makruhnya nadzar


Oleh
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin




Pertanyaan
Syaikh Abdullah bin Abdurrahnman Al-Jibrin ditanya : Apa sebenarnya hukum syariat mengenai nadzar ? Apakah bila tidak menepatinya akan mendapatkan sanksi ?

Jawaban.
Secara syariat, hukum nadzar itu adalah makruh. Dalam hal ini terdapat hadits shahih dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau melarang melakukan nadzar. Beliau bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya ia tidak pernah membawa kebaikan dan sesungguhnya ia hanya dikeluarkan (bersumber) dari orang yang bakhil". [1]

Hal itu karena sebagian orang bila sudah sakit, rugi atau disakiti barulah dia bernadzar sedekah, menyembelih atau menyumbang uang bila disembuhkan dari penyakit tersebut atau tidak merugi lagi. Dia berkeyakinan bahwa Allah tidak akan menyembuhkan atau membuatnya beruntung kecuali bila dia melakukan nadzar tersebut. Maka, dalam hadits tersebut, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahukan bahwa Allah tidak akan merubah sesuatupun dari apa yang telah Dia takdirkan akan tetapi hal itu adalah perbuatan orang bakhil, yang tidak mau berinfaq kecuali setelah memasang nadzar.

Bila nadzar tersebut berupa ibadah seperti shalat, puasa, sedekah atau I'tikaf, maka harus ditepati. Tetapi bila ia nadzar maksiat seperti membunuh, berzina, minum khamr atau merampas harta orang lain secara zhalim dan semisalnya maka tidak boleh menepatinya tetapi dia harus membayar kafarat sumpah, yaitu memberi makan sebanyak sepuluh orang miskin dan seterusnya.

Bila nadzar tersebut sesuatu yang mubah (dibolehkan) seperti makan, minum, pakaian, bepergian, ucapan biasa dan semisalnya maka dia diberikan pilihan antara menepatinya atau membayar kafarat sumpah. Bila berupa nadzar melakukan ketaatan kepada Allah, maka dia harus mengalokasikannya kepada kaum miskin dan kaum lemah seperti makanan, meyembelih kambing atau semisalnya. Dan jika ia berupa amal shalih yang bersifat fisik atau materil seperti jihad, haji dan umrah, maka dia harus menepatinya. Bila dia mengkhususkannya untuk suatu pihak maka dia harus menyerahkannya kepada pihak yang telah dikhususkan tersebut seperti masjid, buku-buku atau proyek-proyek kebajikan dan tidak boleh mengalokasikannya kepada selain yang telah ditentukannya tersebut.

[Fatawa Al-Mar'ah, dari Fatawa Syaikh Ibn Jibrin, hal. 67]

[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar'iyyah Fi Al-Masa'il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penerjemah Musthofa Aini dkk, Penerbit Darul Haq]
_________
Foote Note
[1]. Hadits Riwayat Al-Bukhari dalam kitab Al-Iman (6608,6609), Muslim di dalam kitab An-Nadzar (1639,1640).
Iam moslem.. Pengagum Rasulullah shalallahu alahi wasallam

تعليق واحد

  1. viagra
    viagra asli
    jual viagra
    toko viagra
    viagra original
    viagra usa
    viagra pfizer
    obat viagra asli
    obat viagra
    obat kuat viagra
    apotik viagra
    apotik viagra asli
    agen viagra
    agen viagra asli
    toko viagra asli
    jual viagra asli
    jual viagra usa
    toko viagra usa
    harga viagra
    harga viagra asli
    beli viagra
    viagra asli original
    viagra asli pfizer
    viagra asli usa
    jual obat kuat jakarta
    viagra cod jakarta
    viagra jakarta
    viagra asli jakarta
    obat kuat jakarta
    obat kuat asli jakarta
    agen viagra jakarta
    toko viagra jakarta
    jual viagra jakarta
    apotik viagra jakarta
    titan gel
    titan gel asli
    toko titan gel
    jual titan gel
    titan gel jakarta
    titan gel asli jakarta
    cialis asli
    obat cialis
    obat kuat cialis
    jual cialis
    toko cialis
    viagra asli
    jual viagra
    toko viagra
    toko viagra asli
    jual viagra asli
© Meraih Ilmu Syar'i. All rights reserved. Premium By Raushan Design