0 Comment


Jika ingin meminum telaga Nabi maka jagalah dirimu dari berbuat bid’ah

Telaga Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam adalah Telaga al-Kautsar sebagaimana dijelaskan dalam hadits lain. Kaum Muslimin minum darinya saat kehausan di Padang Mahsyar. Manusia berada di Padang Mahsyar selama 50.000 tahun berdasar hadits shahih.

“ Telagaku (panjang dan lebarnya) satu bulan perjalanan. Airnya lebih putih daripada susu, aromanya lebih harum daripada minyak kesturi, bejananya sebanyak bintang di langit. Barangsiapa yang minum darinya, ia tidak akan haus lagi selamanya.”  (al-Bukhari, no. 6093 dan Muslim, no. 4294)


“ Wahai Rasulullah, apakah pada hari itu Anda mengenali kami?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “ Ya. Kalian punya tanda yang tidak dimiliki oleh seorangpun dari umat lain. Kalian datang kepadaku dengan dahi dan kaki bercahaya putih karena wudhu.”  ( Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 364)

Maka Nabi pun mengenali umatnya yang datang ke telaganya. Semuanya kalau bisa minum, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat sayang pada umatnya.

Namun ada sejumlah orang Islam, umat Nabi yang diusir dan tidak dapat mendekat ke telaga tersebut. Apalagi minum. Siapakah mereka?

“ Aku adalah pendahulu kalian menuju telaga. Siapa saja yang melewatinya, pasti akan meminumnya. Dan barangsiapa meminumnya, niscaya tidak akan haus selamanya. Nanti akan lewat beberapa orang yang melewati diriku, aku mengenali mereka dan mereka mengenaliku, namun mereka terhalangi menemui diriku.” ( Bukhari, no. 6528 dan Muslim, no. 4243)

Orang yang membuat-buat atau mengubah-ubah agama Islam sepeninggal Nabi. Dan mereka adalah orang-orang Islam, dikenali dari bekas wudhunya. Karena mengubah agama ini sama saja dengan tidak berpegang teguh kepada 2 warisan utama Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam: Kitabullah wa Sunnati.


“ Aku tinggalkan 2 perkara yang kalian TIDAK AKAN TERSESAT SELAMANYA jika kalian berpegang teguh kepada keduanya: Kitabullah wa Sunnati. Keduanya tidak akan berpisah hingga bertemu di telagaku.” ( HR. Hakim, hadits shahih)

Jika ngaku mencintai Alquran dan Nabi maka janganlah berbuat bid’ah.

Posting Komentar Blogger

 
Top