1 Comment
Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi
Pada makalah ini, saya ingin membahas satu masalah yang sangat penting, bahkan bisa jadi terdengar aneh bin ajaib, dan belum pernah didengar sebelumnya oleh para ilmuwan Nasrani.
Sesungguhnya orang-orang Nasrani beriman bahwa Tuhan Bapak adalah oknum asal yang tidak dijadikan, atau diciptakan, atau dilahirkan dari seorang pun.
Mereka beriman bahwa Tuhan Anak adalah oknum yang tidak dibuat dan diciptakan, tetapi dilahirkan dari Tuhan Bapak.
Mereka beriman bahwa Putra Tuhan adalah Yesus al-Mesias, kemudian mereka mengimaninya sebagai Tuhan, dilahirkan melalui Roh Kudus, dan dari Maria Sang Perawan Suci h.
Mereka beriman bahwa Roh Kudus adalah Oknum, bukan makhluk, tidak juga dilahirkan, akan tetapi terpancar dari Tuhan Anak.
Tidak penting Anda semua memahami masalah ini, karena orang-orang Nasrani sendiri sampai sekarang tidak bisa memahaminya. Pendefinisian dan penjelasan mereka  dalam masalah ini berbeda-beda, karena itulah mereka terpaksa menggunakan filsafat dalam menjelaskannya. Akan tetapi yang paling penting sekarang adalah kita memerlukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan serius berikut ini; yaitu,
Apakah Maria tahu bahwa apa yang ada dalam kandungannya adalah Tuhan Anak; oknum kedua dari ketiga Oknum?
Apakah Maria tahu bahwa yang berada di dalam perutnya adalah Allah yang menjelma?
Apakah Maria tahu bahwa Tuhan anak itu dilahirkan, dan bukan makhluk?
Apakah Maria tahu bahwa yang ada dalam kandungannya adalah Yesus yang memiliki dua karakter, karekter Tuhan dan karakter manusia yang menyatu tanpa bisa dipisahkan?
Sangat sulit bagi orang-orang Nasrani menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan di atas, masalah yang sangat aneh dan membingungkan!
Urusan menjadi semakin rumit dan membingungkan karena Bibel tidak membahas atau menyebutkan peristiwa kelahiran tersebut yang seharusnya menjadi satu peristiwa terbesar di dunia, kecuali hanya dalam ungkapan sederhana yang tidak sepadan untuk menggambarkan kejadian besar tersebut. Ini termasuk bukti bahwa Yesus bukanlah Tuhan.
Di antara Injil-Injil yang membicarakan Maria dan kehamilannya adalah Injil Lukas 1:26-51. Tetapi Injil tersebut tidak menyebut dalam teks itu apa yang menunjukkan bahwa Malaikat Allah (Jibril u) memberitahukan Maria bahwa dia akan mengandung Allah yang menjelma menjadi Yesus yang memiliki dua pembawaan, kemanusiaan dan ke-Tuhanan.
Setiap peneliti yang jujur akan menegaskan bahwa nash-nash tersebut tidak berisi, sekalipun hanya isyarat kecil yang menunjukkan hal itu. Silakan Anda perhatikan kutipan teks suci itu sekaligus komentarnya sebagai berikut:
(1:26) Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, (1:27) kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
Yaitu bahwa Allah mengutus malaikat Jibril kepada Maryam, Tunangan Yusuf seorang tukang kayu di Nazaret.
(1:28) And the angel came in unto her, and said, Hail, thou that art highly favoured, the Lord is with thee: blessed art thou among women. Artinya: Maka malaikat pun masuk menemuinya seraya berkata, salam atasmu wahai orang yang diberi anugerah, Tuhan menyertaimu, Engkau adalah wanita yang diberkahi di tengah-tengah wanita. ([1])
Yakni malaikat Jibril menyampaikan salam kepadanya, kemudian memberi tahu akan kedudukannya di sisi Allah, yaitu bahwa dia adalah wanita yang diberkahi, dan yang Allah memberikan anugerah kepadanya.
(1:29) And when she saw him, she was troubled at his saying, and cast in her mind what manner of salutation this should be. 1:30 And the angel said unto her, Fear not, Mary: for thou hast found favour with God.  Artinya: Tatkala Maria melihatnya, maka Maria pun terkejut karena ucapannya, dan dia berfikir dalam benaknya, apa maksud dari ucapan salam itu? Lalu Malaikat itu berkata kepadanya, ‘Janganlah engkau takut wahai Maria, karena sesungguhnya Engkau telah mendapatkan satu nikmat di sisi Allah.’([2])
Wajar jika dia terkejut, karena itu Jibril menenangkannya dengan mengatakan bahwa dia mendapatkan nikmat dari sisi Allah.
(1:31) Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. (1:32) Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Maha Tinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, (1:33) dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”
Jibril memberitahukan kepadanya tentang kehamilan… jenis janinnya adalah LAKI-LAKI, serta namanya adalah YESUS, dan kedudukannya AGUNG diantara manusia, lalu kedudukannya di sisi Allah adalah PUTRA Allah, kekuasannya adalah SEPERTI RAJA BAGI ORANG YAHUDI, dan masa kekuasaannya HINGGA SELAMA-LAMANYA.
Saat merenungkan hal ini, kita menemukan bahwa tidak ditemukan dalam berita yang disampaikan oleh Jibril, sebagaimana telah kami sampaikan, satu isyarat pun atau satu tanda bahwa apa yang akan dikandung oleh Maria adalah Allah yang menjelma! jika tidak demikian, maka pastilah pertanyaan keheranan Maria akan berubah.
Pertanyaan Maria kala itu adalah:
(1:34) Then said Mary unto the angel, How shall this be, seeing I know not a man? Artinya, ‘Kemudian Maria berkata kepada malaikat itu, ‘Bagaimana itu bisa terjadi? Sementara aku belum pernah mengenal seorang laki-laki pun?([3])
Seandainya dalam ucapan JIBRIL terdapat satu isyarat atau tanda bahwa yang akan dikandung Maria adalah Allah yang menjelma, atau dia adalah Oknum Tuhan Anak yang dilahirkan dari Oknum Bapak, pastilah pertanyaan Maria menjadi, ‘Bagaimana saya mengandung Allah?!
Bagaimana rahimku yang kecil mencukupi bagi ALLAH yang langit dan langitnya langit tidak mencukupi-Nya?!
Bagaimana mungkin aku sebagai manusia mampu mengandung Allah; Penciptaku, dan Pencipta alam raya ini?!
Bagaimana? Sementara aku bukanlah apap-apa bila dibandingkan dengan Allah?
Bagaimana aku bisa tidur, dengan membolak-balikkan badan sementara di dalam perutku ada TUHAN yang menciptakanku?!
Bagaimana aku akan masuk kamar mandi lalu membuang hajatku, sementara di dalam rahimku ada TUHAN, Penciptaku?!
Bagaimana aku menyembah TUHANku sementara Dia ada dalam diriku?!
Bagaimana TUHAN itu akan keluar dariku? Apakah Dia akan keluar sebagaimana anak manusia dilahirkan? Yaitu keluar dari tempat kencing, dan darah haidh yang najis?
Ya Allah, bagaimana TUHAN turun di antara kedua kakiku, sungguh aku sangat malu dari hal itu?!
Bagaimana aku mengandung Tuhan di antara benihku… bagaimana aku mengandung apa yang tidak mampu dipikul oleh langit dan bumi?!
Ini mustahil!
Bagaimana aku mengeluarkan puting susuku untuk menyusui TUHAN… tidak… tidak… tidak mungin aku melakukan itu, aku malu!
Bagaimana aku bisa menahan, jika TUHAN memegang tetekku?!
Bagaimana aku tidur, sementara di sisiku adalah TUHAN?!
Bagaimana aku membersihkan TUHAN saat dia buang air besar pada diriNya sendiri?!
Bagaiamana aku melepaskan pakaian-Nya saat dia kotor dan aku memandikan-Nya?!
Bagaimana aku menyingkap aurat TUHAN?!
Bagaimana?! Bagaimana?! Bagaimana?!
Jadi, termasuk wajar jika Maria menanyakan hal-hal tersebut, karena dia adalah seorang gadis berusia 12 tahun, yang datang kepadanya pembawa berita yang berkata bahwa Engkau akan melahirkan Pencipta Alam Raya ini. Maka ini adalah sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya, akal sehat pun menolaknya. Tidaklah wajar jika dia masa bodoh akan semua itu, lalu hanya bertanya bagaimana dia bisa hamil sementara dia belum pernah mengenal seorang laki-laki?!
Orang yang menganggap dia mampu mengandung TUHAN tentu akan menerima juga jika dia hamil tanpa disentuh oleh seorang laki-laki pun!
Jadi, tanpa sedikit keraguan, sesungguhnya Jibril tidak jelas menyebutkan, atau memberikan isyarat kepadanya bahwa dia akan mengandung Allah.
Demikian pula dengan jawaban Jibril atas keheranan Maria. Itu adalah sebuah dalil kuat atas kemanusiaan Yesus.
(1:35) Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Maha Tinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.([4]) (1:36) Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. (1:37) Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”
Jika yang dilahirkan itu adalah TUHAN yang disembah, pastilah jawabannya menyelisihi hal itu. Pastilah Jibril akan berkata, ‘Saya beritakan kepadamu akan kelahiran TUHAN, dan engkau bertanya bagaimana akan hamil sementara belum pernah digauli seorang laki-laki? Apakah mengandung TUHAN membutuhkan hubungan dengan seorang laki-laki?
Sesungguhnya TUHAN telah ada sejak azali, dan telah memutuskan untuk dilahirkan darimu seperti manusia, maka TUHAN tidak membutuhkan seorang ayah untuk mengadakan-Nya.
Akan tetapi Jibril tidak mengatakannya, karena dia tahu bahwa yang akan dilahirkan dari Maria adalah seorang manusia. Dia seperti manusia pada umumnya, hanya saja itu untuk menjelaskan kekuasaan Allah I. Bahwa Allah I tidak tunduk kepada hukum yang telah Dia tetapkan. Dan bahwa Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu yang Dia adakan dalam rahimnya tanpa sentuhan seorang laki-laki.
Jadi inilah yang menjadikan keheranan Maria yang hakiki.
Kemudian Jibril membuat perumpamaan baginya atas kekuasaan Allah, yaitu bahwa Allah memberikan rizqi kepada Elizabeth dengan seorang anak laki-laki padahal dia sudah tua renta –yang biasanya mengharuskan wanita terputus dari kebiasaanya, yaitu haidh = menupause).
Sebagaimana Allah Maha Kuasa untuk memberikan anugerah seorang wanita –pada usia tuanya- seorang anak, Maka Dia juga berkuasa untuk memberikan anugerah kepada seorang wanita dengan seorang anak tanpa disentuh oleh manusia.
Adapun ucapan Jibril –jika memang benar-, “… demikian juga sesuatu yang kudus yang akan dilahirkan darimu akan dipanggil Anak Allah…” maka yang dia maksud adalah bahwa dia akan mengikuti Allah, atau dekat dengan-Nya, perumpamaan dia adalah seperti seluruh orang-orang yang beriman kepada Allah. Jika tidak, maka konsekuensinya adalah reaksi Maria sebagaimana yang telah kami jelaskan.
Sebagaimana telah disebutkan pada makalah yang lalu makna Anak Allah dalam Bibel, yaitu bahwa Anak Allah adalah orang yang beriman kepada Allah.
Yohannes (1:12) Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
Sungguh Maria telah ridha dengan ketentuan Allah BAHWA DIA MEMILIKI SEORANG ANAK TANPA BENIH DARI SEORANG LAKI-LAKI.
(1:38) Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Maka dia, sebagaimana dia katakan HAMBA TUHAN, yaitu hamba-Nya yang tunduk kepada Allah, tidak ada pilihan kecuali pasrah dengan perintah Allah, lalu bagaimana dia tahu bahwa dia akan mengandung TUHAN yang menjelma?!
Termasuk bukti tidak tahunya Maria akan hakikat Yesus yang diyakini oleh orang-orang Nasrani adalah sebuah perkara penting yang harus diperhatikan, yaitu bahwa dengan pengakuan Bibel sendiri bahwa Yusuf dan Maria saat mengandung Yesus, keduanya tengah tidur di dalam kandang hewan ternak. Dan di dalam kandang inilah Maria melahirkan putranya; Sang TUHAN. Ini sebuah bukti yang pasti bahwa yang ada dalam kandungannya bukanlah TUHAN. Karena seandainya Yusuf dan Maria tahu bahwa janin yang ada dalam rahim Maria adalah TUHAN pastilah akan berbeda urusannya. Pastilah keduanya akan tidur jauh dari kandang hewan ternak. Jika tidak, seandainya keduanya tahu bahwa dia adalah TUHAN, maka bagiamana mungkin keduanya memasukkan TUHAN ke tempat tersebut? Lalu bagimana Maria akan melahirkan TUHAN diantara hewan dan kotorannya?!
Kemudian, seandainya Yesus adalah TUHAN, lalu mengapa Yusuf dan Maria keheranan karena apa yang dikatakan oleh seseorang yang disebut Simeon kepada Yesus saat masih kecil; Lukas (2:33) And Joseph and his mother marvelled at those things which were spoken of him.([5]) artinya, ‘Yusuf dan ibunya keheranan terhadap apa yang diucapkan tentangnya.’
Maka seharusnya, seandainya keduanya mengetahui apa yang diklaim oleh orang-orang Nasrani tentang kedudukan Yesus, keduanya tidak akan heran dengan apa yang dikatakan oleh Simeon.
Pembaca yang mulia, seandainya kita mengalah, setelah segala usaha dalam memberikan dalil yang menafikan KeTuhanan Yesus, agar keluar kepada kita dari golongan orang-orang Nasrani fanatik yang menguatkan keTuhanan Yesus. Seandainya kita menerima, Maria mengimani bahwa TUHAN berada dalam perutnya, maka kami ingin ada orang yang membantu kami untuk menjawab segala pertanyaan berikut ini agar kami bisa faham, dan barangkali kami bisa beriman bahwa Yesus adalah TUHAN.
Bagaimana dia  menyembah Allah sementara TUHAN adalah dalam perutnya? Apakah dia sujud kepada Yesus? Lalu bagaimana dia sujud sementara TUHAN adalah di dalam perutnya? Bagaimana dulu dia berdo’a kepada-Nya? Dan bagaimana pula DIA mengabulkan do’anya sementara dia terikat dengan ari-ari di dalam rahimnya?
Seandainya Dia ingin untuk berlepas diri dari rahimnya, atau terjadi sesuatu kepada janin atau ibunya, atau sesuatu yang tidak disukai, apakah JANIN TUHAN itu akan mati? Seandainya orang-orang Romawi membunuh Maria, apakah TUHAN juga akan mati?
Lalu mengapa dia lari bersama TUHAN menuju Mesir?
Bagaimana Maria lari sementara dia mengetahui bahwa TUHAN bersamanya?
Bukankah Dia kuasa untuk membutakan mata pasukan tersebut hingga tidak bisa melihat-Nya, ibu dan suami (ibu) nya.
Apakah TUHAN itu lemah untuk melindungi dirinya sendiri?
Apakah TUHAN, pemilik langit dan bumi melarikan diri dari seorang laki-laki yang menguasai Palestina dan sekitarnya ada seribu orang, atau beberapa ribu orang? Maka TUHAN yang bagaimanakah ini?!
Apakah Dia pencipta matahari dan galaxi, serta apa yang lebih besar atau lebih kecil darinya?
Apakah TUHAN yang Agung ini lari dari beberapa ribu pasukan saja?
Selesailah kita dari fase kehamilan dan kelahiran, sekarang kami ingin berbicara tentang masa kanak-kanak yang mengisahkan banyak aib besar, yang bisa saya pastikan pendeta sekalipun tidak bisa memahaminya secara benar. Berikut ini teks dan data-datanya:

TUHAN hilang wahai orang Nasrani
Maria dan Yusuf merasa cemas karena kehilangan Yesus di tengah perjalanan pulang dari Yerussalem.
Lukas (2:44) Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. (2:45) Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia.
Seandianya Maria dan Yusuf mengetahui apa yang diklaim oleh orang Nasrani tentang kedudukan Yesus, tentu mereka tidak cemas atau sedih, karena Dia adalah TUHAN, tidak ada kekhawatiran atas-Nya.
Demikian pula teguran Maria kepada TUHAN YESUS karena tertinggal di Yerussalem adalah bukti lain akan ketidaktahuannya dengan apa yang diyakini oleh orang-orang Nasrani terhadap putranya. Maka mustahil Maria yang mengetahui bahwa anak itu adalah TUHAN kemudian dia menegurnya.
Lukas 2:48 Dan ketika orang tuanya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibunya kepadanya: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.”

Pertanyaannya sekarang:
Apakah seandainya Maria tahu bahwa Yesus adalah TUHAN, dia akan melakukan sebagaimana para ibu saat anak-anak mereka hilang? Saat TUHAN dan RAJA DIRAJA tersesat dari IBUNYA maka apa yang akan dilakukan oleh SANG IBU? Dia pergi mencarinya?!
Wahai orang-orang Nasrani yang berakal, ini berarti bahwa dia (sang ibu) pergi untuk mencari TUHAN yang hilang!!
Jadilah Anda sekalian sebagai orang-orang yang jujur terhadap diri kalian sendiri, lalu jawablah dengan tulus. Apakah seandainya ibunya tahu bahwa Dia adalah Allah yang menjelma, dia mencarinya seperti anak-anak lain yang tersesat?!
Seandainya dia tahu yang demikian, mengapa Yesus berani membiarkan pengingkarannya kepadanya? (artinya jika Maria tahu anaknya itu adalah Tuhan atau anak Tuhan, mengapa Maria menegurnya, dan Yesus pun diam atas sikap masa bodoh ibunya itu padahal sudah tahu jika dirinya adalah Tuhan).
Jadi, dengan segenap penegasan, ibunya tidak mengetahui bahwa dia mengandung TUHAN!
Kemudian apa gerangan keberadaan Allah sebelum kelahiran “anak-Nya”, apakah hanya ada dua oknum saja, kemudian menjadi tiga oknum dengan kelahiran Tuhan Anak? Ataukah sebelumnya yang ada adalah satu Oknum saja , kemudian menjadi dua Oknum, lalu secara perlahan bertambah hingga menjadi tiga Oknum?!
Wahai orang-orang Nasrani! Jadilah kalian orang-orang jujur terhadap diri kalian sendiri. Renungkanlah perbandingan berikut ini, agar Anda sekalian bisa sampai kepada hakikat yang sebenarnya:
Allah I telah menciptakan Adam, yang kalian akui sebagai manusia. Sungguh, Allah I telah menciptakannya tanpa melalui rahim seorang wanita, dan dilahirkan dengan normal. Maka bagaimana Allah I ketika ingin mendatangkan seorang manusia (Adam) tidak mendatangkannya dari jalan seorang wanita, sementara saat Dia ingin mengutus putra-Nya kemudian mendatangkannya (melahirkannya) sebagaimana manusia datang dari rahim wanita, dan dilahirkan secara normal? Maka apakah Allah lemah, tidak kuasa mendatangkan putra-Nya dengan bentuk berbeda dari bentuk kedatangan manusia? Mengapa Allah I tidak mendatangkan putra-Nya dengan bentuk yang menjadikan seluruh manusia percaya, yakin dengannya, seperti menurunkannya dari langit? Bahkan mengapa Dia tidak menjadikannya punya dua sayap yang dia bisa terbang kapan saja dia mau sebagaimana digambarkan oleh orang-orang Nasrani, yang selanjutnya itu akan menjadi satu tanda kebesarannya? Atau mengapa Dia tidak menjadikan ukurannya lebih besar dari ukuran manusia umumnya sehingga semuanya sepakat bahwa dia adalah putra Allah?
Jika tidak demikian, lantas apa perbedaan antara keragu-raguan manusia terhadap putra Allah dan keraguan mereka dengan para Nabi? Alasan orang yang meragukan para Nabi adalah bahwa mereka seperti manusia, maka bagaimana Allah, saat ingin mengutus putra-Nya dia mengutusnya seperti manusia juga?!
Jika, hakikat yang jelas ini menegaskan bahwa Yesus adalah seorang manusia, dan bukan TUHAN, maka apakah yang disembah oleh orang Nasrani, dan apa agama mereka?
Saya ingin mendapatkan jawaban dari orang-orang Nasrani yang berakal, atau minimal orang-orang awam dari kalangan Nasrani meminta jawabannya dari para ulama mereka. Anda akan terkaget-kagei sebab ternyata tidak ada jawaban pada diri mereka, yang ada hanyalah filsafat yang akan menghantarkan Anda semua ke dalam neraka selama-lamanya.


[1] Dalam versi King James, ada pun dalam versi terjemahan resmi terdapat distorsi penerjemahan: (1:28) Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”
[2] Dalam versi terjemahan resmi: (1:29) Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. (1:30) Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.
[3] Dalam versi terjemahan resmi (1:34) Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?”
[4] Dalam versi King James dengan redaksi (1:35) And the angel answered and said unto her, The Holy Ghost shall come upon thee, and the power of the Highest shall overshadow thee: therefore also that holy thing which shall be born of thee shall be called the Son of God. Artinya, ‘Malaikat itupun menjawab dan berkata kepadanya, ‘Roh kudus akan mendatangimu, dan kekuatan Yang Maha Tinggi akan menaungimu; demikian juga sesuatu yang kudus yang akan dilahirkan darimu akan dipanggil Anak Allah.
[5] Dalam terjemahan resmi ditulis: (2:33) Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia.

qiblati.com

Posting Komentar Blogger

 
Top