1 Comment
Oleh : Adh-Dhaifah Zuliyanti Al-Atsariyah

Menjadi asing ditengah-tengah umat adalah salah satu ciri dari penegak sunnah, sebagamana sabda Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam,
بدء الاسلام غريب وسيعود كما بدء غريب فطوبا للغرباء
“Sesungguhnya Islam pada permulaannya adalah asing dan akan kembali menjadi asing seperti pada permulaannya. Maka keuntungan besar bagi orang-orang yang asing.” (HR. Muslim)
dalam riwayat lain disebutkan,
“Dan keuntungan besar bagi orang-orang yang asing. Yaitu orang-orang yang (tetap) berbuat baik ketika manusia sudah rusak.” (Al-Albani berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Amr Ad-Dani dengan sanad shahih“)
Inilah yang dialami sebagian pemuda-pemuda kita, ketika mereka menjadi imam shalat, yang saat itu mereka membaca sirr (pelan) bacaan bismillah dalam fatihah.
Padahal jika kita mau kembali mempalajari hadits-hadits seputar tata cara sholat Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam, niscaya akan dapat memakluminya. Karena membaca sirr (pelan) bacaan bismillah pernah dilakukan oleh Rosululloh. Dan ini adalah sunnah.
Namun yang sangat disayangkan adalah sikap sebagian orang tua kita yang primitive, dan tidak mau kompromi, menganggap apa yang dilakukan pemuda-pemuda tersebut (membaca pelan bismillah) adalah perbuatan aneh dan menyimpang.
Padahal ketika dikonfirmasi bahwa membaca bismillah dengan suara pelan memiliki dalil-dalil yang shahih dari As-Sunnah. Maka sikap tidak terima pun muncul, hanya karena tidak pernah ada ustadz-ustadz dikalangan “orang tua” kita yang mengatakan hal itu.
Dan sikap yang benar ketika menerima hadits shahih tentang suatu amalan, maka kerjakanlah amalan itu tanpa rasa takut dikucilkan ataupun hinaan orang.
وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا ، واتقوا الله إن الله شديد العقاب
Apa yang datang dari Rosul, maka ambillah ! dan apa yang dilarangnya maka jauhilah ! Bertaqwalah kepada Alloh ! (Karena) Adzab Alloh sangat pedih” [AlHasr : 7]

Hadits-hadits seputar membaca Basmallah dalam Shalat
عن أنس بن مالك قال‏:‏ ‏(‏صليت مع النبي صلى اللَّه عليه وآله وسلم وأبي بكر وعمر وعثمان فلم أسمع أحدًا منهم يقرأ بسم اللَّه الرحمن الرحيم‏)‏‏.
“Dari Anas bin Malik, ia berkata : “Aku shalat bersama Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar, Umar, Utsman, maka aku tidak mendengar mereka membaca Bismillahirrahmanirrahim.” [HR. Ahmad silahkan buka Kitab Nailul Authar II hal 102]
Dalam shahih Muslim disebutkan dengan lafaz,
صليت خلف النبي صلى اللَّه عليه وآله وسلم وخلف أبي بكر وعمر وعثمان فكانوا لا يجهرون ببسم اللَّه الرحمن الرحيم‏
“Aku shalat dibelakang Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, dan dibelakang Abu Bakar, Umar dan Utsman, maka mereka tidak menjiharkan (tidak mengeraskan) bismillahirrahmanirrahim.” [HR. Muslim dalam Shahih Muslim II hal. 97]
Dalam riwayat lain,
‏صليت خلف النبي صلى اللَّه عليه وآله وسلم وأبي بكر وعمر وعثمان وكانوا يستفتحون بالحمد للَّه رب العالمين لا يذكرون بسم اللَّه الرحمن الرحيم في أول قراءة ولا في آخرها
“Aku shalat dibelakang Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, dan Abu Bakar, Umar dan Utsman, adalah mereka membuka bacaan dengan Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin dan tidak mengeraskan bismillahirrah-manirrahim pada awal bacaan dan tidak pula pada akhirnya.” [HR. Ahmad, An-Nasa’i dengan persyaratan shahih, lihat Nailul Authar II hal 103]
Beberapa hadits yang kita sebutkan diatas adalah dalil yang syarih (jelas) tentang disyariatkannya membaca bismillah dengan suara pelan (di-sirr). Walaupun tidak kita nafikan (tidak kita sangkal) bahwa pernah juga Rosululloh menjaharkan bacaan bismillah, namun karena banyaknya hadits-hadits serta atsar sahabat yang menerangkan bahwa membaca bismillah dengan suara pelan, maka seharusnya diutamakan sunnah ini, yakni membaca bismillah dengan suara pelan dalam shalat.
Imam Asy-Syafi’ie rahimahullohu ta’ala berkata;
اذا صح الحديث فهو مذهبي
“Apabila hadits itu shahih, maka itulah madzhab-ku.”

Posting Komentar Blogger

 
Top