1 Comment

Badru Salam, حفظه الله تعالى

Sebagian orang berpendapat bahwa kalau kita menganggap sesat suatu kaum, maka kita harus membenci dan bersikap keras kepada mereka..
Jika bersikap lemah lembut berarti kita bertaqiyah seperti syi’ah.

Pemahaman seperti ini perlu diluruskan.
Karena sikap manusia terbaik yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak sesuai dengan pendapat orang tersebut.

Cobalah perhatikan hadits berikut:
Dari Aisyah Radhiallaahu anha bahwasanya seorang laki-laki meminta izin masuk menemui Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam, seraya berkata, “Dia saudara yang jelek dalam keluarga”. Kemudian ketika orang itu masuk dan menghadap Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam beliau berkata kepadanya dengan ucapan yang lembut. Maka Aisyah berkata, “Engkau tadi berkata tentang dia seperti apa yang engkau katakan”. Maka Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah membenci ‘fuhsy’ (ucapan keji) dan ‘tafahuhusy’ (berbuat keji).” (HR. Ahmmad dalam Musnad)

Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam telah berbuat mudarah dengan orang tadi ketika dia menemui Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam -padahal orang itu jahat- karena beliau menginginkan kemaslahatan agama. Maka hal itu menunjukkan bahwa mudarah tidak bertentangan dengan al-wala’ wal bara’, kalau memang mengandung kemaslahatan lebih banyak dalam bentuk menolak kejahatan atau menundukkan hatinya atau memperkecil dan memeperingan kejahatan.

Sikap mudaroh seperti tujuannya adalah untuk mashlahat yang lebih agung.
Adapun taqiyah tujuannya menyembunyikan kesesatan dan memperlihatkan kebaikan di depan lawan. 
Taqiyah adalah sifat kaum munafiqin sedangkan mudaroh dilakukan oleh manusia terbaik.

Al Baihaqi meriwayatkan dalam kitab syu’abul iman demikian juga abu nuaim dalam alhilyah, bahwa abu darda radliyallahu anhu berkata:
Kami berseri seri kepada suatu kaum yang hati kami melaknat mereka.

Maka apakah mereka sedang bertaqiyah?
Tidak, demi Rabb Ka’bah..

Posting Komentar Blogger

 
Top