Langsung ke konten utama

jejak pemerintahan islam di pulau kreta

written by:Alwi Alatas

Para pelajar sekolah menengah yang mempelajari sejarah dan mitologi Yunani Kuno tentu pernah mendengar sekilas tentang Pulau Kreta, tempat kelahiran legenda raja Minos, Minotaur, dan berbagai kisah aneh Yunani lainnya. Pulau yang bentuknya mirip Pulau Jawa itu terletak di perairan Mediterania (Bahr al-Rum) di selatan Yunani. Kreta merupakan salah satu pulau besar di Mediterania. Posisinya yang strategis menjadikannya sebagai tempat transit para pedagang di perairan tersebut. Karena posisinya yang dekat ke Eropa, selama berabad-abad pulau tersebut berada di bawah pengaruh Yunani, dan kemudian Romawi.

3352 - Ancient Crete

Ketika Islam muncul dan menyebar ke Afrika Utara, kehadiran Islam begitu terasa di perairan Mediterania. Belum genap satu abad tahun hijriah, Islam sudah masuk ke Semenanjung Iberia (Spanyol). Pulau-pulau di perairan Mediterania satu demi satu mulai jatuh ke tangan Islam, menyisakan permusuhan pihak Byzantium (Romawi Timur) dan Eropa Latin – penguasa awal wilayah-wilayah tersebut – yang sejak lama memang bersikap memerangi kaum Muslimin.

Upaya-upaya penaklukkan Pulau Kreta telah berlangsung sejak awal masa Bani Umayyah. Dalam beberapa upaya penaklukkan, sebagian Pulau Kreta sempat jatuh ke tangan kaum Muslimin, walaupun tidak berlangsung lama, karena pulau itu berhasil dikuasai kembali oleh Byzantium.[1] Penguasaan Pulau Kreta oleh kaum Muslimin baru terjadi secara permanen pada tahun 827, ketika sekumpulan besar kaum Muslimin Andalusia yang terusir dari kampung halamannya memutuskan untuk masuk dan menguasai Pulau Kreta.[2] Mereka kemudian mendirikan keemiran Islam di pulau tersebut dan mempertahankannya selama satu abad lebih terhadap upaya penguasaan kembali oleh pihak Byzantium.

Ada latar belakang menarik yang mendorong orang-orang Andalusia ini bermigrasi dan pada akhirnya menjadi penguasa Pulau Kreta. Pada tulisan kami yang lain pernah disebutkan bahwa ada banyak alasan yang mendorong manusia melakukan migrasi, di antaranya adalah karena alasan politik. Persoalan politik pulalah yang menyebabkan orang-orang Andalusia ini pergi keluar dari kampung halamannya menuju Aleksandria, dan kemudian ke Pulau Kreta.

Kisahnya bermula di Andalusia, tepatnya di ibukota Cordova. Ketika itu Andalusia dipimpin oleh al-Hakim I (ibn Hisham), dan terjadi ketidakpuasan di kalangan tokoh-tokoh dan masyarakat Cordova yang melibatkan juga beberapa ulama dan teolog penting madzhab Maliki, seperti Yahya ibn Yahya al-Leythi dan Talut. Penguasa Bani Umayyah yang satu ini dianggap memiliki kecenderungan yang terlalu besar terhadap kesenangan duniawi. Ketidakpuasan ini mendorong terjadinya pemberontakan terhadap al-Hakim. Al-Hakim berhasil menumpas gerakan tersebut, menghancurkan perkampungan mereka sampai rata, termasuk masjid-masjid yang ada di dalamnya, serta mengusir para pemberontak keluar dari Andalusia. Sebagian dari mereka bermigrasi ke Fez, Maroko, dan menetap di sebuah lokasi yang kemudian dikenal sebagai Medinatu-l-Andalusiin. Sebagian lainnya bermigrasi lebih jauh dan mencari peruntungan mereka di kota Aleksandria, Mesir.[3]

Orang-orang Andalusia yang bermigrasi ke Aleksandria jumlahnya cukup banyak. Para sejarawan menyebutkan jumlah yang bervariasi antara 3000 hingga 15.000 orang. Mereka dipimpin oleh Abu Hafs Umar al-Andalusi al-Balluti, yang berasal dari Fahs al-Ballut, sebuah wilayah di Cordova.[4] Kota Aleksandria ketika itu sedang mengalami ketidakstabilan politik. Bersama dengan penduduk setempat para migran Andalusia ini kemudian mendirikan sebuah republik kecil di kota itu. Mereka menjalankan pemerintahan di sana selama kurang lebih 12 tahun.

Pada tahun 827, Dinasti Abbasiyah menunjuk seorang gubernur baru, Abdullah ibn Tahir, untuk menertibkan kembali wilayah Mesir. Ibn Tahir mengepung Aleksandria dan berhasil mengalahkan para migran Andalusia ini. Ibn Tahir memberikan jaminan bagi mereka untuk keluar dari Aleksandria dengan aman dengan syarat mereka tidak membawa serta penduduk Mesir, tidak membawa budak, dan tidak mendaratkan kapal mereka di wilayah kekhalifahan Islam (Dinasti Abbasiyah).[5] Syarat ini disetujui dan mereka pun berangkat dengan kapal-kapal mereka menuju Pulau Kreta.

Saracen_fleet_against_Crete

Pada masa itu orang-orang Arab Muslim menyebut Pulau Kreta dengan nama Ikritish. Pulau itu terkenal sebagai penghasil susu, keju, dan madu yang baik. Dua yang terakhir ini merupakan produk-produk yang diekspor ke Mesir. Pulau Kreta juga merupakan penghasil delima, damar wangi, antimon, dan kacang walnut dan hazelnut. Perdagangan ekspor-impor merupakan aktifitas yang cukup menonjol di sana.

Ketika Abu Hafs dan anak buahnya tiba di Pulau Kreta diceritakan bahwa ia memerintahkan kapal-kapal yang membawa mereka untuk dibakar. Ketika muncul protes, Abu Hafs menegaskan bahwa mereka tidak semestinya mengeluh karena mereka telah sampai di ’tanah yang berlimpah susu dan madu.’ Pulau Kreta akan menjadi negeri mereka yang sesungguhnya. Mereka bisa menikahi penduduk setempat dan membangun sebuah generasi baru.[6] Terlepas dari perbedaan pendapat apakah kisah ini merupakan fakta sejarah atau hanya cerita yang bercampur dengan legenda, kaum migran dari Andalusia ini kemudian memang menetap di pulau itu dan membangun generasi baru di sana.

Mereka menjadikan wilayah pendaratan mereka sebagai basis pertahanan dan membangun parit perlindungan (khandaq, dalam bahasa Arab) di sekelilingnya. Tempat ini kemudian menjadi ibukota keemiran Islam dan diberi nama al-Khandaq. Orang-orang Yunani menyebut kota tersebut Chandax dan nama itu kemudian berubah menjadi Candia, yang merupakan bentuk terkorupsi dari kata khandaq. Lokasinya kurang lebih sama dengan kota Herakleion sekarang ini. Abu Hafs dan para pengikutnya tidak menghadapi banyak rintangan dalam menguasai pulau tersebut. Byzantium sedang menghadapi persoalan internal sehingga tidak bisa mengirimkan pasukan untuk mempertahankan pulau itu. Selain itu, tidak ada resistensi dari masyarakat Kristen setempat yang rupanya memendam rasa tidak puas terhadap penguasa Byzantium. Sejak saat itu, berbagai serangan sering dilakukan oleh pasukan Muslim Pulau Kreta terhadap daerah kekuasaan Byzantium yang berdekatan. Armada yang dikirim kekaisaran Byzantium untuk merebut pulau itu tidak membuahkan hasil. Pulau Kreta tumbuh menjadi duri bagi kekaisaran Romawi Timur itu. Penaklukkan Sisilia yang dipimpin oleh Asad ibn al-Furat juga rupanya terjadi atas dukungan kaum Muslimin di Kreta yang menyediakan tempat bersinggah di pulau itu bagi Ibn al-Furat dan pasukannya sebelum mereka masuk ke Sisilia.[7]

Walaupun Pulau Kreta sejak saat itu terus menerus berada dalam konflik dan peperangan dengan Byzantium, tetapi masyarakat di pulau itu sendiri hidup berdampingan secara damai dan toleran. Pulau Kreta di bawah pemerintahan Islam memiliki kebudayaan urban yang cukup tinggi.[8] Pada masa-masa ini, Kreta membangun hubungan ekonomi dan budaya dengan Andalusia, walaupun secara politik mereka lebih berkiblat pada Dinasti Abbasiyyah. Ibukotanya merupakan pusat intelektual yang cukup penting.[9] Sayangnya tidak banyak sumber-sumber yang mencatat dengan baik sejarah keemiran Pulau Kreta serta prestasi-prestasi yang ada di sana. Sejarahnya hanya muncul sebagai suatu catatan pinggir tentang kisah pemberontakan di wilayah Islam yang berhasil diatasi dan para pelakunya disingkirkan ke wilayah lain, atau sebagai pengacau wilayah Byzantium yang telah mengganggu wilayah-wilayah kekaisaran tersebut selama satu abad lebih.

Romans_(Niketas_Oryphas)_punish_Cretan_Saracens

Kepemimpinan Pulau Kreta setelah Abu Hafs Umar al-Balluti diteruskan oleh keturunannya, yang seluruhnya kurang lebih mencapai sepuluh orang emir.[10] Setelah 134 tahun berada di bawah kendali Muslim, pada tahun 961 Byzantium di bawah kepemimpinan Nicephorus Pochas menginvasi pulau itu. Upaya sultan terakhir Pulau Kreta, Abd al-Aziz, meminta bantuan pada pemimpin Muslim di Syria dan Dinasti Fatimiyah di Afrika Utara, serta upaya dua pihak yang terakhir ini untuk membantu, tidak membuahkan hasil. Pulau itu akhirnya jatuh ke tangan Byzantium. Bersama dengan penaklukkan Byzantium tersebut, kota-kota dihancurkan, kaum Muslimin dibunuh atau dijadikan tawanan, masjid-masjid dimusnahkan, dan kitab-kitab al-Qur’an dibakar. Kaum Muslimin yang masih tersisa di pulau itu dipaksa masuk Kristen. Secara bertahap kaum Muslimin lenyap dari pulau itu. Jatuhnya Pulau Kreta dan kekerasan terhadap Muslim di sana menimbulkan ledakan kemarahan di Mesir yang menyebabkan jatuh korban di kalangan komunitas Kristen negeri itu.[11] Tapi kemarahan yang bersifat reaktif itu tentu saja tidak berkelanjutan dan tidak mendorong dilakukannya penghapusan orang-orang Kristen di Mesir seperti yang dilakukan pihak Byzantium terhadap kaum Muslimin di Pulau Kreta.

Sejak saat itu, Pulau Kreta kembali berada di bawah kendali Byzantium, dan pada masa Perang Salib jatuh ke tangan Venesia untuk beberapa saat lamanya. Bagaimanapun, sejarah Islam di pulau itu rupanya belum betul-betul berakhir. Pada pertengahan abad ke-17 pulau itu dikuasai oleh Turki Utsmani. Pulau Kreta tetap berada di pangkuan Turki Utsmani selama kurang lebih dua abad. Ketika kekhalifahan yang terakhir itu semakin lemah pada abad ke-19, banyak wilayah di bawahnya yang memberontak dan hendak memisahkan diri, termasuk di antaranya Yunani dan Kreta. Pulau Kreta benar-benar memisahkan diri dan bergabung dengan Yunani bersamaan dengan terjadinya Perang Dunia Pertama.

Kaum Muslimin telah dua kali masuk ke Pulau Kreta, dan dua kali pula mereka keluar dari pulau itu. Adakah mereka akan kembali ke pulau itu untuk yang ketiga kalinya suatu hari nanti? Wallahu a’lam.
_______________________________________________________


[1] Untuk upaya-upaya awal penaklukkan pulau ini lihat Dr. Ismat Ghanīm, Al-Imbirātūriya al-Bīzanţiya wa Krīt al-Islāmiya, Dār al-Majma’ al-’Alami, 1977, hlm. 33-34. Menurut buku ini, serangan ke Pulau Kreta oleh Kekhalifahan Islam terjadi untuk pertama kalinya pada masa pemerintahan Muawiyya ibn Abi Sufyan pada tahun 674 (54 H).
[2] Hamilton A.R. Gibb, Studies on the Civilization of Islam, Princeton: Princeton University Press, 1982, hlm. 48.
[3] Ahmed ibn Mohammed al-Makkari, The History of the Mohammedan Dynasties in Spain, vol. II (extracted from Nahfu-t-Tib min Ghusni-l-Andalusi-r-Rattib wa Tarikh Lisanu-d-Din Ibni-l-Khattib), Delhi: Idarah-I Adabiyat-I Delli, 1984, hlm. 102-103.
[4] M. Canard, ‘Ikritish,’ dalam The Encyclopaedia of Islam, new edition, vol. III, Leiden: E.J. Brill, 1979, hlm. 1082-1083; E. Levi-Provencal, ‘Abu Hafs ‘Umar b. Shu’ayb al-Balluti,’ dalam The Encyclopaedia of Islam, new edition, vol. I, hlm. 121. Lihat juga Dr. Ismat Ghanīm, Al-Imbirātūriya, hlm. 38-39.
[5] M. Canard, ‘Ikritish,’ hlm. 1083; Dr. Ismat Ghanīm, Al-Imbirātūriya, hlm. 40.
[6] Muhammad Abdullah Enan, Decisive Moments in the History of Islam, Delhi: Idarah-I Adabiyat-I Delli, 1983, hlm. 76-77.
[7] M. Canard, ‘Ikritish,’ hlm. 1083; Muhammad Abdullah Enan, Decisive Moments, hlm. 77.
[8] Alexander P. Kazhdan (ed.), The Oxford Dictionary of Byzantium, vol. 1 (Aaro-Eski), New York: Oxford University Press, 1991, hlm. 546.
[9] E. Levi-Provencal, ‘Abu Hafs,’ hlm. 121.
[10] Lhat daftarnya pada M. Canard, ‘Ikritish,’ hlm. 1085.
[11] Ibid., hlm. 1084-1085.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kerancuan teori borobudur-nya KH fahmi basya

Benarkah Candi Borobudur peninggalan Nabi Sulaiman ?? coba perhatikan ayat yg saya beri tanda panah merah diatas, ternyata telah dipalsukan dari surat dan ayat aslinya. surat ke 40 ayat 39 adalah ini : 39. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. Borobudur dan prambanan peninggalan Nabi Sulaiman membaca judul diatas, tentu banyak orang yang akan mengernyitkan dahi, sebagai tanda ketidakpercayaannya. Bahkan, mungkin demikian pula dengan Anda. Sebab, Nabi Sulaiman AS adalah seorang utusan Allah yang diberikan keistimewaan dengan kemampuannya menaklukkan seluruh makhluk ciptaan Allah, termasuk angin yang tunduk di bawah kekuasaannya atas izin Allah. Bahkan, burung dan jin selalu mematuhi perintah Sulaiman. Menurut Sami bin Abdullah al-Maghluts, dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, Nabi Sulaiman diperkirakan hidup pada abad ke-9 Sebelum Masehi (989-931 SM), atau s...

menelusuri akidah syaikh ali jaber

Syaikh ali jaber,sosok dai asal madinah saudi arabia yang belakangan sering terlihat di layar kaca dan namanyapun cukup di kenal di kalangan masyarakat indonesia..tetapi siapakah beliau sebenarnya...? benarkah beliau adalah imam masjid nabawi seperti yang diberitakan media indonesia..? berikut ini artikel yang diambil dari situs neo syiah, muslimmedia.news,yang sangat santer mempublikasikan berita fitnah dan kerap mengolok olok ahlus sunnah di negeri ini.. tetapi malah memuji dan menyanjung syaikh ali jaber.!!! muslimmedia.news  memberitakan.. Dalam sebuah cuplikan ceramah video di Youtube , Syekh Ali Jaber mengisahkan tentang dirinya sewaktu berjumpa dengan salah seorang ustadz anti maulid, membid'ah-bid'ahkan Maulid Nabi.  Syaikh Ali Jaber kemudian menghampiri dan bertanya "Kenapa Maulid Bid'ah?" Jawaban dari ustadz tersebut adalah karena tidak ada dizaman Rasulullah Syekh Ali Jaber bertanya lagi : "Jadi dasarnya itu saja ?". Jadi t...

mengenal fam(marga) arab yang ada di indonesia

Apa Fam antum, Marga antum apa.? Sering yang dapat pertanyaan seperti itu, apalagi kalau sudah kumpul di Majlis disitu banyak Asatidz, Kiyai atau guru-guru agama atau bisa jadi yang menanyakan itu teman baru anda. Nah dibawah ini antum bisa lihat sendiri dan cari apa marga/fam antum dan dari mana asal keturunannya berada. MARGA (FAM) GABILAH ARAB Secara umum penggolongan Marga Arab Hadramaut itu dikategorikan dalam 3 Golongan : 'ALAWIYYIN    باعلوي   Adalah : (Golongan yang bernisbah dari keturunan Rasulullah lewat keturunan dari Sayyidina Ahmad bin Isa (AlMuhajir). AS-SYAIKH   الشيخ  / MASYAIEKH Adalah :  (Golongan Arab yang memiliki Keturunan Para orang-orang alim lewat Assahabah / Sahabat Nabi atau yang tidak melalui Sayyidina Al-Muhajir,meskipun akan bertemu Nasab ke Kakeknya Nabi Muhammad,Saw ). QABAIL   قبائل  Adalah : (Golongan keturunan Arab Pemberani yang memegang senjata). 'ABID   عابد  Adalah : (Go...

MENGUNGKAP SIAPA SEBENARNYA MUHAMMAD AS SEWED

  Ketika ada seorang ikhwan yang bernama Ikang mendapatkan SMS dari Oman Majalengka yang inti smsnya adalah dilarangnya dia menghadiri kajian ustadz Abdul Alim yang akan diadakannya di Majalengka dengan menisbatkan larangan tersebut pada ustadz Muhammad Umar As Sewed maka ketika itu di laporkan sms tersebut pada ustadz Abdul alim maka ustadz Abdul Alim ingin bertabayun benar tidak yang diucapkan As Sewed tersebut kalau memang ikhwan itu {oman} berdusta atas nama As Sewed berarti dia qilatul adab pada ustadznya {As Sewed.}   Maka dengan khobar ini ustadz Abdul Alim mengajak ana untuk tabayun kepada As Sewed dengan ikhwan Majalengka yang ketika itu sedang berziaroh ke mahad Kuningan lalu kita berangkat dalam rombongan 6 orang (ustadz Abdul Alim, Sholih, Sony, Wowo, Ikang Dan Saman) yang ketika itu bertepatan dengan kajian bulanan kitab ibanah yang banyak dihadiri oleh para asatidz lukmaniun di mahadnya As Sewed Cirebon dan bertepatan juga akan ada kedatangannya s...

shohihkah hadist mengenai kucing peliharaan Rasulullah Muezza (Mu'izzah)..?

illustrasi [Kucing Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam] Dikatakan oleh sebagian orang-orang, Rasulullah mempunyai kucing peliharaan -kadang mereka menyebutnya Muezza (Mu'izzah), kadang tidak menyebut namanya-, dikatakan pula bahwa ia gemar tidur di pakaian Rasulullah yang beliau kerap memakainya untuk shalat, dan Rasulullah memotong sebagiannya karena tidak tega mengganggu tidur Muezza. Kami belum menemukan riwayat hadits yang tsabat hingga Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam mengenai kisah ini, dan tentunya kita pun tidak boleh menerima mentah-mentah kisah ini hingga kita temukan sanad riwayat yang memadai untuk diselidiki keshahihan dan kelemahannya. Oleh karena itu bersikap tawaqquf (diam) adalah pilihan terbaik ketimbang latah menyebarkannya tanpa tahu keshahihan dan kelemahannya. Riwayat yang shahih atau minimal hasan mengenai kucing peliharaan adalah apa yang diriwayatkan Al-Imam At-Tirmidziy rahimahullah dengan sanad yang mauquuf hi...