1 Comment

TENTANG AL-HAWARIYYUN

(PARA PENGIKUT ‘ISA YANG SETIA)

Al-Hawariyyin adalah jamak dari kata Hawari, yaitu pengikut setia Nabi ‘Isa, yang selalu mendampingi beliau berdakwah menegakkan agama Allah di kalangan Bani Israil. Al-Quran menyebut mereka sebagai Ansharu’llah, yaitu para penolong agam Allah (Mujahid),
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: “Sia-pakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para Hawariyyun (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (ag-ama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. (Ali Imran; 52)

Dalam Riwayat Injil, Nabi ‘Isa memilih beberapa orang dari para pengikut-nya untuk membantunya dalam melaksanakan kewajiban menolong Bani Israil yang telah tercerai berai dan putus asa akhibat penjajahan bangsa Romawi. Al-Qur’an, tidak menyebutkan jumlah orang di antara mereka, namun dalam Injil mereka berjumlah dua belas orang, yang awal. Kemudian bertambah banyak selepas menghilangnya Nabi ‘Isa.

Lalu mereka menyebar ke segala penjuru negeri Syam, untuk menyantuni kaum du’afah, menyembuhkan orang yang berpenyakitan, memberi sedekah kepada para pengemis, memberi peringatan kepada kaum Yahudi yang me-lampaui batas dalam keagamaan mereka, serta berjihad mempertahankan diri dari yang menentang agama Allah (jalan lurus).

Nama-nama al-Hawari.

1. Andariya bin Yunus;
Seorang murid Nabi Yahya yang kemudian membantu dakwah Nabi ‘Isa, dan menjadi Hawariyyun pertama, Nabi ‘Isa a.s. Namun kaum Nasra-ni menempatkannya pada urutan kedua, dalam daftar al-Hawariyyun.


2. Syam’un al-Khaifa; bin Yunus,
Seorang nelayan dari Baitu’s-Saida, negeri al-Jaliliya (sebagian Libanon), yang adalah saudara Andariya bin Yunus). Ia mendapat posisi pertama dalam daftar al-Hawariyyun versi Nasrani. Namanya adalah Syam’un bin Yunus, Nabi ‘Isa memberi julukan, Al-Khaifa, yang berarti “batu”. Syam’un, memiliki murid yang bernama Markus dari Roma, yang merawi kehidupan al-Masih, yang kemudian diakui oleh gereja sebagai Injil Markus.


3. Ya’qub bin Zabdiya;
Nelayan dari Baitu’s-Saida, negeri al-Jaliliya, yang diba’iat oleh Nabi ‘Isa bersama saudaranya, Yahya, sesaat setelah membai’at keluarga Yunus, di pesisir danau Janisrah, sebagai al-Hawariyyun.
Nabi Isa memberi julukan kepada anak-anak Zabdiya dengan sebutan; Bani Ar-Ragas, yang berarti “Anak-anak guruh atau anak Amarah” bersama Yahya bin Zabdiya.

4. Yahya bin Zabdiya;
Nelayan Baitu’s-Saida, negeri al-Jaliliya, saudara Ya’qub bin Zabdiya. Ia kemudian menjadi al-Hawari yang paling masyur di kalangan pengikut Nabi ‘Isa, sebagai perawi kehidupan al-Masih, yang oleh gereja diakui sebagai Injil Yahya, dan juga menulis kitab Wahyu; sebuah catatan kabar gem-bira tentang kedatangan nabi akhir zaman yang memiliki pedang bermata dua, dan berkendaraan tunggangan putih, tentang umat yang memiliki ki-tab mulia (Al-Qur’an) dan tentang negeri Keselamatan baru yang memiliki Ka’bah (yaitu Makkah).

5. Falifi al-Jalily,
Adalah pengikut yang berasal dari negeri al-Jalily, dan termasuk dalam dua belas Hawari


6. Ya’qub bin Alifi,
Hawariyyun yang berasal dari keluarga pembesar Bani Israil, dan cu-kup dihormati oleh al-Hawariyyun lainnya. Ia menyerukan tentang makan yang Halal dan Haram, sesuai dengan hukum Taurat.


7. Mattaya al-Lawiy, bin Alifi;
Seorang pemukut pajak, yang merujuk kepada perawi riwayat al-Masih, yang diakui oleh gereja sebagai Injil Mattaya. Tapi menurut beberapa pen-dapat penafsir Alkitab, Injil tersebut bukan ditulis oleh Mattayah al-Hawari, tetapi Mattaya lainnya yang tak dikenal. Menurut, Injil Barnabas, ia bersa-ma Yusuf Ibnu Nabas, adalah seorang penulis wahyu yang diterima oleh Nabi ‘Isa. Ia termasuk dalam kedua belas Hawariyyun.

8. Yusuf Ibnu Nabas al-Hawari
Di antara pengikut nabi ‘Isa yang kemudian, Yusuf as-Siprusi ibnu Nabas, adalah seorang yang tidak kalah pentingnya dikalangan pengikut al-Masih. Beliau adalah seorang yang kaya raya lagi dermawan, dari kalangan suku Lawi, Bani Israil. Dalam tradisi Nasrani ia juga sudah menjadi pengi-kut semasa Nabi ‘Isa berdakwah di tengah kaumnya. Yusuf Ibnu Nabas, juga merawi Injil kehidupan al-Masih (Injil Barnabas), yang kemudian oleh kalangan gereja (buatan Sya’ul) tidak diakui.

Dalam injil tersebut, Ibnu Nabas adalah anggota kedua belas al-Hawariyyun, yang mencatat wahyu Nabi ‘Isa, bersama Matta al-Lawiya. Kemu-ngkinan, ia adalah Yusuf Arimath, yang bernogesiasi dengan Pilatus, ten-tang keselamatan Nabi ‘Isa, ketika Yahudza disalib dan yang mengangkat jazad Yahudza, ketika akan dimakamkan.

Pada, masa-masa berikutnya, Ibnu Nabas berdakwah bersama, Sya’ul ke negeri, Siprus, Asia kecil, Yunani, Romawi, dan Tarsis, serta negeri-ne-geri Arab dan Afrika. Lalu dalam perkembangan dakwahnya bersama Syaul, Ibnu Nabas menemukan kejanggalan dari setiap dakwah Sya’ul, yang bertentangan diameteral dengan ajaran sang Nabi. Akhirnya ia memisah-kan diri dari komunitas yang digagas oleh Sya’ul. Kemudian ia kembali bersama pembantunya yang bernama Yahya ke Siprus.

Semenjak itu, Sya’ul dengan surat-suratnya selalu menghujat, dan sa-ngat memusuhi para al-Hawari yang tetap teguh memegang amanat Nabi ‘Isa al-Masih (Islam), dengan fitnahan dan kebohongan. Ya’qub (Yamisi), Syam’un al-Khaifa, Ibnu Nabas, adalah sasaran dari kebenciannya terhadap keteguhan iman Islam para Hawariyyun (Lihat, Galatia; 2: 11-21).


9. Syam’un al-Kan’ani (az-Zalutiyyun);
Seorang pejuang militan Bani Israil yang menentang pendudukan bangsa Romawi dan kedzaliman penguasa Israil (Yahudi) atas kaum Bani Israil keseluruhan. Ia tercatat menjadi anggota kedua belas Hawariyyun.


10. Yahudza al-Askaryuti; (Yudas)
Yahudza al-Askaryuti adalah seorang yang terkenal dengan pengkhi-anatannya kepada Nabi Isa a.s. Dialah yang telah memberitahukan persem-bunyian nabi kepada musuh-musuhnya, di Jaat-Asmani, bukit Zaitun, pada malam jum’at, ketika nabi ‘Isa sedang bermunajat kepada Allah dan meng-hindar dari kebiadaban Kaumnya.

Karena ratap doa nabi yang begitu khusuknya, Allahpun mencurahkan rahmatnya kepada Nabi ‘Isa, dan menyelamatkannya dari kekejian dan pengkhianatan yang telah direncanakan kaumnya. Sehingga orang yang membuat tipu daya, tertipudayai oleh rencana mereka sendiri (dengan izin Allah).

Al-Qur’an menyebutkan tentang sebuah adzab bagi mereka,

“ Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibu-ang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,” (al-Mai’dah : 33)

Nabi ‘Isa tidak disalib, tapi orang lainlah yang tersalib;
“Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan de-ngan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali me-ngikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka. (An-Nissa: : 157-159)
Yahudza pun mati di tiang salib (menggantikan Nabi ‘Isa). Kematiannya disaksikan oleh seluruh penduduk Ur-Salim (Yerusalem). Tanah yang tem-patnya dihukum, disebut “Haikal Damah”, Kuil Darah atau bukit Julajah, “bukit Tengkorak”. Setelah itu, kedudukannya sebagai al-Hawariyyun di-gantikan oleh Matiyah al-Hawari.

11. Yahudza at-Tama, bin Daufani;
Seorang yang meragukan pendapat, bahwa Nabi ‘Isa telah wafat di tiang salib dan bangkit dari kematian. Sehingga menurut pengikut Sya’ul, ia diberi julukan “Peragu”. Dalam sebuah riwayat, Yahudza at-Tama berdak-wah hingga ke daratan India, dan wafat di sana.

12. Natsna’il ibnu Tsalami;
Salah seorang yang tercatat menjadi anggota kedua belas Hawariyyun. Nama aslinya adalah Natsna’il. “Ibnu Tsalami”, adalah julukan yang dibe-rikan Nabi ‘Isa kepadanya.


13. Yahudza bin Ya’qub (Labidi At-Tadiya);
Salah seorang yang tercatat menjadi anggota kedua belas Hawariyyun.

14. Matiyah;
Sesudah Yahudza al-Askaryuti mati sebelum kembalinya Nabi ‘Isa dari perginya, jumlah al-Hawari tinggal sebelas orang. Kemudian para Hawari yang tersisa memilih satu orang untuk menggenapi, dengan cara membu-ang undi, sesuai tradisi kaum Yahudi untuk mengetahui kehendak Allah. Undian tersebut jatuh pada Matiyah, yang kemudian menjadi anggota al-Hawariyyun Terpilih yang ke-13, menggantikan Yahudza al-Askaryuti.

15. Nikhadimah
Pemilik kediaman yang ada di seberang sungai al-Kidran, di kebun Jaat-Asmani. Dia adalah mata-mata Nabi ‘Isa, yang memberikan berita mengenai keadaan kaumnya, ketika beliau bersembunyi dari kaum Yahudi di kediamannya (Injil Barnabas).

Tentang Al-Maidah,
Kaum Nabi ‘Isa, adalah kaum duafah, yaitu orang-orang yang kekura-ngan “Makanan”, baik lahir maupun batin (Jiwa). Dalam Injil, Nabi Isa memberi makan ribuan kaum duafah dari masyarakat Bani Israil, dan ketika al-Hawariyyun meminta sebuah tanda-tanda dari kerasulannya, Nabi ‘Isa memberikan makanan yang datang dari langit (al-Maidah), sebagai-mana dikatakan dalam Alqur’an,
Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: “Ber-imanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.” Mereka menjawab: “Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu). (Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa ber-kata: “Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?.” Isa menjawab: “Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman.”Mereka berkata: “Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.”

Isa putera Maryam berdoa: “Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki Yang Paling Utama.”Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hi-dangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hida-ngan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.” (Al-Maidah :111-115)

Ketujuh Tabi’in
Dalam Kitab al-Ahdu’l Jadiid, riwayat para Hawariyyun, dikisahkan; setelah ajaran al-Masih menyebar ke seantero Bani Israil, timbul perpecahan di ka-langan kaum Yahudi. Yaitu antara Yahudi, yang cenderung kepada dinamis-me bangsa Yunani (al-Hailiniyah), dengan kaum yang tetap bertahan dalam tradisi Ibrani. Hal itu membuat para pengikut al-Masih tercerai berai, karena per-musuhannya dengan kaum Yahudi Ibrani yang tradisional, disamping penga-niayaan yang sering dilakukan oleh Yahudi al-Hailiniyah.

Dalam hal ini, para Hawariyyun berada dalam posisi tidak berpihak. Mereka lebih cenderung memperhatikan nasib kaum yang terpinggirkan, ketim-bang mengurusi pertentangan itu. Kemudian mereka mengumpulkan beberapa mukminin, lalu memilih tujuh orang dari mereka, yang akan diperuntukkan untuk menangani permasalahan pangan bagi para janda miskin dari kaum Bani Israil.

Nama-nama ketujuh orang itu, adalah;

Kalil al-Astafani;Astafani, syuhada pertama, yang wafat dirajam oleh gerombolan Yahudi yang menentang dakwah al-Masih. Menurut riwayat, gerombolan Yahu-di itu di hasut oleh seorang yang bernama Sya’ul at-Tarsusy. Lalu, Falifus, Farkhuri, Nahanur, Tayamun, Farminas, Nikulus al-Antiuqi.

Sya’ul penggagas Kaum Nasraniyyun
Di antara kaum Yahudi, ada seorang yang paling memusuhi dakwah Nabi ‘Isa, yaitu seorang yang bernama Sya’ul at-Tarsis, laki-laki yang memim-pin pembantaian keji kepada para pengikut al-Masih. Namun, kemudian ia bertaubat, dan menjadi bagian dari keluarga besar pengikut Nabi ‘Isa, bahkan mendapat posisi penting di mata orang-orang yang mengatakan sebagai pengi-kut al-Masih itu. Ia juga mengaku sebagai al-Hawari yang ke-13, dan mengku sebagai nabi bagi seluruh bangsa yang dikabarkan oleh Nabi ‘Isa, bahkan ia menyebut dirinya, al-Masih. Sehingga sebagian besar pengikut al-Masih yang berikutnya, berpaling kepadanya, dan menjadi bagian dari Nasraniyyun. Lalu menjauhi permusyawaratan kaum al-Hawariyyun yang terpilih. Sya’ul juga ikut merajam Kalil Astafani hingga mati, dan setelah itulah namanya menjadi masyur.
Sya’ul inilah yang menggagas Kekristenan yang sebenarnya! Seorang Yahudi yang mengatur segala atribut keagamaan Kristiani dan melembagakan paham Salibiyah di dalam gereja-gereja buatannya.

Sya’ul menyimpang ke negeri orang-orang Samiria, dan ke negeri orang-orang kafir Romawi dan Yunani. Ia menulis surat-surat yang mendominasi Kitab Kristiani, Al-Ahdu al-Jadiid, yaitu; Suratnya kepada Jama’at ar-Rum (Roma), Korintus, Galatia, Efisus, Kolusye, Filifia, Tesaloni dan Ibrani.

Sya’ul memiliki beberapa murid diantaranya, Syilas, dan yang paling masyur adalah Lukas (seorang Tabib) yang dipercaya merawi kisah kehidupan Nabi ‘Isa a.s (yang kemudian diakui oleh gereja sebagai Injil Lukas) dan mera-wi perjalanan dakwah al-Hawariyyun (Kisah para Hawari) yang tentunya me-ngedepankan paham Sya’ul dari pada kebenaran ajaran pengikut ‘Isa yang lain.


Walahu a’lam bi’s-Sawab.

Posting Komentar Blogger

 
Top