0 Comment
http://wanita-tips.com/wp-content/uploads/MANFAAT-SURAH-AL-FATIHAH.jpgBismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Mari kita simak beberapa hadis berikut,

Pertama, hadis dari Abu Qatadah Radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَقْرَأُ فِى الظُّهْرِ فِى الأُولَيَيْنِ بِأُمِّ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ ، وَفِى الرَّكْعَتَيْنِ الأُخْرَيَيْنِ بِأُمِّ الْكِتَابِ ، وَيُسْمِعُنَا الآيَةَ ، وَيُطَوِّلُ فِى الرَّكْعَةِ الأُولَى مَا لاَ يُطَوِّلُ فِى الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ ، وَهَكَذَا فِى الْعَصْرِ وَهَكَذَا فِى الصُّبْحِ
Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat dzuhur, di dua rakaat pertama beliau membaca al-Fatihah dan dua surat. Sementara di dua rakaat terakhir beliau membaca al-Fatihah. Beliau membacanya hingga kami terdengar ayat. Beliau baca lebih panjang di rakaat pertama, tidak sepanjang di rakaat kedua. Demikian pula ketika shalat asar dan subuh. (HR. Bukhari 776 & Muslim 1041).

Kedua, hadis dari Abu Said al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
كُنَّا نَحْزُرُ قِيَامَ رَسُولِ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فِي اَلظُّهْرِ وَالْعَصْرِ , فَحَزَرْنَا قِيَامَهُ فِي اَلرَّكْعَتَيْنِ اَلْأُولَيَيْنِ مِنْ اَلظُّهْرِ قَدْرَ : (الم تَنْزِيلُ) اَلسَّجْدَةِ . وَفِي اَلْأُخْرَيَيْنِ قَدْرَ اَلنِّصْفِ مِنْ ذَلِكَ . وَفِي اَلْأُولَيَيْنِ مِنْ اَلْعَصْرِ عَلَى قَدْرِ اَلْأُخْرَيَيْنِ مِنْ اَلظُّهْرِ
Kami memperhatikan berdirinya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat dzuhur dan asar. Kami perhatikan berdiri beliau di dua rakaat pertama shalat dzuhur panjangnya sekitar surat as-Sajdah. Sementara di dua rakaat terakhir setengahnya. Sementara di dua rakaat pertama shalat asar, seperti dua rakaat terakhir shalat dzuhur. (HR. Muslim 452).

Ketiga, diriwayatkan oleh Malik dalam al-Muwatha’ bahwa Abu Bakr Radhiyallahu ‘anhu, di rakaat ketiga shalat maghrib beliau membaca al-Fatihah alu dilanjutkan dengan ayat (QS. Ali Imran: 8) berikut:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
(Al-Muwatha’, 178).
Dengan memperhatikan beberapa hadis tentang masalah ini, ulama berbeda pedapat tentang membaca surat setelah al-Fatihah di rakaat ketiga dan keempat. Perbedaan ini hanya berkisar, mana yang lebih sesuai sunah di rakaat ketiga dan keempat, apakah cukup membaca al-Fatihah ataukah dianjurkan untuk ditambahi surat lain.

Imam Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya mengatakan,
إباحة القراءة في الأخريين من الظهر والعصر بأكثر من فاتحة الكتاب وهذا من اختلاف المباح لا من اختلاف الذي يكون أحدهما محظورا والأخر مباحا فجائز أن يقرأ في الأخريين في كل ركعة بفاتحة فيقتصر من القراءة عليها ومباح أن يزاد في الأخريين على فاتحة الكتاب
Boleh membaca di dua rakaat terahir untuk shalat dzuhur dan asar lebih dari surat al-Fatihah. Ini termasuk perbedaan pendapat ulama yang sifatnya mubah. Bukan perbedaan yang satu hukumnya terlarang dan yang satu mubah. Boleh saja di dua rakaat terakhir, pada masing-masing rakaat seseorang membaca al-Fatihah saja. Boleh juga di dua rakaat terakhir dia tambahi dengan surat lain setelah al-Fatihah. (Shahih Ibnu Khuzaimah, 1/256).

Karena itulah, Abul Hasanat al-Laknawi (w. 1304 H) mengingkari pendapat sebagian ulama yang menganjurkan sujud sahwi bagi orang yang membaca surat setelah bacaan al-Fatihah di rakaat ketiga dan keempat.
Dalam kitabnnya at-Ta’liq al-Mumajjad, beliau mengatakan,
وأغرب بعض أصحابنا حيث حكموا على وجوب سجود السهو بقراءة سورة في الأخريين، وقد ردَّه شراح “المنية” – إبراهيم الحلبي وابن أمير حاج الحلبي وغيرهما – بأحسن ردّ ولا أشكُّ في أن من قال بذلك لم يبلغه الحديث، ولو بلغه لم يتفوَّه به
Yang aneh, pendapat sebagian madzhab kami (hanafi) yang mewajibkan sujud sahwi karena membaca surat di dua rakaat terakhir. Pendapat ini telah dibantah dengan bagus oleh para ulama yang mensyarah kitab al-Maniyah, seperti Ibrahim al-Halabi, Ibnu Amir al-Hal al-Halabi, dan ulama lainnya. Kita sangat yakin, orang yang berpendapat demikian, karena belum sampai kepadanya hadis. Andai telah sampai kepadanya hadis, tentu dia tidak akan mengucapkan demikian. (at-Ta’liq al-Mumajjad, 1/440).

Kesimpulan Mereka

Sebagian ulama ada yang menganjurkan agar disesuaikan dengan makna yang tertuang dalam teks hadis. Hadis Abu Qatadah dijadikan acuan umum, bahwa di rakaat ketiga dan keempat hanya membaca surat al-Fatihah. Sementara hadis Abu Said al-Khudri menjadi keterangan tambahan, yang khusus berlaku untuk shaat dzuhur dan asar.
Sementara untuk shalat maghrib, hadis Abu Bakar bisa dijadikan dalil yang bersifat kasuistik.
Diantara yang berpendapat demikian adalah Imam Ibnu Baz. Beliau menyimpulkan, dianjurkan membaca surat di rakaat ketiga dan keempat pada shalat dzuhur dan asar. Kemudian untuk shalat maghrib, di rakaat ketiga dianjurkan untuk terkadang membaca ayat sebagaimana yang dibaca Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu.
Sementara untuk shalat isya, di rakaat ketiga dan keempat, tidak dianjurkan membaca surat apapun setelah al-Fatihah.
Beliau mengatakan di akhir fatwa,
وأما العشاء فلم يرد ما يدل على الزيادة ، ولذا قال العلماء : لا ينبغي أن يزيد في الثالثة والرابعة منها على الفاتحة
Untuk shalat isya, tidak terdapat dalil yang menunjukkan adanya baccaan setelah al-Fatihah. Karena itu, para ulama mengatakan, tidak selayaknya menambahkan bacaan surat setela al-Fatihah di rakaat ketiga dan keempat untuk shalat isya.
(Fatawa  Nur ‘ala ad-Darb, 2/788).

Allahu a’lam.

  Ustadz Ammi Nur Baits

Posting Komentar Blogger

 
Top