63 Comment
RIWAYAT HIDUP

menurut data yang diambil dari blog miliknya,(www.idrusramli.com) Muhammad Idrus Ramli, lahir di Jerreng Barat, Gugut, Rambipuji, Jember, 1 Juli 1975. Pada masa kecilnya belajar al-Qur’an, tajwid, dasar-dasar agama dan gramatika Arab kepada Kiai Nasyith di Pondok Pesantren Nashirul Ulum, selain menamatkan SDN Gugut I tahun 1986. Melanjutkan belajar ke Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan (1986-2004) dengan menamatkan Ibtidaiyah (1990), Tsanawiyah (1994) dan Aliyah (1997). Tahun 1994 ditugasi mengajar di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darut Tauhid Injelan Panggung Sampang Madura. Tahun 2003 jalan-jalan ke Inggris dalam rangka studi komparatif.
Ketika di pesantren sejak 1996-2003 aktif di Bahtsul Masail PC NU Kabupaten Pasuruan. Tahun 2002-2004 aktif di kajian RMI Cabang Kabupaten Pasuruan. Setelah keluar dari Pondok Pesantren Sidogiri 2004, diangkat menjadi Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail NU Jember 2004-2009 sambil mengajar di Pondok Pesantren Nurul Islam Antirogo Jember. Tahun 2005 mengajar di Pondok Pesantren Nurul Musthafa Benua Lima Amuntai Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan. Tahun 2007-2012 diangkat menjadi anggota Lajnah Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur. Tahun 2008- 2013 diangkat menjadi Ketua Lajnah Ta’lif wa an-Nasyr dan Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail NU Kencong.
Sejak mengajar di pesantren 1998, sering mengisi pelatihan kaderisasi Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang disebut ANNAJAH (istilah ASWAJA di Pondok Pesantren Sidogiri). Setelah keluar dari pesantren sering mengisi acara-acara seminar, halqah dan pelatihan ASWAJA di beberapa cabang NU Jawa Timur dan Jawa Tengah. Aktif di diskusi dua bulanan Institut Pemikiran dan Peradaban Islam (INPAS) Surabaya.
Pengalaman tulis menulis dimulai sejak menjadi staf redaksi Majalah Ijtihad (1995-1996), Pemimpin Redaksi Majalah Ijtihad (1997), Pemimpin Umum Buletin Istinbath (1998-2001), dan Pemimpin Redaksi Jurnal TAMASYA (2003), di Pondok Pesantren Sidogiri. Aktif menulis di beberapa media seperti Majalah Santri (RMI), Aula (NU Jawa Timur), Jurnal al-Insan Jakarta, Buletin Sidogiri, Jurnal Maktabatuna (Pondok Pesantren Sidogiri), Majalah Aschol (Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Demangan Bangkalan), Majalah Khittoh (NU Jember) dan lain-lain. Tahun 2008-2013 menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Milenia ASWAJA (NU Rencong).

PEMIKIRAN IDRUS RAMLI

KH idrus ramli adalah seorang yang sangat memusuhi manhaj salaf atau kaum pemurni ajaran islam.
mari kita cermati tulisan yang ana ambil dari blognya abunamira sebagai berikut

Membaca rubrik Cakrawala Buletin Sidogiri edisi 26 Safar 1429 halaman 27-29 bertajuk: “Lembaran Hitam di Balik Penampilan Keren Kaum Wahabi” yang ditulis oleh Idrus Ramli, hati saya tergerak untuk memberikan tanggapan. Saya bukan seorang yang fanatik kepada Muhammad bin ‘Abdul Wahhab, sebab saya yakin yang maksum dari kesalahan hanya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Saya merasa perlu menulis tanggapan ini karena menurut saya, tulisan Idrus Ramli –meminjam istilah Idrus Ramli- banyak kerapuhan di dalamnya.
Pada bagian pengantar, Idrus Ramli menulis, “Apabila diamati, sekte yang didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi (1115-1206 H/ 1703-1791 M), sebagai kepanjangan dari pemikiran dan ideologi Ibnu Taimiyah al-Harrani (661-728 H/ 1263-1328 M) akan didapati sekian banyak kerapuhan dalam sekian banyak aspek keagamaan.” Idrus Ramli benar, bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab meneruskan pemikiran dan ideologi Ibnu Tamiyah, tetapi keliru karena Muhammad bin ‘Abdul Wahhab tidak pernah mendirikan sekte atau organisasi keagamaan apa pun. (Da’watusy Syaikh Muhammad ibni ‘Abdil Wahhab wa Atsaruha fil ‘Alam al-Islami, Muhammad bin Abdullah bin Sulaiman, Maktabah Syamilah, halaman 61).
Tanggapan
Pernyataannya bahwa ada sekian banyak kerapuhan dalam sekian banyak aspek keagamaan dalam pemikiran dan ideologi Muhammad bin Abdul Wahhab (dan Ibnu Taimiyah) perlu dikaji ulang. Apakah Idrus Ramli sudah membaca semua karya Muhammad bin Abdul Wahhab dan Ibnu Taimiyah, sehingga berani berkesimpulan seperti itu? Apakah tidak sebaiknya kita melakukan cross check ke kitab-kitab yang ditulis oleh keduanya, alih-alih hanya membaca tulisan-tulisan atau buku-buku yang menghujat keduanya? Khusus untuk Ibnu Taimiyah, alih-alih menjauhinya, buku “Mungkinkah Sunnah-Syi’ah dalam Ukhuwah” terbitan pustaka Sidogiri justru mengutip goresan pena beliau di sana-sini.
Sejarah Hitam (?)
Idrus Ramli menulis bahwa Kaum Wahabi (sebenarnya sebutan Wahabi diberikan oleh orang-orang Orientalis, lihat: asy-Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab Hayatuhu wa Da’watuhu fir Ru`yah al-Istisyraqiyah, Nashir bin Ibrahim bin Abdullah at-Tuwaim, Maktabah Syamilah, halaman 84-88) menghalalkan darah kaum muslimin di Hijaz dan menjarah harta mereka dengan menganggapnya sebagai harta ghanimah. Semua itu, tulis Idrus Ramli, berangkat dari Paradigma Wahabi yang mengkafirkan kaum muslimin dan menghalalkan darah dan harta benda kaum Ahlussunnah wal Jamaah pengikut madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali yang tinggal di kota itu.
Tanggapan
Sayang sekali saya tidak mempunyai buku “asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab; ‘Aqidatuhus Salafiyyah wa Da’watuhul Ishlahiyyah” yang menurut Idrus Ramli memuat lembaran hitam sejarah ini. Tetapi saya membaca sejarah dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab dari dua buku “al-Imam Muhammad ibnu ‘Abdil Wahhab; Da’watuhu wa Siratuhu” karya ‘Abdul ‘Aziz bin Baz (buku yang dirujuk Idrus Ramli dipengantari oleh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz!) dan “Da’watusy Syaikh Muhammad ibni Abdil Wahhab wa Atsaruha fil ‘Alam al-Islami” karya Muhammad bin Abdullah bin Sulaiman.
Di kedua buku itu disebutkan bahwa yang diperangi oleh tentara Muhammad bin Su’ud bukan kaum muslimin, melainkan orang-orang musyrik penyembah berhala, pohon, gua, dan kuburan. Bukan orang yang sekedar berziarah kubur; Muhammad bin ‘Abdul Wahhab (juga Ibnu Taimiyah) tidak mengharamkan ziarah kubur. Bagaimana mungkin Muhammad bin Abdul Wahhab mengkafirkan dan menghalalkan darah dan harta para pengikut madzhab yang empat, sedangkan dia sendiri adalah salah seorang pengikut madzhab Hambali (Da’watusy Syaikh Muhammad ibni Abdil Wahhab wa Atsaruha fil ‘Alam al-Islami, halaman 60; 83-90)
Kerapuhan Ideologi (?)
Idrus Ramli menulis bahwa Wahabi terjerumus dalam paham Tajsim dan Tasybih.
Tanggapan
Jika yang dimaksud dengan Wahabi adalah orang-orang yang sepaham dengan Muhammad bin Abdul Wahhab dan tentunya Muhammad bin Abdul Wahhab sendiri, saya perlu sampaikan bahwa Idrus Ramli  SALAH BESAR. Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang yang antipati terhadap paham Tajsim dan Tasybih. (ar-Rasail asy-Syakhshiyah, Muhammad bin ‘Abdul Wahhab, 133-134). Akidah Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dan Ibnu Taimiyah sama. Yakni meng-itsbat-kan sifat-sifat Allah sebagaimana disifatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. (ar-Rasail asy-Syakhshiyah, Muhammad bin ‘Abdul Wahhab, halaman 8; Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyah, II/ 240) Ini pula akidah para Salaf dan bahkan akidah Abu Ja’far ath-Thahawiy yang kitabnya dirujuk oleh Idrus Ramli (Syarah ‘Aqidah Thahawiyah, Ibnu Abil ‘Izz, I/ 399).
Kerapuhan Tradisi (?)
Idrus Ramli menuduh kaum Wahabi (?) tidak mencintai, tidak menghormati, dan tidak mengagungkan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam . Alasannya, mereka tidak bertawassul dengan Nabi, tidak bertabarruk, dan tidak merayakan maulid. Lebih lanjut Idrus menyatakan bahwa secara tidak langsung mereka mengkafirkan Nabi Adam as, para sahabat, ahli hadits, dan ulama Salaf yang menganjurkan tawassul.
Tanggapan
Dari literatur yang saya baca di atas, saya dapati bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab (dan Ibnu Taimiyah) tidak menyamaratakan hukum tawassul. Menurutnya, tawassul itu ada yang sunnah, ada yang bid’ah, dan ada yang masih diperselisihkan hukumnya oleh para ulama.
Bertawasul dengan Nabi Shallallahu Alaihi wasalam sepeninggal beliau termasuk yang diperselisihkan itu (Mukhtashar al-Inshaf wa asy-Syarhul Kabir, Muhammad bin ‘Abdul Wahhab, halaman 208; Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyah, I/30) Apakah salah jika Muhammad bin ‘Abdul Wahhab memilih pendapat yang melarang tawassul dengan Nabi saw sepeninggal beliau (juga tentang perayaan maulid Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam), sedangkan masalah itu adalah masalah Khilafiyah?
Muhammad bin ‘Abdul Wahhab menyerukan cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasalam dengan tradisi yang disepakati dan dipraktikkan oleh para ulama Salaf seperti menyebarkan salam, memanjangkan jenggot, memakai sarung tidak melebihi mata kaki (isbal), dan lain sebagainya.
Tentang Nashiruddin al-Albani (saya kira maksudnya Muhammad Nashiruddin al-Albani) yang dituduh menyerukan pembongkaran al-Qubbatul Khadhra` dan mengeluarkan jasad Nabi shallallahu alaihi wasallam  dari dalam masjid Nabawi, jika yang dimaksud Idrus Ramli adalah tulisan Muhammad Nashiruddin al-Albani (pakar hadits kenamaan abad 20, menurut buku “Mungkinkah Sunnah-Syi’ah dalam Ukhuwah” halaman 76. Tiga karya beliau dijadikan referensi buku itu) dalam kitabnya Tahdzirul Masajid, juz I/ 68; maka Idrus Ramli telah salah paham terhadap pernyataan beliau. Beliau sama sekali tidak menyerukan pembongkaran al-Qubbatul Khadhra` dan mengeluarkan jasad Nabi Shallallahu alaihi wasallam dari dalam masjid Nabawi. Beliau hanya mengusulkan kepada pemerintah Arab Saudi, jika hendak memugar masjid Nabawi, supaya memugarnya sedemikian rupa sehingga kuburan Nabi shallallahu alaihi wasallam dikembalikan seperti semula. Seperti keadaannya pada zaman Khulafa`ur Rasyidin; kuburan Nabi tidak termasuk bagian dari masjid Nabawi. Maknanya masjid diperluas ke arah yang tidak akan menabrak (baca: memasukkan) kuburan Nabi ke dalam masjid. Hadits-hadits shahih yang menjadi alasan beliau dapat dibaca di buku yang saya sebut di atas.
Tentang pengkafiran al-Albani terhadap Imam al-Bukhari, saya tidak percaya. Sebab ketika saya membaca kitab beliau yang saya sebut di atas, saya mendapati lebih dari sepuluh kali beliau mengutip hadits Imam al-Bukhari. Jika al-Albani mengkafirkannya, mestinya dia tidak memakai hadits-haditsnya lagi. Selain itu pasti ulama seluruh dunia mencoretnya dari daftar pakar hadits abad 20.
Di bagian penutup, Idrus Ramli mengutip sebuah hadits yang –ditulisnya– diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Imam Muslim, dan lain-lain.  ( Nabi r bersabda, “Di Najd, akan muncul generasi pengikut Setan”. Menurut para ulama, maksud generasi pengikut Setan dalam Hadis ini adalah kaum Wahabi.)Dengan bantuan Maktabah Syamilah, saya mencoba melacak hadits yang dimaksud. Saya ketikkan kata Najd (nun-jim-dal) dan saya pilih Kutubut Tis’ah. Dus, saya disodori 236 hasil pencarian, namun saya tidak mendapati hadits yang redaksinya sama dengan yang dimaksud oleh Idrus Ramli. (panjang lebar bantahan tentang Di Najd, akan muncul generasi pengikut Setan, maka klik : Muhammad bin Abdul Wahhab: Fitnah Nejed?)
Akhirnya, saya mengajak diri saya pribadi, saudara Idrus Ramli, dan seluruh pembaca untuk senantiasa mengintrospeksi diri dan bersikap adil kepada siapa pun. Bukankah kepada seorang Yahudi pun Rasulullah saw. bersikap adil?
“Dan janganlah kebencianmu kepada suatu kaum , mendorong kamu untuk berlaku tidak adil! Berlaku adillah! Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al-Maidah:  8 )

APAKAH DIA SEORANG YENG BENAR BENAR MENGERTI ILMU..?

untuk mengetahuinya,maka kita simak saja dialog berikut,yang tercantum dalam video http://youtu.be/ydQxcjAeB2Q Debat Ilmiah Asatidzah Hang FM Batam Dgn ASWAJA

"Diantara cuplikan'debat'antara ustad Firanda dengan Ustad Muhammad Idrus Ramli di Batam yang membuat saya tertawa mendengarnya (sebenarnya gak ingin tertawa sih, tapi koq lucu) :

"Mengenai Talafuzh binniat (Melafazhkan Niat)

Ustad Idrus Ramli berdalil dengan ucapan Rasulullah -Shallallahu'Alaihi wa Sallam- ketika Nabi berdialog dgn siti Aisyah karena Siti Aisyah tidak masak makanan dan tidak ada makanan yg bisa dimakan dirumahnya maka Nabi mengatakan kpd Siti Aisyah :"idzan anaa shaa-im"(kalau begitu aku akan berpuasa) sebagai dalil bolehnya melafadzkan niat.

Ustadz Firanda menjawab: Hadits tsb yaitu"idzan anaa shaa-im"(kalau begitu aku akan berpuasa), maksudnya adalah Nabi mengabarkan kpd Aisyah bahwa Nabi Puasa karena tdk adanya makanan, bukan dalil untuk melafazhkan Niat Puasa, orang Nahdliyyin selama ini juga melafazhkan niat dengan ucapan:"nawaitu shauma ghodin..dst", apakah ada diantara mereka mengucapkan niat dengan lafadh:"idzan anaa shaa-im"..??

Ustad Idrus Ramli menyanggah:"Nggak mesti dengan lafadz"nawaitu shauma ghodin", lafazh apapun kalau maknanya sama gpp, bebas..!!"

Ustadz Zainal Abidin menjawab:"Kalo memang seperti itu, anak-anak sekolah ujian, trus ada soal:"sebutkan niat puasa ???"Trus dijawab sama anak tsb :"idzan anaa shaa-im"itu pasti disalahin dan dicoret sama gurunya, udah pasti salah.

Ustadz Firanda ketawa denger jawaban ustadz Zainal Abidin..

Saya juga nyengir ketika tahu bahwa ada niat puasa seperti itu, wah... berarti warga Nahdliyyin punya lafadz niat puasa baru sekarang yang dishahihkan oleh ust Idrus Ramli,,


silahkan nilai sendiri keilmuan KH muhammad idrus ramli..

Posting Komentar Blogger

  1. duh duh duuh...artikelnya mbok sing mutu tho...artikel kok ndak mutu gini...

    BalasHapus
  2. Ustadz Idrus Romli banya ilmu namun sedikit paham...

    BalasHapus
  3. Idzan itu huruf apa dan ada berapakah syarat2nya idzan ???

    Pertanyaan untuk ustad firanda dan ustad zainal abidin , boleh jg untuk admin blog ini ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidakkah saudara faham idzan yang dimaksud di dalam tulisan diatas.?

      Hapus
    2. Adminnya berani koar-koar coba tanggapi dengan buku ilmiyah,

      Hapus
    3. Sama kya sampeyan @andy abrory beraninya cuma omdo

      Hapus
  4. BENER BENER WAHABI WONG INI. KALO SOK JAGO DEBAT SANA SANA PAKAR ASWAJA PATI KEOK

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan diskusikan saja disini saudaraku..semoga saya bisa mendiskusikan dengan kepala yang dingin tentunya..

      Hapus
  5. ane dangkal dalam agama, cuma kalo saya lihat tulisan anda, sangat kental sekali nuansa kebencian dan amarahnya. dari atas sekali kalo dilihat ada foto kh muhammad idrus ramli dengan eksen yang sengaja diambil seolah2 menyebar kebencian. Islam disyiarkan dengan penuh kedamaian dan cinta kasih serta saling menghormati (kepada musuh sekalipun). udah, begitu aja tanggapan saya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rapuh mmg idiologi Wahabi,,, Asalnya dr Badui arab bukan dr Nabi Saw. Terbukti dr raut muka mereka yg mata duitan dan suram krn marah2 doang ketika berdakwah,, hanya bidah bidah dan bidah. Tak pernah berani menyerang Israel.

      Hapus
  6. Balasan
    1. said aqil siraj syiah..salam buat pemimpin sampeyan.

      Hapus
    2. Anda pengikut nabi muhammad bin abdul wahab bertuhankan ibnu taimiyah

      Hapus
  7. Mana hadis sholeh niat puasa Wajib dan Sunnah menurut WAHHABI kalau memang pernyataan Muhammad IdrusRamli salah ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang dipermaslahkan adalah melafadzkan niatnya,pak kyai memfatwakan bahwa melafadzkan niat boleh2 saja walaupun dalilnya serapuh sarang laba laba..

      Hapus
    2. Masyaalloh gobloknya wahabi, melafalkan niat hanya sebagai sarana menuntun hati supaya berniat

      Hapus
    3. Mmg bodohnya wahabi,, hal remeh temeh dibahas,,, tpi jihad ke Israel tidak pernah berdalil, kepo bin goblok.

      Hapus
  8. Mohon tanggapan, kalau tidak ditanggapi ente dan firanda sama suka berbuat bohong

    BalasHapus
    Balasan
    1. lapangkan hati anda wahai saudara..niscaya kebenaran akan mudah masuk ke hatimu..

      Hapus
    2. Setuju........ InsyaAlloh memang begitulah adanya.

      Hapus
    3. wahabi hatinya egois ,,,imam syafii pun di fitnah

      Hapus
  9. Setau saya salaf adalah para sahabat tabi,in dan attabiuttabiin,tapi kok sekarrang ada salafi laggi tayyee.

    BalasHapus
    Balasan
    1. manhaj salaf mas..mengikuti metode salafus shalih yang sampeyan sebutkan :)

      Hapus
    2. Bukan manhaj salaf antum, tapi manhaj takfiri...

      Hapus
    3. Malu dibilang manhaj Takfiri,, jg Wahabi,, maunya Salafi pdhal palsu.

      Hapus
  10. Ketika guru SD mencoret jawaban "idzan ana shoim" guru SD tsb taunya,yg namnya niat yaa harus nawaetu,tapi coba kalo guru SD nya paham tentang niat,pasti gk di coret,hahaha :-d

    BalasHapus
  11. Ealah ana kirain kyai haji ustadz romli yg memfitnah ustd firanda ini lulusan universitas madinah al munawaroh. Berarti blm penah dpt ilmu dr shyaikh2 /ulama2 dr universitas di madinah dong. Pantesan dia memjelekkan dn memfitah ust firanda yg dipercaya menjadi pengajar di masjid nabawi....... he..he..he.. siapa yg lebih dlm ilmunya ya.

    BalasHapus
  12. Coba tonton film nya dan tafisrkan sendiri2 karena setiap penafsiran orang pasti berbeda2.
    Kalau menurut saya, perdebatan di film tsb menunjukkan betapa luas ilmu mereka semua dan juga betapa luas khasanah islam.
    Intinya silahkan yang mau tahlilan, Maulidan, yang mau melafalkan niat dalam melakukan ibadah dan juga silahkan yang tidak mau ikut tahlilan, maulidan dan tidak mau melafalkan niat dalam ibadah.
    Tapi jangan mengatakan bid'ah, kafir atau sesat bagi yang melakukan atau yang tidak melakukan karena itu
    akan memecah belah umat. Dan itu yang harus diberantas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tidak ada yang mengatakan mengkafirkan.. hanya ahlul ahwa :)

      Hapus
  13. Perbedaan adalah fithrah manusia... contoh kecil, meskipun ada dua anak manusia lahir kembar... toh pada akhirnya akan nampak juga perbedaan diantara keduanya... itu kutipan firanda cs... pandai-pandailah menyikapi... jangan nyrocos bid'ah sana bid'ah sini... jadilah Islam Yang benar-benar Rahmatallil'alamiiin... okz boz...

    BalasHapus
  14. Toh pada akhirnya banyak Ulama kami yang menjadi wali, sebagai bukti bahwa Allah lebih mencintai kami (golongan Nahdliyyin)

    BalasHapus
    Balasan
    1. semua juga jadi wali, gak hanya golongan nahdiyin aja..
      saya aja udah jadi wali ( wali murid, wali kelas ) cuma belum bisa jadi WALIKOTA.... berattttt hehehehe

      Hapus
  15. liat dari wajah ulama2 besarnya aja. liat ulama syiah,salafi, dll.bandingkan dengan ulama aswaja. perhatikan saudara...lihat aura nurillahih diantara mrka. insya Allah akan terlihat dimn rhidlo Allah bagi sebenarnya... ini salah satu dalil saja dari ribuan dalil kebenaran. RENUNGKANLAH SAUDARAKU !!!

    BalasHapus
  16. idrus romli itu benci salafi setiap dia ceramah pasti ,anti salafi,makanya jamaahnya yg umumnya islam nusantara,yg apa kata kiayinya,seolah olah salafi itu sesat,padahal salafi itu lebih mengikuti ajaran islam yg murni,tanpa campur aduk yang haq dan yg bathil dalam urusan ibadah

    BalasHapus
  17. idrus romli itu benci salafi setiap dia ceramah pasti ,anti salafi,makanya jamaahnya yg umumnya islam nusantara,yg apa kata kiayinya,seolah olah salafi itu sesat,padahal salafi itu lebih mengikuti ajaran islam yg murni,tanpa campur aduk yang haq dan yg bathil dalam urusan ibadah

    BalasHapus
  18. Balasan
    1. Klo diliat dari tampangnya Pak Petamparan kelihatan udah tua, tapi koment nya kayak abg labil. Anaknya yg nulis ya pak?

      Hapus
    2. oalaahhhh pak kena tampar ini rupanya orang aswaja tulen
      Asli Warisan Jawara ... Asli Warisan Jahiliyah ...
      Knapa kok kayaknya takut buangeet klo islam kembali ke ajaran yg murni... biasa mimpin doa hajatan ya ???? sayang ilang amplopp nya ya ??? takut gak di bilang orang alim lagi di kampung nya ya ????

      Hapus
  19. udahlah jgn diperdebatkan kita semua saudara :) ... melafadzkan niat benar tidak melafadzkan juga bener ,yang salah itu yg menyalahkan :)

    BalasHapus
  20. Bismillah ..

    Wahai ketahuilah sesungguhnya Muslim bersaudara.
    Wahai saudaraku, berpeganglah pada tali Ya Alloh Ta'ala.
    Bukankah Bahkan terhadap non muslim pun,
    kita tidaklah boleh memaksa mereka untuk
    berpindah kepada agama islam?
    Bahkan Saat Wajah Sayyidina Ali Diludahi
    beliau menjaga diri
    untuk tidak membunuh orang saat perang
    karena takut membuhuhnya karena marah dan bukan karena Allah?

    Saya berandai-andai misalkan sebagai seorang mualaf,
    dan mengetahui tentang saling cacinya mereka
    yang bersyahadat kepada seseorang yang juga
    menuhankan Allah dan mengimani bahwa Rasulullah adalah utusan Allah,
    maka akan bercampur aduk rasanya. Sedih, bingung, dan ikut terombang ambing..

    Musuh Islam itu banyak. Mereka akan tertawa pulas
    melihat propaganda perpecahan yang mereka gulirkan berhasil.

    Jika anda seseorang yang menyebut diri atau
    disebut Aswaja, maka jadikanlah diri sebagai hamba
    yang tulus mengabdikan diri karena Allah.. Sehingga jikalau pun
    ada yang memaki atau marah,berbeda dengan anda,
    selama dia manusia yang wajib menghamba kepada Allah,maka
    tetaplah menghamba dengan selayaknya hamba..

    Jika anda dari salafi, yang oleh sebagian orang
    atau mungkin anda menyebut diri sebagai wahabi,
    maka jadikanlah diri sebagai hamba
    yang tulus mengabdikan diri karena Allah.. Sehingga jikalau pun
    ada yang memaki atau marah,berbeda dengan anda,
    selama dia manusia yang wajib menghamba kepada Allah,maka
    tetaplah menghamba dengan selayaknya hamba..


    Agar musuh Islam tidak punya kesempatan
    untuk tertawa riang melihat perpecahan umat.
    Semoga ada sebagian kita
    yang berfungsi sebagai perekat umat
    dan tidak suka berpecah belah.
    laksana buih diatas lautan selalu diombang ambingkan
    memang sudah di ramalkan, namun setidaknya kita
    tidak berperan menjadi mereka yang
    semakin memecah belah dan memperbanyak buih yang sudah banyak.

    Semangat berdebat
    menyuarakan kebenaran
    setiap kita memang harus menyuarakannya,
    namun persoalan hidayah itu murni dari Allah ..

    Jika menerima Alhamdulillah,
    jika tidak maka setidaknya kita mengingat Allah,
    bahwa hanya Dialah yang Maha Membolak balikkan hati ..

    Saya sayang kalian semua
    karena Allah ..
    Jikalau pun tidak bisa menyayangi kalian selayak
    diri saya sendiri,
    maka izinkan saya belajar
    untuk tetap menyayangi saudara sesama muslim ..

    maafkan saya jika
    ada salah kata..

    BalasHapus
  21. saya suka ini...namun yg komen banyk yg kurang ilmiyah..marah maraaahh terus��

    BalasHapus
  22. Saya udah melihat debat tersebut antara ust. Zainal Abidin & ust. Firanda mewakili wahabi dan ust. Idrus Ramli, menurut saya jawaban ust. Idrus Ramli sangat telak dalam membantah kedua ust. wahabi tersebut, sehingga terlihat sekali kalo ust. wahabi tersebut hanya menukil pendapat ulama NU dan syafiiyah tanpa melihat pendapat ulama tersebut secara keseluruhan..dan terlihat sekali mereka tidak menguasai kitab yang dinukil oleh mereka sendiri..semoga para wahabi pada bertobat dan mendapatkan hidayah atas kekeliruan mazhab mereka...

    BalasHapus
  23. Semakin rancau, bingung kan ikut siapa ulama yg sanad ilmunya sampai pada rosulallah, alhamdullilah kalo seorg hamba sllu terjaga dn dilindungi oleh ALLAH swt pasti bisa ngerti mana yg bnr dan baik, bisa membedakan mana ulama yg bnr dan yg salah, yg penting dari diri kita niatnya dn brangkatnya baik, jalani didup ini dgn mlakukan yg baik" dlu tulus ikhlas kpda ALLAH swt, insaallah ketemu sama ulama yg sanad ilmunya sampai kpda rosulallah.

    BalasHapus
  24. Ustadz dari nu ada nggak yg pernah ngajar di mesjid nabawi seperti ustadz firanda, nggak ada kan!
    Intinya, warga nu itu merasa lebih alim dari ulama2 timur tengah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ente baca sejarah coba kh imam nawawi .dia pernah ngajar di daudi .sebenernya bayak ulamak indonesia yg jadi dosen di saudi .ok

      Hapus
  25. Ustadz dari nu ada nggak yg pernah ngajar di mesjid nabawi seperti ustadz firanda, nggak ada kan!
    Intinya, warga nu itu merasa lebih alim dari ulama2 timur tengah.

    BalasHapus
  26. Ustadz Firanda menjawab: Hadits tsb yaitu"idzan anaa shaa-im"(kalau begitu aku akan berpuasa), maksudnya adalah Nabi mengabarkan kpd Aisyah bahwa Nabi Puasa karena tdk adanya makanan, bukan dalil untuk melafazhkan Niat Puasa, orang Nahdliyyin selama ini juga melafazhkan niat dengan ucapan:"nawaitu shauma ghodin..dst", apakah ada diantara mereka mengucapkan niat dengan lafadh:"idzan anaa shaa-im"..??

    Ustad Idrus Ramli menyanggah:"Nggak mesti dengan lafadz"nawaitu shauma ghodin", lafazh apapun kalau maknanya sama gpp, bebas..!!"

    Ustadz Zainal Abidin menjawab:"Kalo memang seperti itu, anak-anak sekolah ujian, trus ada soal:"sebutkan niat puasa ???"Trus dijawab sama anak tsb :"idzan anaa shaa-im"itu pasti disalahin dan dicoret sama gurunya, udah pasti salah.

    Ustadz Firanda ketawa denger jawaban ustadz Zainal Abidin..

    - maaf mas, di diskusinya ngga ada statment al-ustadz firanda dan al-ustadz zainal seperti itu. Dalam videonya mereka sama-sama menyepakati itu adalah khilafiyah para ulama.

    BalasHapus
  27. Siapa nama yang mengomentari kh idrus ramli? Ko ga tampil PENGECUT..

    BalasHapus
  28. Siapa nama yang mengomentari kh idrus ramli? Ko ga tampil PENGECUT..

    BalasHapus
  29. Golongan sekte wahabi memang otaknya goblok tolol idiot kayak babi ngepet

    BalasHapus

 
Top