1 Comment
Sulit makan merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai pada anak. Orang tua sering dibuat bingung dan khawatir dengan sikap buah hatinya yang sulit makan. Adakalanya orang tua kurang faham dengan keinginan anak, sehingga pola pemberian makan sehari-hari menjadi rutinitas harian yang membosankan bagi anak. Sebagai orang tua, kita harus tahu di kelompok manakah usia anak kita, karena kebutuhan dan selera yang berbeda-beda di setiap usia.

DEFINISI "KESULITAN MAKAN" DAN TANDA-TANDANYA
Kesulitan makan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan ketidakmampuan bayi atau anak untuk mengkonsumsi sejumlah makanan yang diperlukannya secara alamiah dan wajar. Yaitu dengan menggunakan mulutnya secara sukarela.

Tanda-tanda anak sulit makan, biasanya mudah dikenali oleh ibu, karena ibu biasanya mengetahui kebiasaan makan anak sehari-hari. Setiap anak menunjukkan tanda yang berbeda, sesuai dengan usia dan karakter mereka masing-masing.

Pada anak yang masih menyusui, biasanya akan menampakkan keengganan menyusu, kadang-kadang disertai regurgitasi (gumoh/tumpah) dan muntah. Pada bayi yang sudah mendapatkan makanan tambahan selain ASI, biasanya akan melepeh dan menyemburkan makanan. Bayi melepeh makanan karena belum terbiasa makan dengan sendok, sehingga membutuhkan waktu untuk melatih kemampuannya untuk makan dengan sendok.

Pada usia balita, memasuki usia satu tahun, anak mulai menunjukkan keinginan dalam makanan. Adakalanya anak hanya minum susu saja dalam waktu satu pekan, kemudian tidak mau minum susu sama sekali, tetapi hanya makan buah-buahan. Ibu tidak perlu khawatir melihat tanda-tanda seperti ini. Yang penting, ibu dapat membuat makanan lebih bervariasi, supaya anak tertarik.

Pada usia dua tahun, anak lebih suka berlari kesana kemari, sehingga rewel ketika disuruh makan. Menghadapi anak seperti ini, sebaiknya ibu memberi makanan padat bergizi dan lengkap, tetapi porsinya lebih kecil dan lebih sering.

Anak usia tiga sampai empat tahun mulai masuk fase negatifistik. Yaitu menolak makan, karena menunjukkan keakuannya. Ibu bisa menyiasatinya dengan menyajikan makanan semenarik mungkin, sehingga anak sulit menolak makanan yang diberikan. Bisa jadi anak tidak mau makan karena sudah terlalu banyak mengkonsumsi makanan selingan. Untuk itu, ibu harus mengatur supaya anak tidak terlalu sering jajan.

PENYEBAB SULIT MAKAN PADA ANAK
Ada berbagai penyebab sulit makan pada anak, yang masing-masing membutuhkan perhatian dan penanganan sesuai dengan masalahnya. Beberapa penyebab yang sering ditemui antara lain :

• Pemberian ASI kurang benar.
• Pemilihan makanan kurang sesuai dengan tahapan perkembangan bayi.
• Usia pemberian makanan tambahan kurang tepat (terlalu dini atau justru terlambat).
• Jadwal yang terlalu ketat (kurang luwes).
• Cara pemberian makanan yang kurang tepat. Misalnya, terlalu memaksakan waktu dan jumlah, tidak dengan lemah lembut waktu membujuk, sehingga anak melawan.
• Ada ketidakcocokan, misalnya alergi.
• Masalah kesukaan dan ketidaksukaan.
• Gangguan nafsu makan ketika sakit.
• Bosan dengan makanan yang disajikan ibu.
• Faktor waktu/kesempatan untuk makan yang sempit. Misal terburu-buru berangkat sekolah, sehingga tidak sempat sarapan.
• Kelainan/penyakit pada gigi geligi dan rongga mulut, saluran cerna, infeksi secara umum maupun non infeksi.
• Faktor gangguan/kelainan psikologis akibat distorsi dalam interaksi pemberian makan, seperti penolakan makan, nafsu makan kurang (anoreksia), nafsu makan berlebihan (hiperoreksia), bulimia (sengaja memuntahkan makanan yang sudah dimakan), dan nervosa (kecemasan).

DAMPAK KESULITAN MAKAN PADA ANAK
Kesulitan makan sederhana (misalnya karena sedang sakit) biasanya tidak sampai menunjukkan dampak yang berarti pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Dampak yang cukup berarti baru akan muncul pada kondisi sulit makan yang berat dan lama. Untuk jangka pendek, dampak yang bisa terjadi seperti keadaan kekurangan energi akut dan hipoglikemia (kadar gula darah kurang), berkeringat dingin, kejang, sampai pingsan. Sedangkan dalam jangka waktu lama, sulit makan akan berakibat hambatan tumbuh kembang (failure to thrive), kurang gizi, kekurangan vitamin A, kekurangan yodium dan mineral lainnya, anemia defisiensi besi, kecerdasan dan kekebalan tubuh menurun.

CARA MENGATASI SULIT MAKAN PADA ANAK
Kesulitan makan merupakan masalah individu anak, sehingga upaya untuk mengatasinya juga bersifat individual. Yakni tergantung kepada beratnya dan faktor-faktor yang menjadi penyebab sulit makan.

Langkah-langkah yang bisa dilakukan ibu untuk mengatasi kesulitan makan pada anak antara lain:

• Porsi disesuaikan dengan kebutuhan anak, bisa dengan porsi kecil tapi lebih sering.
• Jadwal makan disesuaikan dengan waktu lapar dan pengosongan lambungnya. Perhatikan juga jarak waktu pemberian makan, supaya anak tidak diberi makan ketika masih kenyang.
• Berikan makan ketika anak tidak sedang lelah (biarkan anak istirahat dulu).
• Berikan anak kasih sayang, bersikaplah lemah lembut ketika menyuapkan makanan atau membujuknya supaya mau makan.
• Ibu bisa memvariasi makanan secara sederhana sekedar bisa menarik perhatian si kecil.
• Perhatikan makanan yang disukai anak dan kombinasikan dengan menu keluarga.
• Ajaklah anak makan bersama keluarga dan biarkan anak makan sendiri.
• Berikan makan sambil bermain atau bercerita tentang pengalamannya di sekolah.
• Berikan pujian jika anak menghabiskan porsi makanannya.
• Berikan sugesti bahwa makanan yang diberikan rasanya enak. Jika perlu, ibu bisa mencicipinya di depan anak supaya anak mengikuti.
• Ibu harus rileks ketika menemani anak makan, sebaiknya tidak dalam kondisi repot.
• Berikan Si kecil makanan sesuai usianya.

ASI sebaiknya diberikan dari bayi lahir sampai usia enam bulan, sedangkan makanan pendamping boleh diberikan setelah enam bulan, karena sistem pencernaan bayi mulai matang untuk menerima makanan padat pertama. Salah satunya dengan pemberian bubur susu, yaitu tepung beras, tepung maizena yang dicampur dengan susu formula. Untuk pertama kali, berikan tekstur yang lancar terlebih dahulu. Kemudian, setelah bayi mulai suka dengan yang agak kental, bisa diberikan tekstur yang lebih kental sesuai dengan porsinya. Pada usia ini, juga mulai diperkenalkan buah-buahan, seperti: pisang, air tomat dan buah-buah lainya yang mengandung vitamin C.

Pada usia enam sampai tujuh bulan, bayi mulai diperkenalkan dengan nasi tim saring dengan bahan makanan yang lebih bervariasi dengan jenis protein hewani (hati, daging, ikan), protein nabati (tahu, tempe), dan sayuran berserat yang kaya vitamin dan mineral (bayam, wortel, tomat). Tim dapat disaring dengan blender, saringan kawat, atau dihaluskan. Dalam sehari diberikan tim ini diberikan satu kali, bubur susu dua kali, buah satu kali, sisanya adalah ASI atau susu formula.

Mulai usia delapan atau sembilan bulan, nasi tim tidak lagi disaring, tetapi dibuat dengan tekstur yang agak kasar sesuai dengan pertumbuhan gigi bayi. Pemberian tim pada usia 9-12 bulan diperkenalkan secara bertahap, dapat diberikan tiga kali sehari sebagai makan pagi, makan siang, dan makan sore.

Bubur susu diberikan dua kali sehari. Pada usia ini, bayi sering memegang makanan sendiri, maka dapat diberikan biskuit atau pisang (finger food).
Pada awal usia balita, gigi sudah mulai tumbuh sampai pada usia 2,5 tahun, sehingga anak dapat mengunyah makanan lebih baik lagi. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, dalam penyajian makanan perlu dilakukan pemilihan makanan yang bertekstur lembut, potongannya kecil, bentuk menarik dan bervariasi.

Usia satu samapai tiga tahun dikelompokkan sebagai konsumen pasif, dan makanan yang dikonsumsi tergantung dari yang disajikan ibu, sehingga peran ibu sangat besar dalam menentukan makanan bergizi yang seimbang. Pada usia ini, rasa ingin tahu anak sangat tinggi, sehingga ibu harus bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkenalkan makananan yang bervariasi dalam rasa, warna, dan tekstur. Nutrisi yang baik sangat dibutuhkan, karena pada usia ini pertumbuhan otak masih berlangsung dan biasanya anak lebih rentan terhadap penyakit infeksi dan kekurangan gizi.

Pada usia empat sampai lima tahun, anak dikelompokkan sebagai konsumen aktif. Yaitu, anak mulai memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini, kemampuan motorik anak sudah berkembang dengan baik. Anak sudah mulai terampil menggunakan berbagai peralatan makan, seperti sendok, garpu, dan pisau untuk mengoles selai pada roti tawar. Anak senang makan bersama keluarga di meja makan, dan sebaiknya orang tua jangan terlalu banyak melarang.

Anak usia sekolah lebih banyak membutuhkan energi dibanding usia balita, karena aktifitasnya semakin banyak, baik di rumah maupun di sekolah. Sebaiknya anak dibiasakan sarapan (makan pagi) sebelum berangkat sekolah, karena sarapan tersebut bermanfaat untuk membantu konsentrasi belajarnya. Bila tidak sempat makan pagi, sebaiknya seorang ibu memberikan bekal makanan atau snack berat (bergizi lengkap dan seimbang), misalnya pastel goreng, mie goreng, atau nasi dan lauk. Untuk makan siang biasanya lebih bervariasi, karena waktunya tidak terbatas. Begitu juga dengan makan malam yang merupakan saat menyenangkan untuk berkumpul bersama keluarga.

PENUTUP
Masalah sulit makan pada anak tidak boleh disepelekan oleh orang tua, karena dampaknya yang cukup serius, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tiap ibu bisa memilih langkah apa yang sekiranya sesuai dengan karakter anak, supaya bisa melakukan pendekatan. Dengan ketelatenan dan kesabaran, insya Allah kesulitan makan pada anak dapat diatasi. Selamat mencoba. (dr. Avie Andriyani).

Sumber : Makalah Simposium Sulit Makan Pada Anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Yogyakarta 2003.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03//Tahun XI/1428H/2007M]

Posting Komentar Blogger

 
Top