1 Comment
Di Indonesia, para cucunda keturunan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu, kerap dijuluki Habib. Gelar ini begitu disakralkan oleh sebagian kalangan umat Islam. Namun, para Habib yang mengikuti ajaran Syiah sejatinya adalah para pengkhianat Ahlul Bait.
Hal itu disampaikan oleh Ust. Habib Ahmad Zein Alkaff, Pengurus Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) Jawa Timur dan Majelis Tinggi NU Jawa Timur, dalam Kajian Ilmiah ‘Mengapa Syiah Bukan Islam?’ di Gedung Al-Irsyad, Surakarta, Ahad, 2 Februari 2014.
Habib Zein menegaskan bahwa menggeneralisir semua Habib itu Syiah merupakan sebuah kesalahan. Karena di dalam lingkungan para habaib, ahlubait (cucunda keluarga Nabi, red) yang menjadi Syi’ah tidak digolongkan sebagai Habib. Bahkan, menurut literatur sejarah, para pendahulu mereka dari kalangan habaib berhijrah dari Bashrah -negeri yang subur- menuju Hadramaut -negeri yang tandus- dalam rangka menyelamatkan anak keturunannya dari fitnah Syiah yang berkembang di Bashrah.
“Kalau ada Habib yang menjadi Syiah, maka telah berkhianat kepada datuknya (Rasulullah Saw). Kalau ada Habib tidak berjalan diatas jalan Habib dia bukan Habib, tetapi mereka mantan Habib,” tegasnya seperti dikutip Kiblat.net dari an-najah.net pada Senin.
Ketua Yayasan Al-Bayyinat memaparkan bahwa Syiah telah melakukan kedustaan. Syiah mengklaim mencintai ahlulbait padahal dalam tindakannya sama sekali tidak mencerminkan kecintaan  terhadap Ahlulbait.
Mengapa Syiah bukan Islam?
Untuk mengetahui kesesatan Syiah, tokoh MUI Jawa Timur ini menganjurkan pada aktifis Islam untuk merujuk kepada kitab-kitab induk mereka. Sebagaimana kalau kita ingin mengkaji ahlussunnah maka harus memakai kitab-kitab ahlussunnah, demikian pula kalau kita ingin mengkaji kristenisasi, komunimisme maka juga harus menggunakan kitab-kitab mereka.
Habib Zain menjelaskan bahwa Syiah bukan Islam karena aqkidah mereka bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits.

Pertama, karena rukun iman Syiah berbeda dengan rukun Islam. Rukun iman Syiah ada 5, sementara rukun Iman umat Islam ada 6. “Konsekuensi dari keimanan ini maka saling mengkafirkan, Syiah mengkafirkan ahlussunnah dan ahlussunnah mengkafirkan Syiah,” ungkapnya.

Kedua, perbedaan dalam rukun Islam. Kalau rukun Islamnya orang Syiah itu shalat, shaum, zakat, haji dan wilayah. Sedangkan rukun Islamnya ahlussunnah itu syahadatain, shalat, puasa, zakat, dan haji. Sama konsekuensinya saling mengkafirkan.
Ketiga, menurut ajaran Syiah, Al-Qur’an yang dibaca kaum muslimin sudah mengalami muharraf (penyelewengan, red), bisa ditambah dan dikurangi. Padahal Allah secara tegas telah mengatakan, “Sesungguhnya Kami yang telah menurunkan Al-Qur’an dan Kami pula yang menjaganya.” Kitab-kitab Syiah mengatakan bahwa Al-Qur’an telah berubah baik ditambah maupun dikurangi. Bahkan, menurut Syiah, Al-Qur’an yang asli berjumlah 17.000 ayat, tiga kali lipat dari Al-Qur’an yang ada saat ini.
Keempat, mereka mengklaim imam-imam mereka lebih mulia daripada Rasulullah. Menurut Syiah, Imam mereka mempunyai kedudukan yang lebih tinggi di atas Rasulullah  “Seseorang yang mengaku lebih afdhol dari para Rasul, telah keluar dari Islam, inilah akidah Islam,” tegas Habib Zein.
Kelima, mereka mencaci para sahabat. Bahkan, mereka mengkafirkan para sahabat kecuali yang empat orang saja. “Padahal Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an, bahwa Allah ridha kepada mereka dan mereka  pun ridha Allah sebagai Rabb mereka,” ujarnya.
Ulama NU kelahiran tahun 1941 ini mengingatkan agar umat Islam mewaspadai perkembangan Syiah di Indonesia. Karena jika tidak diwaspadai maka apa yang terjadi di Irak, Iran, Yaman, Bahrain akan juga bisa terjadi di bumi nusantara ini.
Untuk mengingatkan bahaya Syi’ah, beliau mengutip Hadits dari Rasulullah: “Apabila timbul fitnah atau bid’ah, dimana sahabat-sahabatku dicaci maki, maka setiap orang yang berilmu diperintahkan untuk menyampaikan ilmunya. Dan barang siapa tidak melaksanakan perintah tersebut, maka dia akan mendapat laknat dari Allah dan dari Malaikat serta dari seluruh manusia. Semua amal kebajikannya, baik yang berupa amalan wajib maupun amalan sunnah tidak akan diterima Allah”.
Umat Islam akan dituntut pembelaannya manakala Rasulullah , para sahabatnya, beserta istri-istrinya dicacimaki oleh siapapun, termasuk Syi’ah.
“Kalau seandainya kita tidak marah ketika istri-istri Rasulullah , mertua Rasulullah , menantu Rasulullah dan juga para sahabatnya dicacimaki dan dikafirkan maka diragukan kecintaannya kepada Rasulullah . Jangan mengaku cinta, jika tidak ada buktinya,” pungkasnya. [sdqfajar]

Posting Komentar Blogger

  1. Bagi yang belum tahu tentang syiah atau anti syiah, saya sarankan untuk membaca tulisan dari link dibawah ini sebagai referensi untuk bentuk tabayyun kepada syiah. Jangan sampai anda belum tahu tentang syiah, tapi sudah berani memvonis syiah sebagai sesat bahkan kafir, hanya karena mendapat info negatif sepihak tentang syiah, lalu langsung mempercayainya dan ikut - ikutan saja, dan di akhirat kelak anda akan menyesalinya dengan penyesalan yang terbesar, karena bisa jadi tuduhan kafir itu jika tidak benar maka akan berbalik mengenai si penuduh [Shahih, HR. al-Bukhari no. 6104 dan Muslim no.60], dan hal itu sudah terlambat, karena pada saat itu penyesalan sudah tiada guna. Anda siap? Jadi, bacalah catatan di web ini:
    https://simpatisansyiah.wordpress.com/
    di web ini hanya ada 1 catatan: "Tabayyun Kepada Syiah: Saya Dari Anti Syiah Menjadi Simpatisan Syiah" saja.
    Semoga bermanfaat. :)

    BalasHapus

 
Top