Selain bershalat jama’ah itu sendiri memiliki banyak keutamaan
dibanding shalat sendirian, posisi seseorang dalam shaf ketika shalat
berjama’ah pun memiliki keutamaan yang bertingkat-tingkat. Tingkatan
keutamaan posisi shaf ini ditentukan oleh beberapa patokan. Namun ada
patokan yang disepakati oleh para ulama dan ada yang diperselisihkan.
dalam riwayat lain:
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
dalam riwayat lain:
Dalil-dalil mengenai hal ini sharih (jelas) penunjukkannya. Lalu terdapat dalil yang membedakan antara laki-laki dan wanita dalam hal ini, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
Para ulama berbeda pendapat dalam memahami hadits ini dalam 2 qaul
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
Dalam hadits ini digunakan kata الصُّفُوفِ dalam bentuk jamak bukan الصَّفِّ bentuk tunggal. Menunjukkan bahwa yang mendapat shalawat dari Allah dan para Malaikat itu tidak hanya shaf pertama saja, namun shaf-shaf depan yang jaraknya dekat dengan imam. Semakin dekat, semakin besar peluang mendapatkan shalawat dari Allah dan para Malaikat.
Namun hadits ini munkar, walaupun sebagian ulama muhaddits memang menshahihkannya.
Kemudian jika berdalil dengan keumuman tayamun, yaitu hadits:
Ini adalah pendalilan yang tidak sharih.
Namun memang diriwayatkan dari sebagian sahabat bahwa mereka menyukai posisi shaf kanan. Abdullah bin ‘Amr bin Al Ash radhiallahu’anhu berkata:
Juga dari Bara’ bin ‘Adzib radhiallahu’anhu:
Maksudnya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam akan memandang yang di sebelah kanan setelah selesai salam. Semua ini juga tidak menunjukkan tasyri’. Ini hanya menunjukkan selera para sahabat dan semangat mereka agar ketika Rasulullah selesai shalat merekalah yang dilihat pertama kali. Tidak menunjukkan pensyariatan dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.
Dengan demikian yang rajih insya Allah, tidak ada keutamaan khusus dari posisi shaf sebelah kanan.
Wallahu’alam.
Referensi: Shifatu Shalatin Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, Syaikh Abdul Aziz Ath Tharifi, hal 47-50
Patokan Yang Disepakati
Shaf Pertama Bagi Laki-Laki, Shaf Terakhir Bagi Wanita
Dalilnya, sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلا أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاسْتَهَمُوا
“Seandainya manusia mengetahui keutamaan yang ada pada adzan dan
shaf pertama, lalu mereka tidak akan mendapatkannya kecuali dengan
mengundi, pastilah mereka akan mengundinya” (HR. Bukhari 615, 652, 2689, Muslim 437)dalam riwayat lain:
لَوْ تَعْلَمُونَ أَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي الصَّفِّ الْمُقَدَّمِ لَكَانَتْ قُرْعَةً
“Seandainya kalian atau mereka mengetahui keutamaan yang terdapat pada shaf yang terdepan, niscaya itu sudah jadi bahan undian” (HR. Muslim 439)Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصُّفُوفِ الْمُتَقَدِّمَةِ
“Allah dan para Malaikatnya bershalawat pada orang-orang yang berada di shaf pertama” (HR. An Nasa-i, 810. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa-i)dalam riwayat lain:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصَّفِّ الأَوَّلِ
“Allah dan para Malaikatnya bershalawat pada orang-orang yang berada di shaf-shaf terdepan” (HR. Ahmad 18152, Ibnu Majah 825, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).Dalil-dalil mengenai hal ini sharih (jelas) penunjukkannya. Lalu terdapat dalil yang membedakan antara laki-laki dan wanita dalam hal ini, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خيرُ صفوفِ الرجالِ أولُها . وشرُّها آخرُها . وخيرُ صفوفِ النساءِ آخرُها . وشرُّها أولُها
“Shaf yang terbaik bagi laki-laki adalah yang pertama, yang
terburuk adalah yang terakhir. Sedangkan shaf yang terbaik bagi wanita
adalah yang terakhir, yang terburuk adalah yang pertama” (HR. Muslim 440)Posisi Yang Dekat Dengan Imam
Posisi shaf yang semakin dengan imam, semakin besar keutamaannya. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ليلني منكم أولو الأحلامِ والنهى, ثم الذين يلونَهم ثم الذين يلونَهم
“Hendaknya yang dibelakangku adalah orang yang bijaksana dan
pandai, baru setelahnya adalah yang dibawah dia dalam hal kepandaian,
begitu seterusnya” (HR. Muslim 432)Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
ما بين بيتي ومِنبري روضةٌ من رياضِ الجنةِ ، ومِنبري على حوضِي
“Antara mimbarku dan rumahku adalah taman diantara taman-taman surga, dan mimbarku ada di dalam telagaku” (HR. Bukhari, 1196, Muslim, 1391)Para ulama berbeda pendapat dalam memahami hadits ini dalam 2 qaul
- Maksudnya adalah ta’abbud muthlaq, yaitu beribadah di tempat tersebut pahalanya berbeda dengan di tempat selainnya.
- Maksudnya bukan ta’abbud muthlaq, melainkan bentuk anjuran Nabi kepada para sahabat untuk mendapatkan tempat tersebut ketika beliau memberi pelajaran, lebih jelas mendengarnya, lebih dekat pada imam ketika shalat dan Nabi menjadi imam, sehingga para sahabat bisa mendapatkan lebih banyak ilmu, lebih banyak pemahaman, dan lebih meneladani Nabi dan itu semua merupakan sebab-sebab seseorang masuk ke surga.
احْضرُوا الذكرَ، وادْنُوا من الإمَام، فإن الرجل لا يَزالُ يَتَبَاعَدُ حتى يُؤَخرُ في الجنة، وإن دَخَلَهَا
“Hadirilah khutbah jum’at dan mendekatlah kepada imam. Karena
seorang yang selalu jauh dari imam, menyebabkan ia terbelakang dalam
memasuki surga, andai ia memasukinya kelak” (HR. Abu Daud 1198, Al Hakim 1/289, Ahmad 5/11, l)Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصُّفُوفِ الْمُتَقَدِّمَةِ
“Allah dan para Malaikatnya bershalawat pada orang-orang yang berada di shaf pertama” (HR. An Nasa-i, 810. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa-i)Dalam hadits ini digunakan kata الصُّفُوفِ dalam bentuk jamak bukan الصَّفِّ bentuk tunggal. Menunjukkan bahwa yang mendapat shalawat dari Allah dan para Malaikat itu tidak hanya shaf pertama saja, namun shaf-shaf depan yang jaraknya dekat dengan imam. Semakin dekat, semakin besar peluang mendapatkan shalawat dari Allah dan para Malaikat.
Patokan Yang Diperselisihkan
Sebelah Kanan Imam
Sebagian ulama memandang bahwa posisi sebelah kanan imam itu lebih utama dari sebelah kiri. Berdasarkan hadits:
إنَّ اللهَ وملائكتَه يُصلُّون على مَيامِنِ الصُّفوفِ
“Allah dan para Malaikatnya bershalawat pada orang-orang yang berada di shaf sebelah kanan” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra 4784, Ibnu Majah 995, Ibnu Hibban 2199).Namun hadits ini munkar, walaupun sebagian ulama muhaddits memang menshahihkannya.
Kemudian jika berdalil dengan keumuman tayamun, yaitu hadits:
إن كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ يحبُّ التيمنَ في شأنهِ كلِّه . في نعلَيه، وترجُّلِه، وطهورِه
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menyukai mendahulukan kanan
dalam setiap urusannya, misalnya ketika memakai sandal, bersisir dan
bersuci” (HR. Bukhari 426, 5854, 5380, Muslim 268).Ini adalah pendalilan yang tidak sharih.
Namun memang diriwayatkan dari sebagian sahabat bahwa mereka menyukai posisi shaf kanan. Abdullah bin ‘Amr bin Al Ash radhiallahu’anhu berkata:
خير المسجد المقام ثم ميمنة المسجد
“Posisi terbaik dalam masjid al haram adalah maqam Ibrahim, lalu shaf sebelah kanan” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf, 1/300)Juga dari Bara’ bin ‘Adzib radhiallahu’anhu:
كنا إذا صلينا مع رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ أحببنا أن نكون عن يمينه يقبل علينا بوجهه
“Jika kami shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam,
kami senang berada di sebelah kanan karena beliau akan menghadapkan
wajahnya kepada kami” (HR. Muslim 709).Maksudnya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam akan memandang yang di sebelah kanan setelah selesai salam. Semua ini juga tidak menunjukkan tasyri’. Ini hanya menunjukkan selera para sahabat dan semangat mereka agar ketika Rasulullah selesai shalat merekalah yang dilihat pertama kali. Tidak menunjukkan pensyariatan dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.
Dengan demikian yang rajih insya Allah, tidak ada keutamaan khusus dari posisi shaf sebelah kanan.
Kesimpulan
Dari paparan di atas kita simpulkan urutan keutamaan posisi shaf shalat dari yang paling besar adalah:- Di belakang imam persis pada shaf pertama, karena shaf pertama dan paling dekat imam
- Posisi selain belakang imam, yang mendekati imam, di shaf pertama.
- Posisi di shaf pertama yang jauh dari imam
- Lurus di belakang imam pada shaf kedua, karena itu posisi paling dekat imam di shaf kedua
- Posisi selain poin 3, yang paling dekat jaraknya dengan imam, di shaf kedua.
- Posisi di shaf kedua yang jauh dari imam
- Dst.
Wallahu’alam.
Referensi: Shifatu Shalatin Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, Syaikh Abdul Aziz Ath Tharifi, hal 47-50
Posting Komentar Blogger Facebook