1 Comment
Cinta itu luar biasa. Kalau di Indonesia, kita takjub dengan cintanya Habibi kepada Ainun. Di India, ada kisah cinta yang melegenda. Cinta raja Kerajaan Mughal, Syah Jehan, kepada istrinya Mumtaz Mahal. Untuk mengenang sang istri, ia buat bangunan yang menjadi keajaiban dunia. Inilah kisah cinta yang melegenda. Dan dari situlah cerita Taj Mahal dimulai.
Awal Cerita
Taj Mahal adalah sebuah kubur megah dengan arsitektur yang indah. Dunia mengakuinya sebagai salah satu keajaiban. Di India, Taj Mahal menjadi bangunan paling indah yang diwarisi peradaban umat Islam di sana. Keindahannya dilihat dari sisi desain dan presisi geometrisnya. Makam Taj Mahal didesain menghadap Kota Accra yang merupakan ibu kota Kerajaan Mughal saat bangunan ini dibuat. Tepatnya sebelum ibu kota kerajaan itu dipindahkan ke Delhi (Jalal Abduh Khadasyi: ‘Ajaib ad-Dunya as-Sab’u. Hal: 90-92. Beirut: Dar al-Kutub al-Alamiyah).
Taj Mahal dibangun di masa pemerintahan Syah Jehan. Yang memerintah tahun 1628-1658 M. Cinta dan rasa sayang pada istrinya, Mumtaz Mahal, adalah yang memotivasinya membangun Taj Mahal. Memori, kenangan, dan cinta terhadap sang istri terekspresi menjadi sesuatu keajaiban dunia (Jalaludin Abduh, Hal: 90-92).
Kisah Pernikahan Sang Raja
Awal kisah cinta Muhammad Syihabuddin yang digelari Syah Jehan dengan Arjumand Banu atau yang lebih dikenal dengan Mumtaz Mahal adalah saat Arjumand datang ke India. Ia hijrah dari negeri aslinya Persia menuju tanah Hindustan. Arjumand adalah putri dari salah seorang tokoh di Persia sana. Dari sekian banyak gadis India, ternyata wanita Persia inilah yang malah menarik perhatian Muhammad Syihabuddin Syah Jehan. Namun sayang, Arjumand bukanlah seorang wanita yang masih sendiri. Ia telah menikah. Artinya, ia memiliki seorang  suami. Kabar itu membuat Syah Jehan kecewa. 
Tapi jodoh tak kemana. Tak lama, suami Arjumand meninggal. Segera Syah Jehan undang pujaan hatinya ke istananya. Ia pun menikahinya setelah usai masa iddahnya. Pernikahan digelar pada tahun 1612 M. Sejak saat itu Arjumand Banu digelari Mumtaz Mahal (Abdul Wahab Imrani: Musyahadat wa Inthaba’at min asy-Syarqi wa al-Maghrib. Hal: 135). Mumtaz Mahal sendiri artinya adalah perhiasan istana (Will Durant: Qishah al-Hadharah, 3/147).
Syah Jehan menikahi Mumtaz Mahal saat raja India ini baru berusia 21 tahun. Ia sangat mencintai istrinya. Karena sangat mencintai sang istri, ia tak pernah berpisah dengan istri walaupun sedang bersafar. Bahkan saat perjalanan perang. Sang istri adalah tangan kanan yang mendampinginya. Dalam 18 tahun pernikahan, keduanya dikaruniai 14 orang anak. 
Pada tahun 1630 M, Syah Jehan bersama pasukannya berangkat menuju wilayah tengah India. Ia ingin memadamkan api pemberontakan di wilayah tersebut. Seperti biasa, sang istri setia bersamanya. Saat perjalanan pulang menuju Accra, Mumtaz Mahal jatuh sakit. Syah Jehan datangkan dokter terbaik untuk menyembuhkan istri tercinta. Namun ia gagal diselamatkan. Mumtaz Mahal wafat saat melahirkan anak ke-14 mereka. Kemudian ia bangun makam megah yang dikenal dunia dengan nama Taj Mahal. Agar kenangan bersama kekasih selalu kekal di sisinya (Will Durant: Qishah al-Hadharah, 3/147).
Pembangunan Taj Mahal
Setelah meninggalnya Mumtaz Mahal, Syah Jehan merasa sangat sedih dan terpukul. Selama delapan hari, ia hanya murung dan mengurung diri di istana. Kesedihannya belum hilang hingga dua tahun ditinggal kekasihnya. Ia bawa peninggalan-peninggalan sang istri ke makamnya di Accra. Sejak itulah ia terpikir untuk membangun Taj Mahal untuk sang istri. Ia terus memantabkan diri bercita-cita membangun makam terindah yang pernah dilihat manusia. Ia undang para insinyur ahli dan tersohor dari India, Turki, Persia, dan Semenanjung Arab untuk bekerja sama mewujudkan keinginannya (Jalaludin Abduh, Hal: 92).
Setelah 22 tahun, makam Mumtaz Mahal selesai dibangun. Proyek ini menghabiskan anggaran yang besar. Waktu pembangunan yang panjang itu ditopang oleh 21.000 pekerja (Will Durant: Qishah al-Hadharah, 3/394). Tentu proyek ini cukup menyedot kas kerajaan. Sehingga wajar di masa berikutnya, putra Syah Jehan, Aurangzeb, mengkritik sang ayah untuk pembangunan ini. 
Taj Mahal tidak hanya indah dan megah dari sisi bangunannya saja. Tapi, tata lingkungannya pun membuat bangunan ini kian terasa mewah. Ia dibangun di tepian Sungai Jemna, kurang lebih 3 Km dari Kota Accra. Karena itu tidak heran, saat pembangunan rampung, Syah Jehan sendiri merasa takjub dengan hasil akhirnya. Ia namai bangunan itu dengan nama Taj Mahal. Kemudian ia bawa semua peninggalan istrinya. Dan ia senantiasa mengunjungi tempat persemayaman istrinya ini, hingga ia memejamkan mata menyusul kekasihnya (Abdul Wahab Imrani: Musyahadat wa Inthaba’at min asy-Syarqi wa al-Maghrib. Hal: 136).
Menjadi Keajaiban Dunia
Taj Mahal adalah bangunan yang indah. Wajar, biaya yang dihabiskan untuk pembangunannya pun tidak sedikit. Batu-batu terbaik tersusun mapan di dinding-dindingnya. Di pin tu masuk tertulis beberapa ayat Surat al-Fajr.
{يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30)}[
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku. [Quran Al-Fajr: 27-30].
Di pintu utama juga tertulis ayat dari Surat Yasin. Setelah pintu masuk, terdapat kolam yang diapit oleh dua koridor lebar. Dari kolam tersebut, pengunjung bisa melihat bentuk simetris bangunan Taj Mahal dengan bayangan yang ada di kolam. Ini merupakan perhitungan yang luar biasa. Taman ini dikelilingi oleh halaman besar. Inilah puncak dalam penataan dan paduan yang indah. Seting air mancur dan pohon-pohon benar-benar menunjukkan detilnya dalam geometris.
Kemudian dinding-dinding bangunan dihiasi batu-batu berharga, garnet, bunga bunga matahari, dan batu-batu pirus. Penataannya pun luar biasa. Membuat mata silau dan terbayang-bayang di pikiran. yang menyilaukan mata dan mengganggu pikiran. Di dalam ruangan terdapat Menara Yasmina, tempat dimana Shah Jehan memposisikan diri memandangi pusara sang istri. Syah Jehan juga meminta agar diletakkan semacam mahkota dari marmer putih di sana. Sehingga cahaya dapat terpantul padanya saat fajar, pagi, siang, siang dan malam.
Pemandangan Taj Mahal berubah sesuai dengan musim tahun dan waktu dalam sehari. Bunga-bunga setelah fajar muncul dengan warna merah muda. Sore hari muncul dengan warna putih cerah. Dan berubah menjadi abu-abu sebelum matahari terbenam (Abdul Wahab Imrani: Musyahadat wa Inthaba’at min asy-Syarqi wa al-Maghrib. Hal: 137).
Catatan:
Pertama: Membangun makam dengan megah bukanlah ajaran Islam. Bahkan Islam melarang perbuatan demikian. Hal ini juga yang dipahami putra Syah Jehan sendiri, Raja Aurangzeb.
Kedua: Jodoh telah Allah tetapkan dalam takdirnya. Dan hal itu tidak akan melese, walaupun sulit bahkan tak masuk akal dalam perhitungan manusia. 
Ketiga: Kalau manusia saja memiliki cinta sesama mereka, bagaimanakah cinta Allah kepada orang-orang yang beriman. Kepada orang-orang yang menaati-Nya. Kepada wali-wali-Nya? Dan Dialah Yang Maha Penyayang.
Sumber:


Posting Komentar Blogger

 
Top