0 Comment
Alhamdulillah saya tidak pernah berusaha –sekalipun- untuk mencari-cari kedustaan al-Ustadz Idrus Ramli, meskipun konon saya dengar beliau sering berdusta, wallahu A'lam akan kebenaran isu tersebut. Akan tetapi kedustaan al-Ustadz Idrus Ramli tanpa sengaja diungkap oleh seorang pengikutnya yang membuat sebuah status yang mengesankan bahwa saya seorang pendusta. (silahkan lihat di https://www.facebook.com/Virusan/posts/570136863056995?comment_id=4459533&offset=0&total_comments=63&notif_t=mentions_comment)
Dari situ saya jadi tahu ternyata al-Ustadz Idrus Ramli nekat berdusta untuk menjatuhkan saya sehingga menuduh saya berdusta !!!!
Dalam artikelnya yang berjudul ((Menjawab Dusta Firanda Yang Anti Tahlilan)) Al-Ustadz Idrus Ramli berkata :
((KRITIKAN DR FIRANDA:
Ustadz Muhamad Idrus Ramli telah menyebutkan takhrij atsar ini dengan baik. Akan tetapi perlu pembahasan dari dua sisi, sisi keabsahan atsar ini, dan sisi kandungan atsar ini.
PERTAMA: Keabsahan Atsar Ini
Atsar ini sebagaimana disebutkan oleh Al-Haafiz Ibnu Hajar dalam Al-Mathoolib al-’Aaliyah (5/330 no 834), sebagaimana berikut:
Seluruh perawi atsar di atas adalah tsiqoh, hanya saja sanadnya terputus antara Sufyan dan Thoowuus.
Thoowuus bin Kaisaan Al-Yamaani wafat 106 H (Taqriibut Tahdziib hal 281 no 3309) adapun Sufyaan bin Sa’id bin Masruuq Ats-Tsauri lahir pada tahun 97 H (lihat Siyar A’laam An-Nubalaa 7/230). Meskipun Sufyan Ats-Tsaury mendapati zaman Thoowus, hanya saja tidak ada dalil yang menunjukan bahwa Sufyan pernah mendengar dari Thowus.
TANGGAPAN: “Doktor Firanda, pernyataan Anda yang tertulis: “Seluruh perawi atsar di atas adalah tsiqoh, hanya saja sanadnya terputus antara Sufyan dan Thoowuus”, bukan pernyataan al-Hafizh Ibnu Hajar, akan tetapi pernyataan sang pentahqiq, yaitu Basim Inayat yang kuliah di Universitas Wahabi. Anda sepertinya kurang teliti. Kutipan Anda, sangat jelas mengesankan bahwa penilaian riwayat tersebut berasal dari al-Hafizh Ibnu Hajar, bukan sang pentahqiq. Cukup sebagai bantahan terhadap Anda yang mengaburkan keshahihan riwayat tersebut, adalah pernyataan al-Hafizh al-Suyuthi dalam al-Hawi lil-Fatawi tentang riwayat tersebut:)) (silahkan lihat http://www.idrusramli.com/2013/menjawab-dusta-firanda-yang-anti-tahlilan/)

Tanggapan :
    Coba para pembaca perhatikan bagaimana trik al-Ustadz Idrus Ramli dalam berdusta. Pertama kali ia menukil perkataan saya sbb :
((Atsar ini sebagaimana disebutkan oleh Al-Haafiz Ibnu Hajar dalam Al-Mathoolib al-’Aaliyah (5/330 no 834), sebagaimana berikut:
Seluruh perawi atsar di atas adalah tsiqoh, hanya saja sanadnya terputus antara Sufyan dan Thoowuus.))
Setelah itu iapun membantah perkataan tersebut dengan berkata ((Doktor Firanda, pernyataan Anda yang tertulis: “Seluruh perawi atsar di atas adalah tsiqoh, hanya saja sanadnya terputus antara Sufyan dan Thoowuus”, bukan pernyataan al-Hafizh Ibnu Hajar, akan tetapi pernyataan sang pentahqiq, yaitu Basim Inayat yang kuliah di Universitas Wahabi. Anda sepertinya kurang teliti. Kutipan Anda, sangat jelas mengesankan bahwa penilaian riwayat tersebut berasal dari al-Hafizh Ibnu Hajar, bukan sang pentahqiq. Cukup sebagai bantahan terhadap Anda yang mengaburkan keshahihan riwayat tersebut, adalah pernyataan al-Hafizh al-Suyuthi dalam al-Hawi lil-Fatawi tentang riwayat tersebut)), demikian perkataan sang ustadz.
    Anehnya al-Ustadz Idrus Ramli tidak mencantumkan link artikel saya tersebut, karena barang siapa yang mengecek langsung artikel saya maka akan sangat ketahuan dusta sang ustadz. Adapun murid-murid sang ustadz (sebagaimana yang telah mengungkap kedustaaan sang ustadz) ternyata langsung menelan mentah-mentah vonis sang ustadz sebagai kebenaran untuk mengejek saya tanpa melakukan pengecekan terlebih dahulu….!!!
Mari kita lihat apa sesungguhnya yang telah saya tuliskan dalam artikel saya, yaitu sebagai berikut :
((Atsar ini sebagaimana disebutkan oleh Al-Haafiz Ibnu Hajar dalam Al-Mathoolib al-'Aaliyah (5/330 no 834), sebagaimana berikut:

Imam Ahmad berkata: Telah menyampaikan kepada kami Hasyim bin Al-Qoosim, telah menyampaikan kepada kami al-Asyja'iy, dari Sufyan berkata, Thowus telah berkata: "Sesungguhnya mayat-mayat diuji dalam kuburan mereka tujuh hari, maka mereka (para salaf-pen) suka untuk bersedekah makanan atas nama mayat-mayat tersebut pada hari-hari tersebut."
Dan dari jalan Al-Imam Ahmad bin Hanbal juga diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam kitabnya Hilyatul Auliyaa' (4/11) sebagaimana berikut ini:

Seluruh perawi atsar di atas adalah tsiqoh, hanya saja sanadnya terputus antara Sufyan dan Thoowuus.
Thoowuus bin Kaisaan Al-Yamaani wafat 106 H (Taqriibut Tahdziib hal 281 no 3309) adapun Sufyaan bin Sa'id bin Masruuq Ats-Tsauri lahir pada tahun 97 H (lihat Siyar A'laam An-Nubalaa 7/230). Meskipun Sufyan Ats-Tsaury mendapati zaman Thoowus, hanya saja tidak ada dalil yang menunjukan bahwa Sufyan pernah mendengar dari Thowus….)) (silahkan baca di http://firanda.com/index.php/artikel/bantahan/423-dalil-bolehnya-tahlilan)
Silahkan para pembaca menilai…, sangat jelas sekali saya menukil perkataan Ibnu Hajar dengan mencantumkan scan bukunya, lalu setelah itu saya menukil perkataan Abu Nu'aim dalam kitab Hilyatul Awliyaa' yang saya juga mencantumkan scan kitabnya, setelah baru saya berkomentar sbb :  ((Seluruh perawi atsar di atas adalah tsiqoh, hanya saja sanadnya terputus antara Sufyan dan Thoowuus. Thoowuus bin Kaisaan Al-Yamaani wafat 106 H (Taqriibut Tahdziib hal 281 no 3309)…..dst))
Antara perkataan saya dengan perkataan Ibnu Hajar ada perkataan Abu Nu'aim (disertai scan kitabnya). Lantas ternyata Idrus Ramli melakukan trik dustanya –dalam menukil perkataan saya- dengan sengaja menghapuskan perkataan Abu Nu'aim, sehingga seakan-akan saya telah berdusta atas nama Ibnu Hajar. Wallahul Musta'aan. Kalau Idrus Ramli pintar sedikit harusnya dia menuduh saya telah berdusta atas nama Abu Nu'aim bukan atas nama Ibnu Hajar (karena komentar saya saya tuliskan setelah menukil perkataan Abu Nu'aim bukan setelah menukil perkataan Ibnu Hajar), agar trik dustanya lebih keren dikit. !!!

Posting Komentar Blogger

 
Top