Kasus terbunuhnya Utsman bin Affan
radliyallahu ‘anhu dan timbulnya pemikiran Khawarij sangat erat
hubungannya dengan demonstrasi. Kronologis kisah terbunuhnya Utsman
radliyallahu ‘anhu adalah berawal dari isu-isu tentang kejelekan
Khalifah Utsman yang disebarkan oleh Abdullah bin Saba’ di kalangan kaum
Muslimin.
Abdullah bin Saba’ adalah seorang
Yahudi yang pura-pura masuk Islam. Sedangkan kita telah maklum
bagaimana karakter Yahudi itu karena Allah telah berfirman :
“Niscaya engkau akan dapati orang
yang paling memusuhi (murka) kepada orang-orang yang beriman adalah
orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrikin.” (Al Maidah : 82)
Permusuhan kaum Yahudi terlihat sejak
berkembangnya Islam, seperti mengkhianati janji mereka terhadap
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, merendahkan kaum Muslimin,
mencerca ajaran Islam, dan banyak lagi (makar-makar busuk mereka).
Setelah Islam kuat, tersingkirlah mereka dari Madinah. (Lihat Sirah Ibnu
Hisyam juz 3 halaman 191 dan 199)
Pada zaman Abu Bakar dan Umar
radliyallahu ‘anhuma, suara orang-orang Yahudi nyaris hilang. Bahkan
Umar mengusir mereka dari Jazirah Arab sebagai realisasi perintah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang pernah bersabda :
“Sungguh akan aku keluarkan
orang-orang Yahudi dan Nashara dari Jazirah Arab sampai aku tidak
sisakan padanya kecuali orang Muslim.” Juga Ucapan beliau : “Keluarkanlah orang-orang musyrikin dari Jazirah Arab.” (HR. Bukhari)
Di tahun-tahun terakhir kekhalifahan
Utsman radliyallahu ‘anhu di saat kondisi masyarakat mulai heterogen,
banyak muallaf dan orang awam yang tidak mendalam keimanannya, mulailah
orang- orang Yahudi mengambil kesempatan untuk mengobarkan fitnah.
Mereka berpenampilan sebagai Muslim dan
di antara mereka adalah Abdullah bin Saba’ yang dijuluki Ibnu Sauda.
Orang yang berasal dari Shan’a ini menebarkan benih-benih fitnah di
kalangan kaum Muslimin agar mereka iri dan benci kepada Utsman
radliyallahu ‘anhu.
Sedangkan inti dari apa yang dia bawa
adalah pemikiran-pemikiran pribadinya yang bernafaskan Yahudi. Contohnya
adalah qiyas-nya yang bathil tentang kewalian Ali radliyallahu ‘anhu.
Dia berkata : “Sesungguhnya telah ada seribu Nabi dan setiap Nabi mempunyai wali. Sedangkan Ali walinya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.” Kemudian dia berkata lagi : “Muhammad adalah penutup para Nabi sedangkan Ali adalah penutup para wali.”
Tatkala tertanam pemikiran ini dalam
jiwa para pengikutnya, mulailah dia menerapkan tujuan pokoknya yaitu
melakukan pemberontakan terhadap kekhalifahan Utsman bin Affan
radliyallahu ‘anhu. Maka dia melontarkan pernyataan pada masyarakat yang
bunyinya : “Siapa yang lebih dhalim daripada orang yang tidak pantas
mendapatkan wasiat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam (kewalian
Rasul), kemudian dia melampaui wali Rasulullah (yaitu Ali) dan merampas
urusan umat (pemerintahan)!”
Setelah itu dia berkata : “Sesungguhnya
Utsman mengambil kewalian (pemerintahan)!” Setelah itu dia berkata :
“Sesungguhnya Utsman mengambil kewalian (pemerintahan) yang bukan
haknya, sedang wali Rasulullah ini (Ali) ada (di kalangan kalian). Maka
bangkitlah kalian dan bergeraklah. Mulailah untuk mencerca pejabat
kalian tampakkan amar ma’ruf nahi munkar. Niscaya manusia serentak
mendukung dan ajaklah mereka kepada perkara ini.” (Tarikh Ar Rasul juz 4
halaman 340 karya Ath Thabary melalui Mawaqif)
Amar ma’ruf nahi mungkar ala Saba’iyah
ini sama modelnya dengan amar ma’ruf menurut Khawarij yakni keluar dari
pemerintahan dan memberontak, memperingatkan kesalahan aparat
pemerintahan di atas mimbar-mimbar, forum-forum, dan
demonstasi-demonstasi yang semua ini mengakibatkan timbulnya fitnah.
Masalah pun bukan semakin reda, bahkan
tambah menyala-nyala. Fakta sejarah telah membuktikan hal ini. Amar
ma’ruf nahi mungkar ala Saba’iyah dan Khawarij ini mengakibatkan
terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan radliyallahu ‘anhu, peperangan
sesama kaum Muslimin, dan terbukanya pintu fitnah dari zaman Khalifah
Utsman sampai zaman kekhalifahan ‘Ali bin Abi Thalib radliyallahu ‘anhu.
(Tahqiq Mawaqif Ash Shahabati fil Fitnati min Riwayat Al Imam Ath
Thabari wal Muhadditsin juz 2 halaman 342)
Sebenarnya amar ma’ruf nahi mungkar
yang mereka gembar-gemborkan hanyalah sebagai label dan tameng belaka.
Buktinya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda kepada Utsman
:
“Hai Utsman, nanti sepeninggalku
Allah akan memakaikan pakaian padamu. Jika orang-orang ingin
mencelakakanmu pada waktu malam –dalam riwayat lain :– Orang-orang
munafik ingin melepaskannya, maka jangan engkau lepaskan. Beliau
mengucapkannya tiga kali.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya juz 6 halaman
75 dan At Tirmidzi dalam Sunan-nya dan dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi 3/210 nomor 2923)
Syaikh Muhammad Amhazurn berkomentar :
“Hadits ini menunjukkan dengan jelas bahwa orang Khawarij tidaklah
menuntut keadilan dan kebenaran akan tetapi mereka adalah kaum yang
dihinggapi penyakit nifaq sehingga mereka bersembunyi dibalik tabir
syiar perdamaian dan amar ma’ruf nahi mungkar.
Tidak diketahui di satu jamanpun adanya
suatu jamaah atau kelompok yang lebih berbahaya bagi agama Islam dan
kaum Muslimin daripada orang-orang munafik.” (Tahqiq Mawaqif Ash
Shahabati juz 1 halaman 476)
Inilah hakikat amar ma’ruf nahi mungkar kaum Saba’iyah dan Khawarij. Alangkah serupanya kejadian dulu dan sekarang?!
Di jaman ini ternyata ada Khawarij Gaya
Baru yaitu orang-orang yang mempunyai pemikiran Khawarij. Mereka
menjadikan demonstrasi, unjuk rasa, dan sebagainya sebagai alat dan
metode dakwah serta jihad. Di antara tokoh-tokoh mereka adalah
Abdurrahman Abdul Khaliq yang mengatakan (Al Fushul minas Siyasah Asy
Syar’iyyah halaman 31-32) : “Termasuk metode atau cara Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam dalam berdakwah adalah demonstrasi atau unjuk rasa.”
Posting Komentar Blogger Facebook