sambungan dari
8. Hukum Mad
Mad (bahasa Arab: المد, “al madd”) secara harfiah bermakna melanjutkan atau melebihkan, secara istilah mad dapat diartikan sebagai tanda bunyi panjang dalam bahasa Arab
(bunyi pendek menjadi bunyi panjang). Dari segi istilah ulama tajwid
dan ahli bacaan, mad bermakna memanjangkan suara dengan lanjutan menurut
kedudukan salah satu dari huruf mad. Terdapat dua bagian mad, yaitu mad
asli dan mad far’i. Terdapat tiga huruf mad yaitu alif, wau, dan ya’ dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah. Panjang pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat.
Huruf Mad :
- ا ~ Alif, sebelumnya ada fathah (baris atas)
- يْ ~ Ya’ mati, sebelumnya ada kasrah (baris bawah)
- وْ ~ Wawu mati, sebelumnya ada dhommah (baris depan)
1. ا ~Alif, sebelumnya ada fathah (baris atas) :
بَا…..dibaca Baa dengan kadar panjang dua harakat
جَا…dibaca Jaa dengan kadar panjang dua harakat
رَا….dibaca Zaa dengan kadar panjang dua harakat
2. يْ~ Ya’ mati, sebelumnya ada kasrah (baris bawah) :جَا…dibaca Jaa dengan kadar panjang dua harakat
رَا….dibaca Zaa dengan kadar panjang dua harakat
.سِيْ…..dibaca Sii dengan kadar panjang dua harakat
عِيْ…….dibaca ‘ii dengan kadar panjang dua harakat
قِيْ………dibaca Qii dengan kadar panjang dua harakat
3. وْ ~ Wawu mati, sebelumnya ada dhommah (baris depan) :عِيْ…….dibaca ‘ii dengan kadar panjang dua harakat
قِيْ………dibaca Qii dengan kadar panjang dua harakat
كُوْ…dibaca Kuu dengan kadar panjang dua harakat
هُوْ…dibaca Huu dengan kadar panjang dua harakat
يُو,,,,dibaca Yuu dengan kadar panjang dua harakat
هُوْ…dibaca Huu dengan kadar panjang dua harakat
يُو,,,,dibaca Yuu dengan kadar panjang dua harakat
Panjang pendeknya bacaan mad diukur
dengan menggunakan harakat, 1 alif = 2 harakat. Harakat artinya gerak,
yaitu gerak sedang, seperti gerak jari, angguk atau ketukan dalam irama
musik, 1 harakat = 1 gerak atau 1 ketukan.
Hukum Mad terbagi menjadi 2, yaitu :
A. Mad Asli (ﺃﺻﻠﻰ )
B. Mad Far’i (ﻓﺮﻋﻰ )
A. Mad Asli (ﺃﺻﻠﻰ )
B. Mad Far’i (ﻓﺮﻋﻰ )
Uraian :
A. Mad Asli (ﺃﺻﻠﻰ )
Mad Thobi’i adalah bacaan panjang (mad)
yang terjadi karena hadirnya huruf-huruf mad, ( ا ~ alif, sebelumnya
ada fathah, يْ~ ya’ mati, sebelumnya ada kasrah dan وْ ~ wawu mati,
sebelumnya ada dhommah), tanpa adanya sebab lain. Diberi nama Mad
Thobi’i karena madnya berlaku sesuai tabi’at aslinya, sehingga disebut
juga dengan “Mad Asli”. Ukuran panjangnya adalah 2 harakat/ketukan.
Contoh Mad Thobi’i adalah:
Sebelum kita memulai belajar cara membaca Mad Thobi’i, kita review dulu aturan ketukan dalam membaca Alqur’an :
- Ketukan harus rata, tetap dan teratur
- Setiap huruf mendapatkan hak 1 ketukan
- Spasi tidak diketuk
- Huruf Sukun (mati) tetap mendapatkan hak 1 ketukan
- Huruf ber-tasydid mendapatkan hak 2 ketukan
Mari kita simak dan praktekkan bersama, cara pembacaan Mad Thobi’i, sebagaimana ilustrasi berikut:
Penggalan ayat tersebut di atas, terdiri
atas 14 huruf. Karena spasi tidak mendapatkan ketukan, maka potongan
ayat tersebut harus dibaca dalam 14 ketukan yang sama, rata dan teratur.
Khusus huruf Wawu dan Alif yang berfungsi sebagai tanda Jamak (lihat
ketukan ke-10), dihitung satu huruf atau satu ketukan. Ini berlaku umum.
Semua Wawu dan Alif yang berfungsi sebagai tanda jamak, dihitung satu
ketukan. Pada contoh di atas, ada 4 contoh bacaan mad. Yaitu terjadi
pada ketukan ke-5 dan 6, ke-9 dan 10, ke-11 dan 12 serta ke-13 dan 14.
Panduan cara membaca Mad Thobi’i adalah sebagai berikut:
- Ketukan ke-5 berbunyi “ma”. Pertahankan bunyi “ma” hingga ketukan ke-6. Bunyi “ma” berakhir sebelum ketukan ke-7 saat bunyi “sho” diucapkan.
- Ketukan ke-9 berbunyi ” ‘u “. Pertahankan bunyi ” ‘u” hingga ketukan ke-10. Bunyi ” ‘u ” berakhir sebelum ketukan ke-11 saat bunyi “fi” diucapkan.
- Ketukan ke-11 berbunyi “fi”. Pertahankan bunyi “fi” hingga ketukan ke-12. Bunyi “fi ” berakhir sebelum ketukan ke-13 saat bunyi “ha” diucapkan.
- Ketukan ke-13 berbunyi “ha”. Pertahankan bunyi “ha” hingga ketukan ke-14. Bunyi “ha ” berakhir pada ketukan ke-15. Pas ketukan ke-15, bunyi “ha” sudah hilang.
B. Mad Far’i (ﻓﺮﻋﻰ )
Far’i artinya : bagian atau cabang. Mad Far’i terbagi menjadi 15 bagian yaitu :- Mad Wajib Muttashil ~ مَدْ وَاجِبْ مُتَّصِلْ
- Mad Jaiz Munfashil ~ مَدْ جَائِزْ مُنْفَصِلْ
- Mad ‘Aridh Lissukun ~ مَدْ عَارِضْ لِلسُّكُوْنْ
- Mad Badal ~ مَدْ بَدَلْ
- Mad ‘Iwadh ~ مَدْ عِوَضْ
- Mad Layyin ~ مَدْ لَيِّنْ
- Mad Tamkin ~ مَدْ تَمْكِيْنْ
- Mad Farqi ~ مَدْ فَـرْقِيْ
- Mad Shilah Qashirah ~ مَدْ صِلَة قَصِيْرَة
- Mad Shilah Thowilah ~ مَدْ صِلَة طَوِيْلَة
- Mad Harfi ~ مَدْ حَرْفِيْ
- Mad Lazim Harfi Mukhaffaf ~ مَدْ لاَزِمْ حَرْفِيْ مُخَفَّفْ
- Mad Lazim Harfi Mutsaqal ~ مَدْ لاَزِمْ حَرْفِيْ مُثَقَّلْ
- Mad Lazim Kilmi Mukhafaff ~ مَدْ لاَزِمْ كِلْمِيْ مُخَفَّفْ
- Mad Lazim Kilmi Mutsaqal ~ مَدْ لاَزِمْ كِلْمِيْ مُثَقَّلْ
1. Mad Wajib Muttashil
Wajib artinya : harus. Muttashil artinya : dalam satu kata. Mad
Wajib Muttashil terjadi apabila Mad Thobi’i bertemu dengan Huruf Hamzah
dalam satu kata, maka harus panjang 4 atau 5 (lima) harakat ketika
bersambung (washal), 6 harakat ketika berhenti (waqaf).
Mana
yang dipilih ? Intinya adalah bukan pada pilihan 4 atau 5 ketukan,
tetapi pada ke-konsisten-an dalam mempraktekkannya. Misalnya, jika kita
memilih membaca Mad Wajib Muttashil dengan 5 ketukan maka kita harus
konsisten mempraktekkannya pada semua bacaan yang berformula mad ini. Di antara contoh Mad Wajib Muttashil adalah sebagai berikut :
Pada contoh di atas, ada 4 kotak
tulisan berwarna merah. Itulah contoh empat buah kata yang masing-masing
memuat Mad Thobi’i + Hamzah (dalam 1 kata). Itulah contoh Mad Wajib
Muttashil.
Cara Membaca Mad Wajib Muttashil :Apabila diasumsikan panjang Mad Wajib Muttashil adalah 5 ketukan, maka cara membaca Mad Wajib Muttashil adalah sebagai berikut :
Panjang Mad Wajib Muttashil pada kata
“sawa” adalah 5 ketukan, yaitu dari ketukan ke-2 hingga ketukan ke-6.
Karena itu, praktek pembacaan Mad Wajib Muttashil adalah :
Ketukan ke-2 berbunyi
“wa”. Pertahankan bunyi “wa” hingga ketukan ke-6. Yang terdengar
panjang adalah suara “a”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf “a” mewakili
satu ketukan, bunyi lengkap Mad Wajib Muttashil adalah “sawaaaaaun”.
Bunyi vokal “a” dari ketukan ke-2 hingga ketukan ke-6 TIDAK BOLEH
TERPUTUS. Bunyi “a” akan menghilang berbarengan dengan jatuhnya bunyi
“un” pada ketukan ke-7.

2. Mad Jaiz Munfashil
Jaiz artinya : boleh. Munfashil artinya :
di luar kata. Mad Jaiz Munfashil adalah apabila Mad Thobi’i bertemu
dengan Huruf Hamzah (hamzah berupa huruf alif) di lain kata. Mad
Thobi’i-nya terletak pada akhir sebuah kata, kemudian hamzah-nya
terletak di awal kata berikutnya, dibaca panjangnya boleh 4 atau 5
harakat ketika bersambung (washal), 2 harakat ketika waqaf (berhenti).
Mana yang dipilih ? Intinya adalah bukan
pada pilihan 4 atau 5 ketukan, tetapi pada ke-konsisten-an dalam
mempraktekkannya. Misalnya, jika kita memilih membaca Mad Jaiz
Munfashil dengan 5 ketukan maka kita harus konsisten mempraktekkannya
pada semua bacaan yang berformula mad ini.
Di antara contoh Mad Jaiz Munfashiil adalah sebagai berikut:

Cara Membaca Mad Jaiz Munfashil :
Apabila diasumsikan panjang Mad Jaiz Munfashil adalah 5 ketukan, maka
cara membaca Mad Jaiz Munfashiil adalah sebagai berikut:
Panjang bacaan Mad Jaiz Munfashil pada
kata “idza” adalah 5 ketukan, yaitu dari ketukan ke-3 hingga ketukan
ke-7. Karena itu, praktek pembacaan Mad Jaiz Munfashil adalah : Ketukan
ke-3 berbunyi “dza”. Pertahankan bunyi “dza” hingga ketukan ke-7. Yang
terdengar panjang adalah suara “a”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf
“a” mewakili satu ketukan, bunyi lengkap Mad Jaiz Munfashil adalah
“waidzaaaaa-adh”. Bunyi vokal “a” dari ketukan ke-3 hingga ketukan ke-7
TIDAK BOLEH TERPUTUS. Bunyi ‘a’ akan menghilang berbarengan dengan
jatuhnya bunyi ‘adh’ pada ketukan ke- 8.
Perbedaan Mad Wajib Muttashil dan Mad Jaiz Munfashil
Ada kesamaan rumus antara Mad Wajib
Muttashil dan Mad Jaiz Munfashil. Keduanya timbul dari Mad Thobi’i +
Hamzah. Bedanya hanya pada letak hamzah-nya saja. Pada Mad Wajib
Muttashil, Hamzah terletak dalam satu kata. Sedangkan pada Mad Jaiz
Munfashiil, Hamzah terletak pada kata yang berbeda.
Permasalahannya adalah : Bagaimana membedakan letak hamzah pada 1 kata atau tidak ?
Bagi yang pernah mempelajari bahasa arab, hal ini bukan masalah. Bagi yang tidak mengerti bahasa arab, bagaimana ? Banyak yang terjebak, ketika dalam ujian tahsin harus menentukan mana yang bernama Mad Wajib Muttashil dan mana yang Mad Jaiz Munfashil ? Tertukarnya jawaban dilatarbelakangi ketidaktahuan tentang bahasa arab. Namun masih ada satu cara menentukan kedua jenis mad ini, yaitu dengan melihat BENTUK PENULISAN HAMZAH-nya.
Coba anda lihat, penulisan bentuk hamzah pada Mad Wajib Muttashil berikut :Bagi yang pernah mempelajari bahasa arab, hal ini bukan masalah. Bagi yang tidak mengerti bahasa arab, bagaimana ? Banyak yang terjebak, ketika dalam ujian tahsin harus menentukan mana yang bernama Mad Wajib Muttashil dan mana yang Mad Jaiz Munfashil ? Tertukarnya jawaban dilatarbelakangi ketidaktahuan tentang bahasa arab. Namun masih ada satu cara menentukan kedua jenis mad ini, yaitu dengan melihat BENTUK PENULISAN HAMZAH-nya.
Kemudian bandingkan dengan penulisan bentuk hamzah pada Mad Jaiz Munfashil berikut :

3. Mad ‘Aridl Lissukun
Mad ‘Aridl Lissukuun adalah Mad Thobi’i
yang diikuti oleh huruf hidup yang dimatikan, karena ada di akhir
bacaan (posisi waqof). Boleh jadi, akhir bacaan itu pas terjadi di akhir
ayat (ditandai nomor ayat). Atau bisa juga terjadi di tengah ayat, yang
karena terbatasnya nafas, bacaan harus terhenti sebelum akhir ayat. Mad
‘Aridl Lissukun hanya terjadi pada akhir bacaan (posisi waqof). Durasi
yang diperkenankan untuk Mad ‘Aridl Lissukun adalah 2, atau 4 atau 6
ketukan.
Mana yang dipilih? Intinya adalah bukan
pada pilihan 2, 4 atau 6 ketukan, tetapi pada ke-konsisten-an kita dalam
mempraktekkannya. Misalnya, jika kita memilih membaca Mad ‘Aridl
Lissukuun dengan 4 ketukan, maka kita harus konsisten mempraktekkannya
pada semua akhir bacaan mad ini.
Untuk memperjelas penjelasan tentang Mad ‘Aridl Lissukun, mari kita simak contoh berikut:
Deret huruf yang ditampilkan
dengan warna merah, itulah deret huruf yang menunjukkan Mad ‘Aridl
Lissukun. Tentunya dengan syarat, bahwa pembaca akan mengakhiri bacaan
pada setiap akhir ayat. Bila Surat Attiin dibaca total hanya dengan satu
nafas (tidak berhenti kecuali di akhir surat) maka Mad ‘Aridl Lissukun
hanya terjadi pada akhir ayat terakhir. Untuk diingat, Mad ‘Aridl
Lissukun hanya terjadi pada akhir bacaan (posisi waqof).
Cara Membaca Mad ‘Aridl Lissukuun : Dengan asumsi panjang Mad ‘Aridl Lissukuun adalah 4 ketukan, maka cara membaca Mad “Aridl Lissukuun adalah sebagai berikut:
Panjang ketukan dari bunyi “nin” adalah 4
ketukan, yaitu dari bunyi “ni” pada ketukan ke-7 hingga bunyi “..n”
pada ketukan ke-10. Karena itu, praktek pembacaan Mad ‘Aridl Lissukuun
adalah :
Ketukan ke-7 berbunyi
“ni”. Pertahankan bunyi “ni” hingga ketukan ke-10, sehingga bunyi “ni”
akan bersambung dengan bunyi “n”. Jadi yang terdengar panjang adalah
suara “i”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf “i” mewakili satu ketukan,
bunyi lengkap contoh di atas adalah “wathuurisiiniiiin”. Bunyi “..n”
pada ketukan ke-10 akan menghilang berbarengan dengan jatuhnya ketukan
ke-11.
Badal artinya : pengganti. Mad Badal
yaitu pemanjangan suara pada Huruf Hamzah, sebagai pengganti hamzah yang
dihilangkan. Panjang Mad Badal adalah 2 ketukan saja.
Contoh Mad Badal adalah :

- Ketukan harus rata, tetap dan teratur
- Setiap huruf mendapatkan hak 1 ketukan
- Spasi tidak diketuk
- Huruf Sukun (mati) tetap mendapatkan hak 1 ketukan
- Huruf ber-tasydid mendapatkan hak 2 ketukan
Mari kita simak dan praktekkan bersama, cara pembacaan Mad Badal, sebagaimana ilustrasi berikut :
Penggalan ayat tersebut di atas,
terdiri atas 10 huruf. Karena spasi tidak mendapatkan ketukan, maka
potongan ayat tersebut harus dibaca dalam 10 ketukan yang sama, rata dan
teratur. Pada contoh di atas, bacaan mad badal terjadi pada ketukan
ke-3 dan 4. Panduan cara membaca Mad Badal adalah sebagai berikut :
Ketukan ke-3 berbunyi “a”. Pertahankan
bunyi “a” hingga ketukan ke-4. Bunyi “a” berakhir sebelum ketukan ke-5
saat bunyi “ma” diucapkan.
5. Mad ‘Iwadh
Mad ‘Iwadl yaitu mad yang terjadi
ketika berwaqaf (berhenti membaca) pada huruf yang berakhiran fathatain
(tanwin fathah) kecuali tanwin fathah pada ta’ marbutah [ ـة ]. Mad
‘Iwadl panjangnya 2 ketukan saja. Untuk ta’ marbutah [ ـة ] yang
berharakat fathah tanwin, jika diwakafkan tidak dibaca sebagai mad Iwadh
namun dibaca sebagai h’ mati (h).
Contoh Mad ‘Iwadl adalah :
- Ketukan harus rata, tetap dan teratur
- Setiap huruf mendapatkan hak 1 ketukan
- Spasi tidak diketuk
- Huruf Sukun (mati) tetap mendapatkan hak 1 ketukan
- Huruf ber-tasydid mendapatkan hak 2 ketukan
Mari kita simak dan praktekkan bersama, cara pembacaan Mad ‘Iwadl, sebagaimana ilustrasi berikut:
Penggalan ayat tersebut di atas, terdiri
atas 13 huruf. Karena spasi tidak mendapatkan ketukan, maka potongan
ayat tersebut harus dibaca dalam 13 ketukan yang sama, rata dan teratur.
Pada contoh di atas, bacaan mad ‘Iwadl terjadi pada ketukan ke-12 dan
13. Panduan cara membaca Mad ‘Iwadl adalah sebagai berikut :
Ketukan ke-12 berbunyi “la”. Pertahankan
bunyi “la” hingga ketukan ke-13. Yang dibaca panjang adalah suara
“a”-nya. Bunyi “la” berakhir/hilang pada ketukan ke-14.
Layyin artinya : lembut. Mad Lin (atau
juga disebut Mad Layyin) adalah mad yang terjadi pada akhir bacaan
(posisi waqof/berhenti membaca) dengan formula : Huruf Layyin + satu
huruf (yang sebenarnya hidup, tapi dimatikan, karena ada di posisi
waqof).
Huruf Layyin yaitu wawu dan ya mati sebelumnya berharakat fathah, [ ـَ وْ / ـَ يْ]
Contoh Mad Layyin :
سَوْفَ ..dibaca سَوْفْ ~ sauuuuf
خَوْفٌ ..dibaca خَوْفْ ~ khauuuuf
بَيْتٌ …..dibaca بَيْتْ ~ baiiiit
شَيْءٍ ..dibaca شَيْءْ ~ syaiiii’
خَوْفٌ ..dibaca خَوْفْ ~ khauuuuf
بَيْتٌ …..dibaca بَيْتْ ~ baiiiit
شَيْءٍ ..dibaca شَيْءْ ~ syaiiii’
Mad Layyin atau disebut juga Mad Lin
hanya terjadi pada akhir bacaan (posisi waqof) yang berformula tersebut
di atas. Mad Lin tidak mungkin terjadi di awal/tengah bacaan. Durasi
yang diperkenankan untuk Mad Lin adalah 2, atau 4 atau 6 ketukan.
Mana yang kita pilih? Intinya adalah
bukan pada pilihan 2, 4 atau 6 ketukan, tetapi pada ke-konsisten-an kita
dalam mempraktekkannya. Misalnya, jika kita memilih membaca Mad Lin
dengan 4 ketukan, maka kita harus konsisten mempraktekkannya pada semua
akhir bacaan yang berformula mad ini.
Di antara contoh Mad Lin adalah seperti tersebut pada Surat Quroisy sebagaimana berikut:

Cara Membaca Mad Lin
Dengan asumsi panjang Mad Lin adalah 4 ketukan, maka cara membaca Mad Lin adalah sebagai berikut :
Panjang ketukan dari bunyi “roisy” adalah
4 ketukan, yaitu dari bunyi “ro” pada ketukan ke-8 hingga bunyi “..sy”
pada ketukan ke-11. Karena itu, praktek pembacaan Mad Lin adalah :
Ketukan ke-8 berbunyi
“ro”. Bunyi “i” dimulai pada ketukan ke-9. Pertahankan bunyi “i” hingga
ketukan ke-11, sehingga bunyi “roi” akan bersambung dengan bunyi “sy”.
Jadi yang terdengar panjang adalah suara “i”-nya. Kira-kira, kalau satu
huruf “i” mewakili satu ketukan, bunyi lengkap contoh di atas adalah
“li-iilaafiquroiiisy”. Bunyi “..sy” pada ketukan ke-11 akan menghilang
berbarengan dengan jatuhnya ketukan ke-12.
Perhatian :
Pada contoh di atas,
“i” pada bunyi “roi” diucapkan secara halus, tersambung dengan bunyi
“o” sehingga menjadi “oi”. Bunyi “i” tidak diucapkan sebagai konsonan
yang mandiri, sehingga membaca secara terpotong “ro-iiisy” adalah salah.
Pembacaan yang benar, adalah menggabungkan “oi” menjadi satu, yaitu
bunyi “oi” terdengan halus.Saran
:Agar bacaan terdengar bagus, sebaiknya, panjang Mad Lin disamakan
dengan panjang Mad ‘Aridl Lissukuun, sehingga menjadi singkron. Bila Mad
‘Aridl Lissukuun dibaca dengan durasi 4 ketukan, maka Mad Lin sebaiknya
juga 4 ketukan.
7. Mad Tamkin
Mad Tamkin yaitu mad yang terdapat pada
huruf ya’ berganda, dimana ya’ yang pertama bersimbol ‘tasydid kasroh’,
dan ya’ yang kedua bersimbol sukun/mati. Syaratnya adalah apabila ia
tidak diikuti lagi dengan huruf hidup yang dimatikan (karena ada di
akhir bacaan), karena kasus demikian itu akan berubah nama menjadi Mad
‘Aridl Lissukun. Panjang Mad Tamkin adalah 2 ketukan saja.
Contoh Mad Tamkin adalah:

- Ketukan harus rata, tetap dan teratur
- Setiap huruf mendapatkan hak 1 ketukan
- Spasi tidak diketuk
- Huruf Sukun (mati) tetap mendapatkan hak 1 ketukan
- Huruf ber-tasydid mendapatkan hak 2 ketukan
Mari kita simak dan praktekkan bersama, cara pembacaan Mad Tamkin, sebagaimana ilustrasi berikut:
Penggalan ayat tersebut di atas, terdiri
atas 9 huruf. Namun, karena Mad Tamkin dihitung 2 ketukan (huruf
bertasydid mendapatkan hak 2 ketukan), maka potongan ayat tersebut harus
dibaca dalam 10 ketukan yang sama, rata dan teratur. Pada contoh di
atas, bacaan Mad Tamkin terjadi pada ketukan ke-7 dan 8. Panduan cara
membaca Mad Tamkin adalah sebagai berikut :
Ketukan ke-7 berbunyi “yi”. Pertahankan
bunyi “yi” hingga ketukan ke-8. Bunyi “yi” berakhir/hilang pada ketukan
ke-9 saat pindah ke bunyi “tum”.

Mad Farqi adalah mad yang terjadi dari pertemuan antara Mad Badal dan Huruf Bertasyid. Durasi Mad Farqi adalah 6 kharokat. Kasus mad ini hanya terjadi di 4 tempat dalam Al-quran, yaitu pada :
– Surat Al-An’am (6) ayat 143 -144,
– Surat Yunus (10) ayat 59 dan
– Surat An-Naml (27) ayat 59.
– Surat Yunus (10) ayat 59 dan
– Surat An-Naml (27) ayat 59.
Berikut ini adalah Mad Farqi (perhatikan tampilan berwarna merah) :

Apabila diasumsikan panjang Mad Farqi adalah 6 ketukan, maka cara membaca Mad Farqi adalah sebagai berikut :
Panjang bacaan Mad Farqi pada “aaaaaadz”
adalah 6 ketukan, yaitu dari ketukan ke-3 hingga ketukan ke-8. Karena
itu, praktek pembacaan Mad Farqi adalah :
Ketukan ke-3 berbunyi
“a”. Pertahankan bunyi “a” hingga ketukan ke-8. Pada ketukan ke-8,
bunyi huruf tasydid setelahnya (dzal) terbawa. Yang terdengar panjang
adalah suara “a”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf “a” mewakili satu
ketukan, bunyi lengkap Mad Farqi adalah “Qul aaaaaadzakaraini”. Bunyi
vokal “a” dari ketukan ke-3 hingga bunyi “dz” pada ketukan ke-8 TIDAK
BOLEH TERPUTUS.
Ketukan ke-3 berbunyi “a”. Pertahankan
bunyi “a” hingga ketukan ke-8. Pada ketukan ke-8, bunyi huruf tasydid
setelahnya (lam) terbawa. Yang terdengar panjang adalah suara “a”-nya.
Kira-kira, kalau satu huruf “a” mewakili satu ketukan, bunyi lengkap
Mad Farqi adalah “Qul aaaaaalloohu”. Bunyi vokal “a” dari ketukan ke-3
hingga bunyi “l” pada ketukan ke-8 TIDAK BOLEH TERPUTUS.
9. Mad Shilah Qashirah
Mad Shilah Qashirah yaitu pemanjangan
suara pada huruf ha dlomir (suara hii atau huu kata ganti orang ketiga
tunggal) dengan syarat tidak diikuti huruf hamzah sesudahnya. Suara hi
atau hu pada kata ganti orang ketiga, akan dipanjangkan ketika diapit
oleh huruf-huruf hidup. Pemanjangan suara pada huruf ha dlomir tidak
disebabkan oleh huruf mad, tetapi karena diapit oleh huruf hidup. Mad
Shilah Qoshiroh panjangnya 2 ketukan saja.
Contoh Mad Shilah Qoshiroh :

- Ketukan harus rata, tetap dan teratur
- Setiap huruf mendapatkan hak 1 ketukan
- Spasi tidak diketuk
- Huruf Sukun (mati) tetap mendapatkan hak 1 ketukan
- Huruf ber-tasydid mendapatkan hak 2 ketukan
Mari kita simak dan praktekkan bersama, cara pembacaan Mad Shilah Qoshiroh, sebagaimana ilustrasi berikut:
Penggalan ayat tersebut
di atas, terdiri atas 14 huruf. Namun, karena Mad Shilah Qoshiroh
dihitung 2 ketukan, maka potongan ayat tersebut harus dibaca dalam 15
ketukan yang sama, rata dan teratur.
Pada contoh di atas, bacaan mad Shilah
Qoshiroh terjadi pada ketukan ke-8 dan 9. Panduan cara membaca Mad
Shilah Qoshiroh adalah sebagai berikut :
Ketukan ke-8 berbunyi
“hu”. Pertahankan bunyi “hu” hingga ketukan ke-9. Bunyi “hu”
berakhir/hilang pada ketukan ke-10 saat pindah ke bunyi “hif”
Jika setelah Mad Silah didahului huruf
yang mati maka tidak jadi mad, dan dibaca biasa. Kecuali pada surat
Al-Furqan 69 yang disebut “Mad Mubalagoh” dan dibaca panjang 2 harakat.
Mad ini hanya terdapat disini saja.
وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا ~ wayakhlud-fiihiimuhaanaa
10. Mad Shilah Thowilah
Mad Shilah Thowilah terjadi apabila Mad
Shilah Qoshiroh diikuti Huruf Hamzah. Ukuran panjangnya adalah 4 sampai 5
harakat. Mana yang dipilih ? Intinya adalah bukan pada pilihan 4 atau 5
ketukan, tetapi pada ke-konsisten-an dalam mempraktekkannya. Misalnya,
jika kita memilih membaca Mad Shilah Thowilah dengan 5 ketukan, maka
kita harus konsisten mempraktekkannya pada semua bacaan yang berformula
mad ini.
Berikut ini adalah contoh Mad Shilah Thowilah (perhatikan tampilan berwarna merah):
Berikut ini adalah contoh Mad Shilah Thowilah (perhatikan tampilan berwarna merah):

Apabila diasumsikan panjang Mad Shilah
Thowilah adalah 5 ketukan, maka cara membaca Mad Shilah Thowilah adalah
sebagai berikut :
Panjang bacaan Mad Shilah Thowilah pada
“hiiiii illa” adalah 5 ketukan, yaitu dari ketukan ke-6 hingga ketukan
ke-10. Karena itu, praktek pembacaan Mad Shilah Thowilah adalah :
Ketukan ke-6 berbunyi
‘hi’. Pertahankan bunyi “i” hingga ketukan ke-10. Yang terdengar
panjang adalah suara “i”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf “i” mewakili
satu ketukan, bunyi lengkap Mad Shilah Thowilah adalah “Min ‘ilmihiiiii
illa”. Bunyi vokal “i” dari ketukan ke-6 hingga ketukan ke-10 TIDAK
BOLEH TERPUTUS. Bunyi “i” akan menghilang berbarengan dengan jatuhnya
bunyi “il” pada ketukan ke-11.
Catatan :
- Apabila sebelum kata ganti orang ketiga tunggal laki-laki[ هِ / هُ] terdiri dari huruf mati (bersukun), maka tidak berlaku mad shilah. Contoh : عَلَيْهِ ☼ عَنْهُ ☼ فِيْهِ ☼ لَدُنْهُ
- Kata ganti orang ketiga tunggal laki-laki pada kata [فِيْهِ] dalam surat Al-Furqan ayat 69, walaupun sebelumnya terdiri dari huruf yang bersukun, tetap dibaca panjang dua harakat seperti : وَيَخْلُدْ فِيْـهِ مُهَانًا ~ wayakhlud fiihiimuhaanaa
- Ta’ Marbuthah [ هِ / هُ] yang bukan kata ganti, walaupun diapit oleh huruf hidup, tidak berlaku mad.
11. Mad Harfi
Mad Harfi adalah bacaan panjang pada
Huruf Muqotho’ah. Huruf Muqotho’ah adalah huruf yang dibaca sebagaimana
nama hurufnya. Huruf Muqotho’ah terdapat pada ayat pertama surat-surat
tertentu sebagai pembuka surat. Oleh karena itu Huruf Muqotho’ah juga
disebut Fawatikhus Suwar. Secara garis besar, Huruf Muqotho’ah dibaca dengan 3 pola sebagai berikut :
- Pertama : Tidak ada mad (pemanjangan suara) yaitu huruf Alif. Huruf Alif sebagai Huruf Muqotho’ah dibaca dengan bunyi “Alif”
- Kedua : Mad sepanjang 2 ketukan, terjadi pada huruf-huruf berikut:
- Ketiga : Mad sepanjang 6 ketukan, terjadi pada huruf-huruf berikut :
Contoh ayat yang mengandung Huruf Muqotho’ah adalah:
Huruf berwarna merah dibaca dengan durasi 2 ketukan, sedangkan huruf berwarna biru panjangnya 6 ketukan.
Bagaimana cara membedakan huruf yang dibaca 2 ketukan dan 6 ketukan? Perhatikan bedanya ! Huruf-huruf yang apabila dituliskan namanya, ia terdiri dari 2 huruf, maka ia dibaca 2 ketukan (seperti : ro’, ha, ya, tho dan kha). Huruf-huruf yang apabila dituliskan namanya, ia terdiri dari 3 huruf, maka ia dibaca 6 ketukan, seperti : nun, qaf, shod, ‘ain, sin, lam, kaf dan mim).
12. Mad Lazim Harfi Mukhoffaf Bagaimana cara membedakan huruf yang dibaca 2 ketukan dan 6 ketukan? Perhatikan bedanya ! Huruf-huruf yang apabila dituliskan namanya, ia terdiri dari 2 huruf, maka ia dibaca 2 ketukan (seperti : ro’, ha, ya, tho dan kha). Huruf-huruf yang apabila dituliskan namanya, ia terdiri dari 3 huruf, maka ia dibaca 6 ketukan, seperti : nun, qaf, shod, ‘ain, sin, lam, kaf dan mim).
Mad Lazim Harfi Mukhoffaf adalah Mad
Thobi’i yang bertemu sukun yang terjadi pada rangkaian huruf-huruf
Muqotho’ah. Durasi Mad Lazim Harfi Mukhoffaf adalah 6 ketukan.
- Disebut Mad Lazim karena mesti dibaca panjang.
- Dinamakan Harfi karena mad itu terjadi pada huruf.
- Dinamakan Mukhoffaf, karena ringan mengucapkannya tanpa bertasydid.
Contoh Mad Lazim Harfi Mukhoffaf adalah :
Huruf-huruf yang ditampilkan dengan warna biru, itulah yang disebut Mad Lazim Harfi Mukhoffaf.
Cara membaca Mad Lazim Harfi Mukhoffaf :
13. Mad Lazim Harfi Mutsaqol
Mad Lazim Harfi Mutsaqol adalah Mad
Thobi’i yang bertemu dengan tasydid (karena idghom) yang terjadi pada
rangkaian Huruf Muqotho’ah. Durasi Mad Lazim Harfi Mutsaqol adalah 6
ketukan.
- Disebut Mad Lazim karena mesti dibaca panjang.
- Dinamakan Harfi karena mad itu terjadi pada huruf.
- Dinamakan Mutsaqqal, karena berat mengucapkannya akibat adanya tasydid pada sukun tersebut.
Contoh Mad Lazim Harfi Mutsaqol adalah:

Cara Membaca Mad Lazim Harfi Mutsaqol :
Panjang bacaan Mad Lazim Harfi Mutsaqol
pada “siiiiin” adalah 6 ketukan, yaitu dari ketukan ke-3 hingga
ketukan ke-8. Dan panjang bunyi “miiiiim” adalah 6 ketukan, yaitu dari
ketukan ke-12 hingga ketukan ke-17. Diantara keduanya (siiiiin dan
miiiiim) ada bunyi ghunnah (dengung), karena sifat bunyi “n” akan
melebur ke bunyi “m”. Durasi bacaan ghunnah adalah 4 ketukan, dari
ketukan ke-9 hingga ketukan ke-12. Karena itu, praktek pembacaan Mad
Lazim Harfi Mutsaqol adalah :
- Ketukan ke-3 berbunyi “si”. Pertahankan bunyi “i” hingga ketukan ke-8. Yang terdengar panjang adalah bunyi “i”-nya. Bunyi “i” dari ketukan ke-3 hingga ketukan ke-8 tidak boleh terputus. Bunyi “i” tersebut menghilang bersamaan dengan tersambarnya bunyi “m” pada ketukan ke-8.
- Dengungnya bunyi “m” dimulai sejak ketukan ke-8, namun mulai dihitung ketukannya sejak ketukan ke-9 hingga ketukan ke-12. Dengungan suara “m” sejak ketukan ke-9 hingga ketukan ke-12 tidak boleh terputus. Bunyi dengung “m” akan menghilang bersamaan dengan bunyi “mi” pada ketukan ke-12.
- Bersamaan dengan ketukan ke-12 terdengar bunyi “mi”. Pertahankan bunyi “i” hingga ketukan ke-17. Yang terdengan panjang adalah bunyi “i”-nya. Bunyi “i” dari ketukan ke-12 hingga ketukan ke-17 tidak boleh terputus. Bunyi “i” tersebut menghilang bersamaan dengan tersambarnya bunyi “m” pada ketukan ke-17. Bunyi “m” terakhir, menghilang bersamaan dengan jatuhnya ketukan ke-18
Contoh lain dari Mad Lazim Harfi Mutsaqol adalah sebagai berikut :
14. Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf
Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf adalah mad
yang terjadi dari pertemuan antara Mad Badal dengan huruf bertanda
sukun (mati). Durasi Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf adalah 6 harokat.
- Disebut Mad Lazim karena mesti dibaca panjang.
- Dinamakan Kalimi karena mad itu terjadi dalam satu kata.
- Dinamakan Mukhoffaf, karena ringan mengucapkannya, dengan tidak adanya tasydid.
Kasus mad ini hanya terjadi di 2 tempat dalam Al-quran, yaitu pada surat Yunus (10) ayat 51 dan 91.
Berikut ini adalah Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf (perhatikan tampilan berwarna merah) :
Apabila diasumsikan panjang Mad Lazim
Kalimi Mukhoffaf adalah 6 ketukan, maka cara membaca Mad Lazim Kalimi
Mukhoffaf adalah sebagai berikut :
Panjang bacaan Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf pada “aaaaaal”
adalah 6 ketukan, yaitu dari ketukan ke-1 hingga ketukan ke-6. Karena
itu, praktek pembacaan Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf adalah :
Ketukan ke-1 berbunyi “a”. Pertahankan bunyi “a” hingga ketukan ke-6. Pada ketukan ke-6, bunyi huruf lam sukun setelahnya (l) terbawa. Yang terdengar panjang adalah suara “a”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf “a” mewakili satu ketukan, bunyi lengkap Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf adalah “aaaaaal-aana”. Bunyi vokal “a” dari ketukan ke-1 hingga bunyi “l” pada ketukan ke-6 TIDAK BOLEH TERPUTUS.
15. Mad Lazim Kalimi MutsaqolKetukan ke-1 berbunyi “a”. Pertahankan bunyi “a” hingga ketukan ke-6. Pada ketukan ke-6, bunyi huruf lam sukun setelahnya (l) terbawa. Yang terdengar panjang adalah suara “a”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf “a” mewakili satu ketukan, bunyi lengkap Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf adalah “aaaaaal-aana”. Bunyi vokal “a” dari ketukan ke-1 hingga bunyi “l” pada ketukan ke-6 TIDAK BOLEH TERPUTUS.
Mad Lazim Kalimi Mutsaqol adalah Mad yang terjadi dari Mad Thobi’i yang diikuti oleh huruf bertasydid, dimana keduanya masih berada pada satu kata. Bila tanda tasydid berada di lain kata, maka tidak terjadi mad. Durasi Mad Lazim Kalimi Mutsaqol adalah 6 harokat.
- Disebut Mad Lazim karena mesti dibaca panjang.
- Dinamakan Kalimi karena mad itu terjadi pada kata.
- Dinamakan Mutsaqqal karena berat mengucapkannya.
Berikut ini adalah contoh Mad Lazim Kalimi Mutsaqol (perhatikan tampilan berwarna merah)
Apabila diasumsikan panjang Mad Lazim
Kalimi Mutsaqol adalah 6 ketukan, maka cara membaca Mad Lazim Kalimi
Mutsaqol adalah sebagai berikut:

Panjang bacaan Mad Lazim Kalimi Mutsaqol pada “dloooooolliina” adalah 6 ketukan, yaitu dari ketukan ke-4 hingga ketukan ke-9. Karena itu, praktek pembacaan Mad Lazim Kalimi Mutsaqol adalah :
Ketukan ke-4 berbunyi
“dlo”. Pertahankan bunyi “o” hingga ketukan ke-9. Pada ketukan ke-9,
bunyi huruf tasydid setelahnya (lam) terbawa. Yang terdengar panjang
adalah suara “o”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf “o” mewakili satu
ketukan, bunyi lengkap Mad Lazim Kalimi Mutsaqol adalah :
“waladldloooooolliina”. Bunyi vokal “o” dari ketukan ke-4 hingga bunyi
“l” pada ketukan ke-9 TIDAK BOLEH TERPUTUS.
halaman berikutnya..
halaman berikutnya..