهو أصل الشرك والكفر، وعليه أسست البدع والضلالات، فكل بدعة مضلة في الدين أساسها القول على الله بلا علم
Tidak ada jenis keharaman yang lebih parah di sisi Allah melebihi berbicara atas nama Allah tanpa ilmu, dan lebih berat dosanya dari pada tindakan ini. Karena ini adalah sumber segara kesyirikan dan kekufuran. Dan semua bentuk bid’ah dan kesesatan juga dibangun karena pelanggaran ini. Semua bid’ah yang menyesatkan dalam agama, asasnya adalah berbicara atas nama Allah tanpa ilmu. (Madarij as-Saikin, 1/372)
Luruskan Aqidah Anda
Aqidah menaruh peranan paling penting dalam hidup manusia. Karena dia pengendali hidup. Orang akan semakin mudah mentaati Allah, ketika aqidahnya benar. Kita bisa lihat, orang kafir dan orang musyrik menjadi manusia yang sangat jahat dan bengis di alam ini, sebabnya adalah karena mereka memiliki aqidah yang sesat.
Sebagai contoh sederhana saja,
Bandingkan kaum muslimin dengan orang syiah…
Syiah, mereka mengaku muslim. Mengaku menyembah Allah. Mengaku keberadaan nabi yang sama dengan kita. Mengakui adanya malaikat, surga-neraka, dst.
Tapi di saat yang sama, mereka punya penyimpangan besar dalam masalah aqidah. Mereka mengagungkan Husain, melebihi pengagungan mereka kepada Allah. Mereka menganggap, hanya penganut Husain yang akan dijamin masuk surga. Mereka mengaku itu dengan klaim, bukan dengan bukti.
Mereka membesar-besarkan urusan imamah Ali bin Abi Thalib. Dan ini dianggap puncak dari segala perjuangan.
Di sana anda bisa lihat, bagaimana karakter orang syiah yang sangat menjijikkan,
Mereka menghalalkan kawin kontrak, nikah sejam, dua jam, dianggap sah. Anda bisa perhatikan, berapa kira-kira anak mut’ah yang ada di Iran? Ataukah hampir semua masyarakat Iran anak mut’ah?
Mereka menghina habis A’isyah, dan menyebutnya penghuni neraka
Mereka mengkafirkan Abu Bakr, Umar, dan Utsman.
Mereka menganggap, al-Quran yang ada di tengah kaum muslimin, sudah tidak otentik.
Mereka menganggap semua imam mereka itu makshum, layaknya seorang nabi.
Ada orang yang karakternya selalu membela kebatilan, karena aqidah mereka rusak.
Allah berfirman,
وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آَيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ
“Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.” (QS. al-A’raf: 146)
Allahu a’lamBismillahirrahmanirrahim
💥"BAHAYA FANATIK BUTA"
"Saya ikut saja apa kata Kyai, Ustadz, Gus dan Habib saya."
Saudaraku, Agama Islam memerintahkan para pemeluknya untuk mengikuti dalil dan tidak memperkenankan seorang untuk bertaklid buta (baca : mengekor/membeo).
Memang tidak bisa dipungkiri dan sudah menjadi rahasia umum alias bukan rahasia lagi kalau mereka sudah di doktrin untuk jadi orang yang fanatik buta pada perkataan Kyai, Ustadz, Guru, Gus dan Habib tanpa memandang apakah perkataan mereka tersebut bersesuaian dengan dalil ataukah tidak.
Pokoknya "kulo nderek mawon", pokoknya saya ikut atau manut saja.
Padahal Islam mengajarkan yang wajib diikuti adalah Al-Qur'an dan sabda Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam.
Perkata'an Ulama' boleh diikuti jika bersesuaian dengan kedua sumber hukum Islam tersebut. Ketika berseberangan dari keduanya, tentu ditinggalkan.
Kita tidak diajarkan untuk manut terus pada perkataan Ulama'.
Karena mereka bukanlah seorang yang ma'shum atau makhluk suci.
Mereka bisa jadi keliru dalam pemahaman, bisa jadi belum sampai suatu hadits pada mereka atau punya udzur lainnya.
Sehingga kalau dikatakan bahwa mereka adalah orang yang tidak bisa salah, ini justru keliru yang fatal. Namun itu bukan berarti kita meninggalkan Ulama' begitu saja. Pendapat mereka tetaplah diikuti untuk memahami Al-Qur'an dan hadits dengan pemahaman yang benar.
Allah Ta'ala berfirman :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
"Mereka menjadikan pendeta-pendeta dan ahli-ahli agama mereka sebagai tuhan-tuhan selain dari Allah, dan juga (mereka mempertuhankan) al-Masih Ibni Maryam, padahal mereka tidak diperintahkan melainkan untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Maha suci Allah dari apa Yang mereka sekutukan."
[QS. At-Taubah : 31]
Mendengar ayat itu, Adiy bin Hatim radliyallahu 'anhu yang saat itu masih beragama Nasrani, dengan kalung salib di lehernya, ia berkata :
"Ya Rasulullah, sesungguhnya kami tidak menyembah mereka."
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya :
أَلَيْسُوا يَحُلُّونَ مَا حَرَمُ اللهِ فَتُحِلُّونَهُ وَيُحْرَمُونَ مَا أَحَلَّ اللهُ فَتَحْرِمُونَهُ ؟ قَالَ: بَلَى، قَالَ: فَتْلُكَ عَبَّآ دتهم
"Bukankah mereka menghalalkan apa yang Allah haramkan, kemudian kalian menghalalkannya. Dan mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan, kemudian kalian mengharamkannya?"
Ia menjawab, "Ya benar".
Maka beliau bersabda lagi, "Itulah bentuk ibadah kepada mereka."
[HR. Tirmidzi].
Syeikh Abdurahman bin Hasan rahimahulah berkata :
"Di dalam hadits tersebut terdapat dalil bahwa mentaati Ulama' dalam hal maksiat kepada Allah Ta'ala berarti beribadah kepada mereka dari selain Allah Ta'ala, dan termasuk syirik akbar yang tidak diampuni oleh Allah Ta'ala"
Begitulah hakekatnya orang-orang Nasrani menuhankan rahib- rahibnya. Mereka selalu mengikuti apapun yang di katakan rahib-rahibnya.
Sesungguhnya yang berhak membuat syari'at hanyalah Allah Ta'ala. Allah Ta'ala lah yang menentukan halal dan haram. Tidak seorangpun berwenang menghalalkan kecuali yang sudah dihalalkan Allah Ta'ala, juga tidak berwenang mengharamkan kecuali apa yang sudah diharamkan Allah Ta'ala.
Sungguh ironis sa'at ini sebagian kaum muslimin bertakliq kepada Kyai, Ustadz, Gus dan Habib- Habibnya yang mereka puja dan idolakan.
Mereka tidak memperdulikan dalil, meskipun mereka-mereka yang diikutinya menyimpang dan menyalahi dalil.
Mereka yang menuhankan manusia berkata :
"Pokoknya kita ikuti saja guru-guru kita, guru kita bukan orang-orang bodoh, Kyai kita tidak mungkin salah, Ustadz kita tentu faham permasalahan agama. Gus kita pasti benar dan Habib kita adalah Wali Allah serta bersanad. Begitulah perkata'an mereka.
Bagi mereka, Kyai Ajengan, Ustadz, Gus dan Habibnya adalah tuhan yang pasti benar tidak mungkin salah, mereka selalu ikuti apapun yang dikatakan guru-gurunya.
Maka keadaan mereka persis seperti orang-orang Nasrani yang disebutkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang menuhankan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah Ta'ala. A'udzubillahi min dzalik
Semoga tulisan yang sedikit ini mudah dipahami dan bermanfa'at untuk kita semua.
Dan semoga taufik dan hidayah-Nya selalu tercurahkan kepada kita semua....
﷽
HABIB itu "bukan" GELAR dari NABI MUHAMMAD ﷺ
(tidak ada landasan syari'at)
🟢 Sejarah :
1. Tidak dikenal istilah "HABIB" saat Rosululloh masih hidup hingga zaman 3 generasi terbaik.
Yaitu (Zaman : Sahabat, Tabiin, Tabiut Tabiin)
2. Bahkan di zaman 4 imam madzhab termasuk 20 imam hadits SOHEH serta ulama-ulama yg mengikutinya, juga tidak mengenal ISTILAH "HABIB" untuk MENGGELARI keturunan dari Rosululloh, baik dari jalur Sayyidina Hasan maupun Sayyidina Hussein dalam kitab-kitab terkenal yg mereka buat.
TIDAK ADA yg menyebut cucu-cucu Nabi, seperti Hasan Hussein dengan panggilan "HABIB HASAN" atau "HABIB HUSSEIN"
🔺HABIB adalah gelar yg diberikan kepada orang-orang yg "MENGAKU" keturunan Nabi dari jalur Hussein, karena Hussein menikahi PUTRI RAJA PERSIA. Kebanyakan mereka adalah keturunan dari "DARAH BIRU" kerajaan PERSIA yang melarikan diri ke YAMAN, setelah Persia ditaklukkan Islam pada masa Khalifah Umar bin Khattab.
Pada masa berikutnya sebagian dari mereka hijrah dari YAMAN ke NUSANTARA atau tempat lainnya.
Sebagian dari mereka akan lebih cendrung menganut "AJARAN SUFI" (Aswaja As'ariyah) serta sebagian lagi menjadi PEMBELA SYIAH hingga hari ini yang terang-terangan memusuhi AHLUSSUNAH dan sebagian lagi "BERTAQIYAH" menjadi Aswaja As'ariyah bermodalkan pengakuan mereka sebagai keturunan Nabi.
(Tapi AMALIYAH-nya banyak yang menyimpang dari syari'at Nabi)
🔺Sedangkan keturunan Rosululloh dari jalur "HASAN" sebagian besar menetap di Madinah, Syam, Mekkah serta kota-kota lainnya.
Mereka TIDAK menggunakan gelar "HABIB"
dari jalur ini, insya Alloh akan melahirkan "IMAM MAHDI" di kota MEKKAH.
🔰Hadits dari Abu Bakrah berkata; Aku pernah melihat Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam di atas mimbar, dan Hasan bersamanya. Beliau kadang menghadap manusia, dan kadang menghadap ke arah Hasan, lalu bersabda:
إِنَّ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَلَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ عَظِيمَتَيْنِ
"Cucuku ini adalah Sayyid (Pemimpin). Semoga Alloh mendamaikan dua kelompok besar kaum muslimin dengan perantaranya"
📚 (HR. An-Nasa'i : 1393)
📚 (HR. Bukhory : 2505)