2 Comment
Apa benar hizbut tahrir pernah mencanangkan Khomeini untuk jadi khalifah dunia?

Jawab:
Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Keberhasilan Khomeini untuk revolusi Iran, merupakan prestasi besar bagi sebagian pihak. Terutama mereka yang mudah terpengaruh dengan keberhasilan politik luar negeri. Banyak diantara mereka yang silau dengan revolusi Khomaini. Mereka menyebut revolusi itu, awal dari kebangkitan islam. Sekalipun tidak pernah diungkap dalam sejarah, pembantaian ratusan ahlus sunah, sebagai dampak buruk dari revolusi itu.
Bagi orang islam awam, jargon anti-amerika, anti-israel, adalah cara yang paling ampuh untuk membangkitkan semangat umat. Terlepas usaha apa yang telah dilakukan. Yang penting, klaim itu harus tetap melekat.

Salah satu dari sekian kelompok yang sempat terpengaruh dengan revolusi itu adalah Hizbut Tahrir. Bagian dari kesesuaian misi, mewujudkan politik islam di dunia. Setelah Khomaini berhasil memimpin revolusi, utusan Hizbut Tahrir datang menemui Khomaini untuk mencanangkan dirinya sebagai khalifah kaum muslimin sedunia. Gayung bersambut, Khomaini menerima tawaran mereka dan memberi janji-janji indah untuk mereka. Sebelum kesepakatan lebih detail dibentuk, dan pertemuan harus usai, ternyata Khomaini tidak memberikan respon apapun setelah itu.

Sikap tidak peduli Khomaini, memicu Hizbut Tahrir untuk mencabut tawarannya.
Dalam risalah berjudul ‘Hizbut Tahrir Yuarridhu al-Khilafah ‘ala Khomaini’ dinyatakan,
وذهب وفد من الحزب الى لهذا الغرض وقابلوا الخميني وعرضوا عليه الخلافة ووعدهم خيرا، غير أنه تجاهلهم بعد ذلك ولم يرسل اليهم أي جواب مما اضطر الحزب الى إرسال رسالة اخرى يعاتبه فيها على هذا التجاهل عنوانها (نقد الدستور الأيراني)
Utusan Hizbut Tahrir datang dengan membawa misi ini. Mereka menyambut keberhasilan Khomaini dan menawarkan ke-khilafah-an untuknya. Khomaini memberikan janji baik untuk mereka. Hanya saja, mengingat setelah itu Khomaini tidak merespon mereka dan dia tidak mengirim basalan apapun, memicu Hizbut Tahrir mengirim surat yang lain, yang mengkritik sikap Khomaini yang merasa bodoh dengan tawaran ini. Risalah kedua itu berjudul: Naqd ad-Dustur al-Irani (kritik hukum Iran).

Pengakuan ini disebutkan dalam majalah mereka, majalah al-Wa’i, edisi 18, tahun 1989.
Ini selaras dengan sikap-sikap mereka sebelumnya yang begitu loyal terhadap Khomaini. Hingga menyebutnya sebagai Mujaddid abad 20.

Seperti inilah, terkadang terlalu semangat dengan khilafah, bisa membutakan manusia dari ajaran syariat yang sesungguhnya.

www.kisahmuslim.com

Posting Komentar Blogger

 
Top