0 Comment
Susah makan merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai pada anak. Sampai-sampai orangtua dibuat bingung dan khawatir dengan sikap buah hatinya yang susah makan. Adakalanya orangtua kurang faham dengan keinginan anak sehingga pola pemberian makan sehari-hari menjadi rutinitas harian yang membosankan bagi anak. Sebagai orangtua, kita harus tahu di kelompok manakah usia anak kita karena kebutuhan dan selera yang berbeda-beda di setiap usia.
DEFINISI “SUSAH MAKAN”
“Susah makan” adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan ketidakmampuan bayi atau anak untuk mengkonsumsi sejumlah makanan yang diperlukannya, secara alamiah dan wajar yaitu dengan menggunakan mulutnya secara sukarela.
TANDA-TANDA SUSAH MAKAN PADA ANAK
Tanda-tanda anak susah makan biasanya mudah dikenali oleh ibu karena ibu biasanya tahu kebiasaan makan anak sehari-hari. Setiap anak menunjukkan tanda yang berbeda sesuai dengan usia dan karakter mereka masing-masing.
Pada anak yang masih menyusui biasanya akan menampakkan keengganan menyusu, kadang-kadang disertai regurgitasi (gumoh atau tumpah) dan muntah. Pada bayi yang sudah mendapatkan makanan tambahan selain ASI biasanya akan melepeh dan menyemburkan makanan. Bayi melepeh makanan karena belum terbiasa makan dengan sendok sehingga membutuhkan waktu untuk melatih kemampuannya untuk makan dengan sendok. Pada usia yang lebih tua, anak lebih terang-terangan menolak makanan, bisa dengan mengatupkan mulut, mengemut, melepeh, atau membuang makanan.
PENYEBAB SUSAH MAKAN PADA ANAK
Ada berbagai penyebab susah makan pada anak yang masing-masing membutuhkan koreksi dan penanganan sesuai dengan masalahnya. Beberapa penyebab yang sering ditemui antara lain:
  • Pemberian ASI kurang benar
  • Pemilihan makanan kurang sesuai dengan tahapan perkembangan bayi
  • Usia pemberian makanan tambahan kurang tepat (terlalu dini atau justru terlambat)
  • Jadwal yang terlalu ketat (kurang luwes)
  • Cara pemberian  makanan yang kurang tepat, misalnya terlalu memaksakan waktu dan jumlah, tidak dengan lemah lembut ketika membujuk sehingga mereka melawan
  • Ada ketidakcocokan (misalnya alergi)
  • Masalah kesukaan dan ketidaksukaan
  • Gangguan nafsu makan ketika sakit
  • Bosan dengan makanan yang disajikan ibu
  • Faktor waktu atau kesempatan untuk makan yang sempit (terburu-buru berangkat sekolah sehingga tidak sempat sarapan)
  • Kelainan atau penyakit pada gigi geligi dan rongga mulut, saluran cerna, infeksi secara umum maupun non infeksi
  • Faktor gangguan atau kelainan psikologis akibat distorsi dalam interaksi pemberian makan, seperti penolakan makan, nafsu makan kurang (anoreksia), nafsu makan berlebihan (hiperoreksia), bulimia (sengaja memuntahkan makanan yang sudah dimakan), dan nervosa (kecemasan)
DAMPAK SUSAH MAKAN PADA ANAK
Susah makan yang sifatnya sederhana (misalnya karena sedang sakit) biasanya tidak sampai menunjukkan dampak yang berarti pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Dampak yang cukup berarti baru akan muncul pada kondisi susah makan yang berat dan lama. Untuk jangka pendek, dampak yang bisa terjadi seperti keadaan kekurangan energi akut dan hipoglikemia (kadar gula darah kurang), berkeringat dingin, kejang, sampai pingsan. Sedangkan dalam jangka waktu lama, susah makan akan berakibat hambatan tumbuh kembang (failure to thrive), kurang gizi, kekurangan vitamin A, kekurangan yodium dan mineral lainnya, anemia defisiensi besi, kecerdasan dan kekebalan tubuh menurun.
CARA MENGATASI SUSAH MAKAN PADA ANAK
Susah makan merupakan masalah individu anak sehingga upaya untuk mengatasinya juga bersifat individual tergantung kepada beratnya dan faktor-faktor yang menjadi penyebab susah makan. Langkah-langkah yang bisa dilakukan ibu untuk mengatasi susah makan pada anak antara lain :
  • Porsi disesuaikan dengan kebutuhan anak, bisa dengan porsi kecil tapi lebih sering
  • Jadwal makan disesuaikan dengan waktu lapar dan pengosongan lambungnya (perhatikan juga jarak waktu pemberian makan supaya anak tidak diberi makan ketika masih kenyang)
  • Berikan makan ketika anak tidak sedang lelah (biarkan anak istirahat dulu)
  • Berikan anak kasih sayang, bersikaplah lemah lembut ketika menyuapkan makanan atau membujuknya supaya mau makan
  • Ibu bisa memvariasi makanan secara sederhana sekedar bisa menarik perhatian si kecil
  • Perhatikan makanan yang disukai anak dan kombinasikan dengan menu keluarga
  • Ajaklah anak makan bersama keluarga dan biarkan anak makan sendiri
  • Berikan makan sambil bermain atau bercerita
  • Berikan pujian jika anak menghabiskan porsi makanannya
  • Berikan sugesti bahwa makanan yang diberikan rasanya enak, jika perlu ibu bisa mencicipinya di depan anak supaya anak mengikuti
  • Ibu harus rileks ketika menemani anak makan, sebaiknya tidak dalam kondisi repot
BEDA USIA, BEDA MAKANANNYA
ASI hendaknya diberikan dari bayi lahir sampai usia 6 bulan, sedangkan makanan pendamping boleh diberikan setelah 6 bulan karena sistem pencernaan bayi mulai matang untuk menerima makanan padat pertama. Untuk pertama kali berikan tekstur yang lancar terlebih dahulu kemudian setelah bayi mulai suka dengan yang agak kental bisa diberikan tekstur yang lebih kental sesuai dengan porsinya. Pada usia ini juga mulai diperkenalkan buah-buahan seperti pisang, air tomat dan lain-lain (buah-buahan yang mengandung vitamin C).
Pada usia 6-7 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan nasi tim saring dengan bahan makanan yang lebih bervariasi dengan jenis protein hewani (hati, daging, ikan), protein nabati (tahu, tempe), dan sayuran berserat yang kaya vitamin dan mineral (bayam, wortel, tomat). Tim dapat disaring dengan blender, saringan kawat, atau dihaluskan. Dalam sehari diberikan tim ini diberikan satu kali, bubur susu dua kali, buah satu kali, sisanya adalah ASI. Mulai usia 8 atau 9 bulan tim tidak lagi disaring tapi dibuat dengan tekstur yang agak kasar sesuai dengan pertumbuhan gigi bayi. Pemberian tim pada usia 9-12 bulan diperkenalkan secara bertahap, dapat diberikan tiga kali sehari sebagai makan pagi, makan siang, dan makan sore. Bubur susu diberikan dua kali sehari. Pada usia ini bayi sering memegang makanan sendiri, maka dapat diberikan biskuit atau pisang (finger food).
Pada awal usia balita, gigi sudah mulai tumbuh sampai pada usia 2,5 tahun sehingga anak dapat mengunyah makanan lebih baik lagi. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, dalam penyajian makanan perlu dilakukan pemilihan makanan yang bertekstur lembut, potongannya kecil, bentuk menarik dan bervariasi
Usia 1-3 tahun dikelompokkan sebagai konsumen pasif dimana makanan yang dikonsumsi tegantung dari yang disajikan ibu sehingga peran ibu sangat besar dalam menentukan makanan yang bergizi seimbang. Pada usia ini, rasa ingin tahu anak sangat tinggi sehingga ibu harus bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkenalkan makananan yang bervariasi dalam rasa, warna, dan tekstur. Nutrisi yang baik sangat dibutuhkan karena pertumbuhan otak masih berlangsung dan biasanya anak lebih rentan terhadap penyakit infeksi dan kekurangan gizi pada usia ini.
Pada usia 4-5 tahun, anak dikelompokkan sebagai konsumen aktif, yaitu anak mulai memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini kemampuan motorik anak sudah berkembang dengan baik. Anak sudah mulai terampil menggunakan berbagai peralatan makan seperti sendok, garpu, dan pisau untuk mengoles selai pada roti tawar. Anak senang makan bersama keluarga di meja makan dan sebaiknya orangtua jangan terlalu banyak melarang.
Anak usia sekolah lebih banyak membutuhkan energi dibanding usia balita karena aktifitasnya semakin banyak baik di rumah maupun di sekolah. Sebaiknya anak dibiasakan sarapan (makan pagi) sebelum berangkat sekolah karena bermanfaat untuk konsentrasi belajarnya. Bila tidak sempat makan pagi sebaiknya ibu memberkan bekal makanan atau snack berat (bergizi lengkap dan seimbang), misalnya pastel goreng, mie goreng, atau nasi dan lauk. Untuk makan siang biasanya lebih bervariasi karena waktunya tidak terbatas dan begitu juga dengan makan malam yang merupakan saat menyenangkan untuk berkumpul bersama keluarga.
KESIMPULAN : BEDA USIA, BEDA KARAKTER, BEDA SOLUSI
Memasuki usia 1 tahun, anak mulai menunjukkan keinginan dalam makanan, misalnya pada suatu hari anak hanya makan ayam saja dalam waktu 1 pekan kemudian tidak mau makan ayam sama sekali tetapi hanya makan buah-buahan. Ibu tidak perlu khawatir melihat tanda-tanda seperti ini, yang penting ibu dapat membuat makanan lebih bervariasi supaya anak tertarik. Pada usia 2 tahun, anak lebih suka berlari kesana kemari sehingga rewel ketika disuruh makan. Menghadapi anak seperti ini sebaiknya ibu memberi makanan padat bergizi dan lengkap tetapi porsinya lebih kecil dan lebih sering. Anak usia 3-4 tahun mulai masuk fase negatifistik yaitu menolak makan karena menunjukkan keakuannya. Ibu bisa menyiasatinya dengan menyajikan makanan semenarik mungkin sehingga anak susah menolak makanan yang diberikan. Bisa jadi anak tidak mau makan karena sudah terlalu banyak mengkonsumsi makanan selingan, untuk itu ibu harus mengatur supaya anak tidak terlalu sering jajan.
PENUTUP
Masalah susah makan pada anak tidak boleh disepelekan oleh orangtua karena dampaknya yang cukup serius baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tiap ibu bisa memilih langkah apa yang sekiranya sesuai dengan karakter anak supaya bisa melakukan pendekatan. Dengan kesabaran, insya Allah susah makan pada anak dapat diatasi. Jangan menyerah, karena ketelatenan adalah kuncinya. Selamat mencoba.
Penulis : dr. Avie Andriyani
Referensi:  
  • Makalah Simposium “Sulit Makan pada Anak”, Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Yogyakarta, 2003.
  • Simposium dan Workshop Pediatric Update, Bagian Ilmu Kesehatan Anak UNS/RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 26-27 Maret 2011.

Posting Komentar Blogger

 
Top