jadikan kematian di pelupuk matamu

2 min read
Kematian tidak memiliki tempat.

Seluruh alam ini adalah tempatnya.

Kita tidak akan bisa berlari atau bersembunyi darinya,

Walau kita berada dalam benteng yang sangat kokoh.

Kematian tidak memiliki waktu.

Ia terus bekerja sepanjang hari, sepanjang masa.

Kematian tidak menunggu seorang pun.

Akan tetapi, kita semua yang menunggunya.

Kematian adalah penghancur angan, penghancur keinginan, penghancur impian.

Ia adalah akhir fase pertama manusia.

Itulah kematian.

Kematian ….

Saat itu malaikat maut tepat berada di atas kepalamu. Hatimu bergetar. Nyawamu meregang. Mulutmu terkunci. Anggota badanmu melemas. Lehermu berkeringat. Matamu terbelalak. Pintu taubat sudah tertutup. Orang-orang di sekitarmu menangis, sedangkan kamu sendiri mengerang melawan sakit. Lalu nyawamu diangkat ke langit.

Ia laksana sepucuk ranting yang banyak durinya, yang dimasukkan ke dalam perut seseorang. Setelah tiap durinya mengait sebuah urat, ranting tersebut ditarik oleh orang yang amat kuat tarikannya hingga tercabutlah sejumlah uratnya dan tertinggal sisanya.

Masihkah kita bersantai-santai setelah mendengar kabar tersebut? Betapa mengerikan, bukan? Sungguh beruntunglah bagi orang yang dapat mengambil hikmah atas peristiwa kematian orang lain. Dia akan berpikir memutar otaknya, bagaimana agar dia selamat dari adzab kubur, agar perhitungan terhadap dosanya lebih ringan daripada kebaikan yang ia lakukan semasa di dunia.

Sesungguhnya orang yang cerdas akan selalu membayangkan saat-saat kematian tiba dan bekerja dengan tujuan-tujuan yang harus dicapainya. Andaikan ia tidak sanggup membayangkan dalam benaknya keadaan demikian, ia wajib mengekang hawa nafsunya dan berbuat sebaik-baiknya untuk kepentingan hidupnya.

Suatu saat ada laki-laki yang membicarakan orang lain dalam ghibahnya. Berkatalah Ma’ruf kepadanya, “Ingatlah tatkala kapas telah diletakkan di atas kedua matamu sebelum engkau dikubur nanti.”

Segeralah, beralihlah dari maksiat menuju taat. Pandai-pandailah engkau membawa dirimu ketika berjalan di dunia ini, banyak-banyaklah mengingat pemutus kelezatan. Sungguh kita tidak tahu, bagaimanakah keadaan akhir hayat kita tatkala malaikat maut mencabut nyawa kita. Apakah kesudahan hidup kita di dunia ini akan tertutup dengan khusnul khatimah atau kah su’ul khatimah?

Renungkanlah…

Menangislah akan hari-harimu yang tidak engkau isi dengan ketaatan kepada Allah.

Setelah berkata demikian, beliau menangis sambil melantunkan bait-bait syair berikut,

“Kala hatiku mengeras dan jalanku mulai menyempit

Aku hanya bisa mengharap titian ampunan-Mu

Dosa-dosaku amat besar,

Namun jika aku bandingkan dengan ampunan-Mu, ya Rabb,

Ampunan-Mu jauh lebih besar

Engkau senantiasa melimpahkan ampunan atas segala dosa

Dan Engkau tiada pernah bosan memberi ampunan.”

(Sifat Ash-Shofwah, 3:146)

Beliau Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mewasiatkan kepada kita di akhir hayatnya, “Bertakwalah kepada Allah. Bayangkan akhirat dalam kalbumu. Jadikanlah kematian berada di pelupuk matamu. Dan janganlah engkau melupakan saat berdiri di hadapan Allah. Jadikanlah (dirimu sebagai) orang yang malu kepada Allah. Jauhilah larangan-larangan-Nya dan kerjakanlah perintah-perintah-Nya. Tetaplah konsisten bersama kebenaran di mana pun berada. Sekali-kali, janganlah meremehkan kenikmatan yang diberikan Allah untukmu, kendati pun sedikit. Sambutlah ia dengan rasa syukur. Hendaklah diammu dalam keadaan berpikir, ucapanmu berupa zikir, dan pandanganmu ditujukan untuk mengambil ibrah (pelajaran). Maafkanlah orang yang berbuat aniaya kepadamu. Sambutlah tali (kekerabatan) orang yang memutuskan hubungan silaturahim darimu. Bersikaplah dengan baik kepada orang yang berbuat buruk kepadamu. Bersabarlah terhadap berbagai musibah dan mohonlah perlindungan kepada Allah dari neraka dengan bertakwa.”


 

Referensi:

Al-Qur’an Al-Karim.
Shaidul Khathir: Cara Manusia Cerdas Menang dalam Hidup. Imam Ibnu Al-Jauzy. Cetakan Kedua. Juni, 2005. Maghfirah Pustaka.
Jeda Rodja.
Majalah As-Sunnah, Edisi 08, Tahun 11, 1428 H – 2007 M.
http://kaahil.wordpress.com/2012/05/05/inilah-kata-kata-terakhir-imam-syafii-abu-hanifah-imam-malik-rahimahumullah-sebelum-wafat/

Iam moslem.. Pengagum Rasulullah shalallahu alahi wasallam

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ’ala Rosulillah wa ’ala alihi wa shohbihi wa sallam. alquranSetelah kita mengetahui tafsiran surat Al Ikhlash ini, maka sangat bagus sekali …
  • Oleh Ustadz Aunur Rofiq Ghufron Wakaf termasuk amal ibadah yang paling mulia bagi kaum muslim, yaitu berupa membelanjakan harta benda. Dianggap mulia, karena pahala amalan i…
  • MARILAH kita senantiasa berupaya sekuat tenaga untuk meningkatkan ketakwaan kepada الله سبحانه وتعالى. Takwa dalam makna yang luas, dengan berusaha menjalankan apa yang telah …
  • hari demi hari Indonesia Raya diuji dan dihantam dengan berbagai musibah dan cobaan besar, bermula dari musibah Tsunami yang menenggelamkan Serambi Mekah ‘Aceh’, gempa yang mengg…
  • “Terus terang, sampai diusia +35 tahun saya ini termasuk Kyai Ahli Bid’ah yang tentunya doyan tawassul kepada mayat atau penghuni kubur, sering juga bertabarruk dengan …
  • Oleh: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Kedudukan As-Sunnah dalam pembinaan hukum Islam dan pengaruhnya dalam kehidupan kaum Muslimin mulai dari masa Nabi Shallallahu …

Posting Komentar