0 Comment

-Iya, karena anggapan sial (Tiyarah) yang tidak berdasar  bisa bertentangan dengan TAUHID seseorang

-Misalnya:
√ Menggap sial angka 13, jadinya nomor rumah nomor 12 A, 12 B baru ke 14, tidak ada nomor rumah 13 di gang itu

√ Menganggap sial kalau mendengar burung gagak malam hari

√ Tidak jadi berangkat safar karena jatuh cicak di depannya, karena beranggapan sial

-Sebenarnya beranggapan sial ini termasuk “beranggapan jelek”, ada yang boleh beranggapan jelek jika ADA INDIKASI yang benar

-Indikasinya harus sesuai dengan: Sebab SYAR’I atau sebab KAUNI

-Jadi gini, dalam pelajaran TAUHID, sebab itu ada dua:
1. Sebab Kauniy
2. Sebab syar’i

-Kalau sebab kauniy, ini adalah hukum sebab-akibat alam atau memang ada penelitian bahwa itu adalah sebabnya
misalnya:
1. Api kalau kena air ya padam, kertas kena api terbakar dengan mudah
2. Motor  jalan dengan bahan bakar bensin bukan air (penelitian)

-Kalau sebab syar’i yaitu sebab yang ditentukan oleh syariat menjadi penyebab sesuatu, MESKIPUN bukan penyebab secara kauniy
Misalnya: Jika ingin dipanjangkan umur (berkah) dan dimudahkan rezeki maka silaturahmi (silaturahmi penyebab mudah rezeki)

-Nah, kalau beranggapan jelek/anggapan sial tidak ada Indikasi baik sebab syar’i maupun sebab kauniy, inilah yang TERLARANG,
Misalnya gak jadi safar karena lihat burung gagak

-Kalau ada indikasi, maka boleh beranggapan jelek
Misalnya: pesawat tidak jadi terbang karena gejala cuaca yang tidak bagus yaitu mendung hitam sekali plus halilintar

-Inilah “anggapan sial” yang terlarang karena termasuk kesyirikan

‘Abdullah bin Mas’ud menyebutkan hadits secara marfu’

ﺍﻟﻄِّﻴَﺮَﺓُ ﺷِﺮْﻙٌ ﺍﻟﻄِّﻴَﺮَﺓُ ﺷِﺮْﻙٌ ﺛَﻼَﺛًﺎ ﻭَﻣَﺎ ﻣِﻨَّﺎ ﺇِﻻَّ ﻭَﻟَﻜِﻦَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳُﺬْﻫِﺒُﻪُ ﺑِﺎﻟﺘَّﻮَﻛُّﻞِ

“Beranggapan sial adalah kesyirikan, beranggapan sial adalah kesyirikan”.
Beliau menyebutnya sampai tiga kali.
Kemudian Ibnu Mas’ud berkata,
“Tidak ada yang bisa menghilangkan sangkaan jelek dalam hatinya. Namun Allah-lah yang menghilangkan anggapan sial tersebut dengan tawakkal. ” (HR. Abu Daud, shahih)

Hadits lainnya,

ﻻَ ﻋَﺪْﻭَﻯ ﻭَﻻَ ﻃِﻴَﺮَﺓَ

“Tidak ada penyakit menular dengan sendirinya dan tidak ada anggapan sial” (HR Bukhari dan Muslim)

-CATATAN PENTING: Salah satu ciri orang yang masuk surga tanpa hisab adalah tidak beranggapan sial

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻫُﻢُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻻَ ﻳَﺴْﺘَﺮْﻗُﻮﻥَ ، ﻭَﻻَ ﻳَﺘَﻄَﻴَّﺮُﻭﻥَ ، ﻭَﻻَ ﻳَﻜْﺘَﻮُﻭﻥَ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﻳَﺘَﻮَﻛَّﻠُﻮﻥَ

“Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak punya anggapan-anggapan sial , tidak minta di-kay (pengobatan dengan besi panas) dan hanya bertawakal kepada Rabbnya” (HR Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas)

Demikian semoga bermanfaat


 Raehanul Bahraen


Posting Komentar Blogger

 
Top