4 Comment
Siapa yang tak mengenal Syamsi Ali. Ia adalah salah seorang tokoh muslim yang cukup terkemuka. Ia juga dikenal sebagai pahlawan karena telah memuslimkan banyak orang di Negeri Paman Sam. Kiprahnya ada dimana-mana. Namun benarkah ia layak disebut pahlawan?

Dalam salah satu situs yang insyaAllah bisa dipercayai kebenarannya, ditemukan informasi yang sama sekali berlawanan dengan pandangan kebanyakan masyarakat muslim selama ini tentang Syamsi Ali. Informasi tersebut sebetulnya bukan informasi yang baru. Namun belum ada yang berani mengangkatnya ke hadapan publik. Dan Arrahmah berharap dengan dipublikasikannya informasi ini, umat Islam dapat membuka mata dan berhati-hati dengan upaya apapun yang akan semakin menjauhkan umat dari kebenaran Islam.

Situs tersebut mengungkapkan bahwa Syamsi Ali merupakan perpanjangan lidah FBI, karena ia telah terang-terangan melawan kebenaran dan kesungguhan orang-orang Islam yang memperjuangkan tegaknya Islam.

Ia terkenal karena tugas pertamanya sebagai pemimpin Pusat Komunitas Muslim Indonesia di Astoria. Tetapi sedikit yang mengetahui seislami apa ia menjaga komunitas itu. Di bawahnya kepemimpinannya, kaum muda diberikan fasilitas gitar dan drum untuk dimainkan di basement masjid. Sedangkan jika ada yg mau bersembahyang shalat, suara musik itu sangat mungkin terdengar. Ini melanggar kesucian masjid. Hal ini tidak hanya disaksikan oleh satu orang, tapi banyak anggota ITS.

Suatu kali, salah seorang anggota ITS mendekati seorang penjaga mesjid dan bertanya mengapa hal tersebut bisa terjadi. Mengapa adalah anak-anak muda itu dibolehkan bermain instrumen musik yang haram di masjid? Penjaga itu menjawab, “Sejak anak-anak muda itu tinggal di luar dan dengan mudah melakukan aktivitas yang haram, mengapa kita tidak membiarkan mereka di dalam mesjid dan melakukan apa yang mereka suka, setidaknya kita bisa menjaga mereka untuk tetap dekat dengan mesjid.”

Karena tindakan seperti itu, kami menganggap Syamsi Ali bertanggung jawab untuk penurunan mentalitas para pemuda Muslim ini.

Jika hal itu terlalu jauh, lalu bagaimana lingkungan masjid di Indonesia yang campur baur itu sendiri? Di samping itu, ketika saudara-saudara ITS kita shalat Id beberapa tahun-tahun lalu, mereka dipersilakan makan bersama dengan komunitas beberapa makanan dengan himpunan. Sesudah salat, mereka pun pergi memenuhi undangan makan. Dan betapa terkejutnya mereka melihat sebegitu banyak Muslim, tua-muda, yang tidak ikut shalat Id, duduk-duduk di lantai bawah, dan bercampur baur dengan lawan jenis seolah-olah tempat itu menjadi semacam klub. Lalu orang-ornag itu saling mencium pipi masing-masing dengan non-mahram, dengan lawan jenis.

Benar-benar mengejutkan melihat peristiwa seperti itu terjadi dalam masyarakat Muslim. Sangat mengherankan. Rumah Allah seharusnya menjadi tempat yang paling mudah untuk mengimplementasikan syariah, memerintahkan kebaikan dan melarang kejahatan.

Di bawah kepimpinan Syamsi Ali semua kelakuan ini diperbolehkan. Mengapa? Karena Syamsi ALi adalah seorang muslim moderat Paman Sam yang ingin komunitas muslim mengikuti dan meniru kebudayaan Barat.

Untuk pembuktian lebih lanjut mengenai keengganannya untuk melaksanakan dasar hukum syariah di dalam masjid, seseorang pergi ke JMC Muslim Center dan melihat bagaimana tanggapan komunitas Muslim ketika mereka mengetahui pandangan Syamsi Ali yang sudah tercampur bebas. Komunitas hampir terbelah menjadi dua kubu ketika mereka mengetahui wajah Syamsi Ali sebenarnya.

Syamsi Ali adalah perpanjangan lidah FBI yang senang berteman dengan orang-orang kafir dan menjadikan mereka sebagai pemimpin.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (kebenaran berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu…” [QS al Mumtahanan 60:1]

Ia adalah seorang yang hafidz Quran yang seharusnya mengetahui makna dari setiap ayat yang ada di dalamnya. Ia ingn membuat masyarakat muslim mengikuti impian Amerika, sedangkan Muslim sebenarnya menginginkan Islam.

“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata: “Kami beriman”; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati.” [QS Ali Imran 3:119]

Ia adalah seorang advokat Muslim dalam dialog lintas agama yang dilarang oleh Islam sejak tidak ada lagi agama yang disetujui Allah selain daripada Islam.

“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” [QS Ali Imran 3:85]

Imam Syamsi Ali menuntun masyarakat Muslim menuju kerusakan akidah dengan menganjurkan toleransi terhadap tindakan jahat kuffar, bukan dengan mengajarkan dasar-dasar ‘amar ma’ruf nahyi munkar.

dicopy dari sumber
____________

senada dengan artikel diatas,dan untuk menguatkan siapa syamsi ali (aka. shamsi ali) sebenarnya.. silahkan disimak..

Selama satu dekade, Imam Shamsi Ali menjadikan Islamic Cultural Center (ICC), masjid terbesar di New York, Amerika Serikat, sebagai tempatnya berdakwah. Dia menyebarkan paham demokrasi dan menentang ekstremisme. Selain itu, dia juga aktif mempromosikan keberagaman pada anggota dewan dan bahkan FBI (Federal Bureau of Investigation).

Di antara umat Islam Indonesia yang tinggal di Negeri Paman Sam, Shamsi dikenal sebagai salah seorang anggota dewan penasihat di organisasi-organisasi besar. Di antaranya adalah Indonesian Muslim Society in America dan Indonesian Muslim Intellectual Society in America.

Shamsi disebut sebagai sosok Muslim yang diharapkan komunitas liberal Amerika Serikat. Kota New York memilih putra kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan, sebagai perwakilan komunitas Islam dalam gelaran antar agama memperingati peristiwa penyerangan Gedung World Trade Center yang dipimpin Presiden George W Bush.



Dia bahkan gemar mendengarkan musik rap walaupun umat Islam konservatif menganggap musik sebagai salah satu hal yang dilarang oleh agama. Dia juga tidak berkomentar banyak soal gambar karikatur Nabi Muhammad yang sempat memicu amarah umat Muslim belum lama ini.

"Islam adalah soal kedamaian. Islam adalah soal kemoderatan. Islam adalah soal pertemanan. Islam menentang segala macam kebencian," kata Shamsi dalam salah satu ceramahnya di ICC 2009 silam, sebagaimana dikutip CNN, Minggu (6/9).

Walau demikian, tidak semua umat Muslim di New York menyukai Shamsi. Saat dia menyampaikan ceramahnya itu, sekelompok umat Muslim lain di luar masjid justru berdemonstrasi, menyatakan pertumpahan darah yang menewaskan tentara Amerika di Timur Tengah bisa diterima. Begitu pula serangan 11 September dan segala serangan terhadap Amerika.

Amerika, kata kelompok yang menamakan diri 'Revolution Muslim' itu, akan selalu menjadi target jika tidak mengubah sikapnya di dunia internasional.

Pada 2011, Shamsi meninggalkan masjid yang membesarkan namanya. Tidak banyak orang mengetahui peristiwa ini. Ada pihak yang menyebut Shamsi dipecat secara diam-diam. Ada pula yang menyebut Shamsi pergi secara sukarela.

Walau demikian, langkahnya menyebarkan paham Islam yang moderat tidak berhenti sampai di situ. Kini dia menjabat sebagai pemimpin Mesjid Al Hikmah di Astoria dan Direktur Jamaica Muslim Center di Queens. Dia juga menjadi Dewan Penasihat di organisasi-organisasi antar agama seperti Tanenbaum Center dan Federation for Middle East Peace.

Kontroversi di seputar anak ketiga dari enam bersaudara itu tidak berhenti di benua Amerika. Menyeberangi Samudera Pasifik, kembali ke negeri sendiri, belakangan dia kembali didera masalah.

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia Fadli Zon mengancam akan melayangkan somasi atas pernyataan Shamsi. Fadli menuduh Shamsi telah menyebarkan fitnah melalui tulisannya di akun jejaring sosial Facebook yang menyinggung pertemuan dengan kandidat Presiden Donald Trump.

“Saya sayangkan Ketua DPR bertemu dengan Donald Trump, apalagi dalam acara kampanyenya. Pertama sangat tidak etis karena posisinya sebagai ketua DPR. Ketua DPR mewakili negara. Dan negara tidak etis mendukung,” ujar Shamsi lewat laman Facebook-nya pada 3 September lalu.

Menanggapi itu, Fadli Zon meminta Shamsi mengoreksi pernyataannya, karena menganggap kehadirannya saat Trump melakukan konferensi pers hanya sebagai sopan santun orang timur.

“Ini bukan kampanye, tapi konferensi pers yang diadakan di gedungnya sendiri di Trump Plaza lobby. Di lobi itu sudah penuh wartawan dan para pegawainya. Sebagai sopan santun orang timur, kami nonton melihat sampai konferensi pers usai, pun jalanan ke pintu keluar padat dengan manusia,” kata Fadli Zon lewat pesan tertulis ke Shamsi, dikutip dari laman FB Shamsi, Sabtu (6/9).

cnn.indonesia

Posting Komentar Blogger

  1. Ana mau tanya,,kalo Masjid Agung Al Azhar di sisingamangaraja, lantai Pertama masjidnya sering dipakai untuk bermain alunan musik,,,Masjid Nurul Iman Di Blok-M square, dilantai bawahnya juga dipakai bermain alunan musik?? kok gak dilarang ya???? padahal di Al-azhar jelas guru2nya adalah murid2 dari Buya Hamka, di Blok-M square pula jelas ulama2nya adalah ulama ahlulsunah seperti Dr.khalid basalamah,,,, kok mereka gak melarang ya???

    BalasHapus
    Balasan
    1. silahkan tanyakan ke pengurus masjidnya,barangkali punya alasan yang logis..

      Hapus
    2. Oowh gituuh,,, kalo antum sendiri sudah menanyakan alasan ust syamsi ali membolehkan bermain musik di lingkungan masjid? Barangkali ada alasan yg logis juga kan,,,

      Hapus

 
Top