Hari itu Hari Tarwiyah 10 H. Saat itu Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam pergi ke Mina dan melaksanakan shalat zuhur, asar,
magrib, isya, dan subuh di sana. Seusai menanti beberapa seat hingga
matahari terbit, beliau lantas melanjutkan perjalanan hingga tiba di
Arafah. Tenda-tenda waktu itu telah didirikan di sana. Beliau pun masuk
tenda yang disiapkan bagi beliau.
Setelah matahari tergelincir, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam meminta agar Al-Qashwa’, unta beliau, didatangkan. Beliau
kemudian menungganginya hingga tiba di tengah Padang Arafah. Di sana
telah berkumpul sekitar 124.000 atau 144.000 kaum Muslim. Beliau
kemudian berdiri di hadapan mereka menyampaikan khutbah haji terakhir
beliau yang lebih dikenal dengan sebutan haji wada’:
Wahai manusia! Dengarkanlah nasihatku
baik-baik, karena barangkali aku tidak dapat lagi bertemu muka dengan
kamu semua di tempat ini. Tahukah kamu semua, hari apakah ini? (Beliau
menjawab sendiri) Inilah Hari Nahr, hari kurban yang suci.Tahukah kamu
bulan apakah ini? Inilah bulan suci. Tahukah kalian tempat apakah ini?
Inilah kota yang suci. Karena itu, aku permaklumkan kepada kalian semua
bahwa darah dan nyawa kalian, harts bends kalian dan kehormatan yang
satu terhadap yang lainnya haram atas kalian sampai kalian bertemu
dengan Tuhanmu kelak. Semua harus kalian sucikan sebagaimana sucinya
hari ini, sebagaimana sucinya bulan ini, dan sebagaimana sucinya kota
ini. Hendaklah berita ini disampaikan kepada orang-orang yang tidak
hadir di tempat ini oleh kamu sekalian!
Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!
Hari ini hendaklah dihapuskan segala
macam bentuk riba. Barang siapa yang memegang amanah di tangannya, maka
hendaklah is bayarkan kepada yang empunya. Dan, sesungguhnya riba
jahiliah adalah batil. Dan awal riba yang pertama sekali kuberantas
adalah riba yang dilakukan pamanku sendiri, Al-’Abbas
bin’Abdul-Muththalib.
Hari ini haruslah dihapuskan semua
bentuk pembalasan dendam pembunuhan jahiliah, dan penuntutan darah cara
jahiliah. Yang pertama kali kuhapuskan adalah tuntutan darah ‘Amir bin
Al-Harits.
Wahai manusia! Hari ini setan telah
putus asa untuk dapat disembah pada bumimu yang suci ini. Tetapi, ia
bangga jika kamu dapat menaatinya walau dalam perkara yang kelihatannya
kecil sekalipun. Karena itu, waspadalah kalian atasnya! Wahai manusia!
Sesungguhnya zaman itu beredar sejakAllah menjadikan langit dan bumi.
Wahai manusia! Sesungguhnya bagi kaum
wanita (istri kalian) itu ada hak-hakyang harus kalian penuhi, dan bagi
kalian juga ada hak-hak yang harus dipenuhi istri itu. Yaitu, mereka
tidak boleh sekali-kali membawa orang lain ke tempat tidur selain kalian
sendiri, dan mereka tak boleh membawa orang lain yang tidak kalian
sukai ke rumah kalian, kecuali setelah mendapat izin dari kalian
terlebih dahulu. Karena itu, sekiranya kaum wanita itu melanggar
ketentuan-ketentuan demikian, sesungguhnya Allah telah mengizinkan
kalian untuk meninggalkan mereka, dan kalian boleh melecut ringan
terhadap diri mereka yang berdosa itu.Tetapi,jika mereka berhenti dan
tunduk kepada kalian, menjadi kewajiban kalianlah untuk memberi nafkah
dan pakaian mereka dengan sebaik-baiknya. Ingatlah, kaum hawa adalah
makhluk yang lemah di samping kalian. Mereka tidak berkuasa. Kalian
telah membawa mereka dengan suatu amanah dari Tuhan dan kalian telah
halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Karena itu, bertakwalah
kepada Allah tentang urusan wanita dan terimalah wasiat ini untuk
bergaul baik dengan mereka.
Wahai umatku! Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!
Wahai manusia! Sesungguhnya aku
meninggalkan kepada kalian sesuatu, yang jika kalian memeganginya
erat-erat, niscaya kalian tidak akan sesat selamanya. Yaitu: Kitab
Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Wahai manusia! Dengarkanlah baik-baik spa
yang kuucapkan kepada kalian, niscaya kalian bahagia untuk selamanya
dalam hidupmu!
Wahai manusia! Kalian hendaklah
mengerti bahwa orang-orang beriman itu bersaudara. Karena itu, bagi
tiap-tiap pribadi di antara kalian terlarang keras mengambil harta
saudaranya, kecuali dengan izin hati yang ikhlas.
Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah saksikanlah!
Janganlah kalian, setelah aku meninggal
nanti, kembali kepada kekafiran, yang sebagian kalian mempermainkan
senjata untuk menebas batang leher kawannya yang lain. Sebab, bukankah
telah kutinggalkan untuk kalian pedoman yang benar, yang jika kalian
mengambilnya sebagai pegangan dan lentera kehidupan kalian, tentu kalian
tidak akan sesat, yakni Kitab Allah (Al Quran).
Wahai umatku! Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!
Wahai manusia! Sesungguhnya Tuhan
kalian itu satu, dan sesungguhnya kalian berasal dari satu bapak. Kalian
semua dari Adam dan Adam terjadi dari tanah. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kalian semua di sisi Tuhan adalah orang yang
paling bertakwa. Tidak sedikit pun ada kelebihan bangsa Arab dari yang
bukan Arab, kecuali dengan takwa.
Wahai umatku! Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!
Karena itu, siapa saja yang hadir di
antara kalian di tempat ini berkewajiban untuk menyampaikan wasiat ini
kepada mereka yang tidak hadir!
Tak lama setelah Rasulullah Saw. menyampaikan khutbah tersebut, turunlah firman Allah, Pada
hari ini telah Kusempurnakan bagi kalian agama kalian dan telah
Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku dan Islam telah Kuridhai menjadi
agama bagi kalian (QS AI-Ma’idah [5]: 3).
Mendengar firman Allah tersebut, ‘Umar bin Al-Khaththab pun
meneteskan air mata. Melihat hal itu, dia pun ditanya, “‘Umar! Mengapa
engkau menangis? Bukankah engkau ini jarang sekali menangis?”
“Karena aku tahu, selepas kesempurnaan hanya ada kekurangan,” jawab
Umar. Ia telah merasakan suasana perpisahan (wada’) terakhir dengan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang sangat dicintainya.
(Diceritakan kembali dari sebuah hadis yang dituturkan oleh
Al-Bukhari dari ‘Abdullah bin ‘Umar dan sebuah kisah yang dituturkan
oleh Ibnu Hisyam dalam Al-Sirah Al-Nabawiyyah dalam Teladan Indah
Rasulullah dalam Ibadah, Ahmad Rofi ‘Usmani)
Posting Komentar Blogger Facebook