Susah makan merupakan salah
satu masalah yang sering dijumpai pada anak. Sampai-sampai orangtua
dibuat bingung dan khawatir dengan sikap buah hatinya yang susah makan.
Adakalanya orangtua kurang faham dengan keinginan anak sehingga pola
pemberian makan sehari-hari menjadi rutinitas harian yang membosankan
bagi anak. Sebagai orangtua, kita harus tahu di kelompok manakah usia
anak kita karena kebutuhan dan selera yang berbeda-beda di setiap usia.
DEFINISI “SUSAH MAKAN”
“Susah makan” adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan ketidakmampuan bayi atau anak untuk
mengkonsumsi sejumlah makanan yang diperlukannya, secara alamiah dan
wajar yaitu dengan menggunakan mulutnya secara sukarela.
TANDA-TANDA SUSAH MAKAN PADA ANAK
Tanda-tanda anak susah makan
biasanya mudah dikenali oleh ibu karena ibu biasanya tahu kebiasaan
makan anak sehari-hari. Setiap anak menunjukkan tanda yang berbeda
sesuai dengan usia dan karakter mereka masing-masing.
Pada anak yang masih menyusui
biasanya akan menampakkan keengganan menyusu, kadang-kadang disertai
regurgitasi (gumoh atau tumpah) dan muntah. Pada bayi yang sudah
mendapatkan makanan tambahan selain ASI biasanya akan melepeh dan
menyemburkan makanan. Bayi melepeh makanan karena belum terbiasa makan
dengan sendok sehingga membutuhkan waktu untuk melatih kemampuannya
untuk makan dengan sendok. Pada usia yang lebih tua, anak lebih
terang-terangan menolak makanan, bisa dengan mengatupkan mulut,
mengemut, melepeh, atau membuang makanan.
PENYEBAB SUSAH MAKAN PADA ANAK
Ada berbagai penyebab susah
makan pada anak yang masing-masing membutuhkan koreksi dan penanganan
sesuai dengan masalahnya. Beberapa penyebab yang sering ditemui antara
lain:
- Pemberian ASI kurang benar
- Pemilihan makanan kurang sesuai dengan tahapan perkembangan bayi
- Usia pemberian makanan tambahan kurang tepat (terlalu dini atau justru terlambat)
- Jadwal yang terlalu ketat (kurang luwes)
- Cara pemberian makanan yang kurang tepat, misalnya terlalu memaksakan waktu dan jumlah, tidak dengan lemah lembut ketika membujuk sehingga mereka melawan
- Ada ketidakcocokan (misalnya alergi)
- Masalah kesukaan dan ketidaksukaan
- Gangguan nafsu makan ketika sakit
- Bosan dengan makanan yang disajikan ibu
- Faktor waktu atau kesempatan untuk makan yang sempit (terburu-buru berangkat sekolah sehingga tidak sempat sarapan)
- Kelainan atau penyakit pada gigi geligi dan rongga mulut, saluran cerna, infeksi secara umum maupun non infeksi
- Faktor gangguan atau kelainan psikologis akibat distorsi dalam interaksi pemberian makan, seperti penolakan makan, nafsu makan kurang (anoreksia), nafsu makan berlebihan (hiperoreksia), bulimia (sengaja memuntahkan makanan yang sudah dimakan), dan nervosa (kecemasan)
DAMPAK SUSAH MAKAN PADA ANAK
Susah makan yang sifatnya
sederhana (misalnya karena sedang sakit) biasanya tidak sampai
menunjukkan dampak yang berarti pada kesehatan dan tumbuh kembang anak.
Dampak yang cukup berarti baru akan muncul pada kondisi susah makan yang
berat dan lama. Untuk jangka pendek, dampak yang bisa terjadi seperti
keadaan kekurangan energi akut dan hipoglikemia (kadar gula darah
kurang), berkeringat dingin, kejang, sampai pingsan. Sedangkan dalam
jangka waktu lama, susah makan akan berakibat hambatan tumbuh kembang (failure to thrive),
kurang gizi, kekurangan vitamin A, kekurangan yodium dan mineral
lainnya, anemia defisiensi besi, kecerdasan dan kekebalan tubuh menurun.
CARA MENGATASI SUSAH MAKAN PADA ANAK
Susah makan merupakan masalah
individu anak sehingga upaya untuk mengatasinya juga bersifat individual
tergantung kepada beratnya dan faktor-faktor yang menjadi penyebab
susah makan. Langkah-langkah yang bisa dilakukan ibu untuk mengatasi
susah makan pada anak antara lain :
- Porsi disesuaikan dengan kebutuhan anak, bisa dengan porsi kecil tapi lebih sering
- Jadwal makan disesuaikan dengan waktu lapar dan pengosongan lambungnya (perhatikan juga jarak waktu pemberian makan supaya anak tidak diberi makan ketika masih kenyang)
- Berikan makan ketika anak tidak sedang lelah (biarkan anak istirahat dulu)
- Berikan anak kasih sayang, bersikaplah lemah lembut ketika menyuapkan makanan atau membujuknya supaya mau makan
- Ibu bisa memvariasi makanan secara sederhana sekedar bisa menarik perhatian si kecil
- Perhatikan makanan yang disukai anak dan kombinasikan dengan menu keluarga
- Ajaklah anak makan bersama keluarga dan biarkan anak makan sendiri
- Berikan makan sambil bermain atau bercerita
- Berikan pujian jika anak menghabiskan porsi makanannya
- Berikan sugesti bahwa makanan yang diberikan rasanya enak, jika perlu ibu bisa mencicipinya di depan anak supaya anak mengikuti
- Ibu harus rileks ketika menemani anak makan, sebaiknya tidak dalam kondisi repot
BEDA USIA, BEDA MAKANANNYA
ASI hendaknya diberikan dari
bayi lahir sampai usia 6 bulan, sedangkan makanan pendamping boleh
diberikan setelah 6 bulan karena sistem pencernaan bayi mulai matang
untuk menerima makanan padat pertama. Untuk pertama kali berikan tekstur
yang lancar terlebih dahulu kemudian setelah bayi mulai suka dengan
yang agak kental bisa diberikan tekstur yang lebih kental sesuai dengan
porsinya. Pada usia ini juga mulai diperkenalkan buah-buahan seperti
pisang, air tomat dan lain-lain (buah-buahan yang mengandung vitamin C).
Pada usia 6-7 bulan bayi mulai
diperkenalkan dengan nasi tim saring dengan bahan makanan yang lebih
bervariasi dengan jenis protein hewani (hati, daging, ikan), protein
nabati (tahu, tempe), dan sayuran berserat yang kaya vitamin dan mineral
(bayam, wortel, tomat). Tim dapat disaring dengan blender, saringan
kawat, atau dihaluskan. Dalam sehari diberikan tim ini diberikan satu
kali, bubur susu dua kali, buah satu kali, sisanya adalah ASI. Mulai
usia 8 atau 9 bulan tim tidak lagi disaring tapi dibuat dengan tekstur
yang agak kasar sesuai dengan pertumbuhan gigi bayi. Pemberian tim pada
usia 9-12 bulan diperkenalkan secara bertahap, dapat diberikan tiga kali
sehari sebagai makan pagi, makan siang, dan makan sore. Bubur susu
diberikan dua kali sehari. Pada usia ini bayi sering memegang makanan
sendiri, maka dapat diberikan biskuit atau pisang (finger food).
Pada awal usia balita, gigi
sudah mulai tumbuh sampai pada usia 2,5 tahun sehingga anak dapat
mengunyah makanan lebih baik lagi. Dengan mempertimbangkan hal tersebut,
dalam penyajian makanan perlu dilakukan pemilihan makanan yang
bertekstur lembut, potongannya kecil, bentuk menarik dan bervariasi
Usia 1-3 tahun dikelompokkan
sebagai konsumen pasif dimana makanan yang dikonsumsi tegantung dari
yang disajikan ibu sehingga peran ibu sangat besar dalam menentukan
makanan yang bergizi seimbang. Pada usia ini, rasa ingin tahu anak
sangat tinggi sehingga ibu harus bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk
memperkenalkan makananan yang bervariasi dalam rasa, warna, dan tekstur.
Nutrisi yang baik sangat dibutuhkan karena pertumbuhan otak masih
berlangsung dan biasanya anak lebih rentan terhadap penyakit infeksi dan
kekurangan gizi pada usia ini.
Pada usia 4-5 tahun, anak
dikelompokkan sebagai konsumen aktif, yaitu anak mulai memilih makanan
yang disukainya. Pada usia ini kemampuan motorik anak sudah berkembang
dengan baik. Anak sudah mulai terampil menggunakan berbagai peralatan
makan seperti sendok, garpu, dan pisau untuk mengoles selai pada roti
tawar. Anak senang makan bersama keluarga di meja makan dan sebaiknya
orangtua jangan terlalu banyak melarang.
Anak usia sekolah lebih banyak
membutuhkan energi dibanding usia balita karena aktifitasnya semakin
banyak baik di rumah maupun di sekolah. Sebaiknya anak dibiasakan
sarapan (makan pagi) sebelum berangkat sekolah karena bermanfaat untuk
konsentrasi belajarnya. Bila tidak sempat makan pagi sebaiknya ibu
memberkan bekal makanan atau snack berat (bergizi lengkap dan seimbang),
misalnya pastel goreng, mie goreng, atau nasi dan lauk. Untuk makan
siang biasanya lebih bervariasi karena waktunya tidak terbatas dan
begitu juga dengan makan malam yang merupakan saat menyenangkan untuk
berkumpul bersama keluarga.
KESIMPULAN : BEDA USIA, BEDA KARAKTER, BEDA SOLUSI
Memasuki usia 1 tahun, anak
mulai menunjukkan keinginan dalam makanan, misalnya pada suatu hari anak
hanya makan ayam saja dalam waktu 1 pekan kemudian tidak mau makan ayam
sama sekali tetapi hanya makan buah-buahan. Ibu tidak perlu khawatir
melihat tanda-tanda seperti ini, yang penting ibu dapat membuat makanan
lebih bervariasi supaya anak tertarik. Pada usia 2 tahun, anak lebih
suka berlari kesana kemari sehingga rewel ketika disuruh makan.
Menghadapi anak seperti ini sebaiknya ibu memberi makanan padat bergizi
dan lengkap tetapi porsinya lebih kecil dan lebih sering. Anak usia 3-4
tahun mulai masuk fase negatifistik yaitu menolak makan karena
menunjukkan keakuannya. Ibu bisa menyiasatinya dengan menyajikan makanan
semenarik mungkin sehingga anak susah menolak makanan yang diberikan.
Bisa jadi anak tidak mau makan karena sudah terlalu banyak mengkonsumsi
makanan selingan, untuk itu ibu harus mengatur supaya anak tidak terlalu
sering jajan.
PENUTUP
Masalah susah makan pada anak
tidak boleh disepelekan oleh orangtua karena dampaknya yang cukup serius
baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tiap ibu bisa memilih
langkah apa yang sekiranya sesuai dengan karakter anak supaya bisa
melakukan pendekatan. Dengan kesabaran, insya Allah susah makan pada
anak dapat diatasi. Jangan menyerah, karena ketelatenan adalah kuncinya.
Selamat mencoba.
Penulis : dr. Avie Andriyani
Referensi:
- Makalah Simposium “Sulit Makan pada Anak”, Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Yogyakarta, 2003.
- Simposium dan Workshop Pediatric Update, Bagian Ilmu Kesehatan Anak UNS/RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 26-27 Maret 2011.
Posting Komentar Blogger Facebook