Setiap
Hari Raya ‘Idul Fithri, Hari Raya ‘Idul Adh-ha, awal penentuan Ramadhan, dan
tahun baru Hijriyah, kita sering disuguhi berita mengenai sekelompok masyarakat
yang menamakan diri sebagai Jama’ah An Nadzir dari Sulawesi yang berbeda dalam
penentuan pelaksanaan ibadah-ibadah umum.
Untuk
mengenal kelompok ini, kami kutipkan jurnal yang dikeluarkan oleh Balai
Penelitian dan Pengambangan Agama Makassar, mengenai Jama’ah An Nadzir ini.
Profil Jama’ah An Nadzir
Komunitas
atau Jama’ah An Nadzir mulai berkembang di Indonesia seiring dengan datangnya
Kyai Syamsuri Madjid (seorang dai dari Malaysia namun ia lahir di Dumai,
Pekanbaru) pada tahun 1998 yang melakukan perjalanan dakwah ke berbagai daerah
di Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan, khususnya di Makassar dan Luwu.
Menariknya, kedatangan Kyai Syamsuri Madjid menjadi polemik di kalangan
masyarakat Sulawesi Selatan, menyusul kesaksian sejumlah orang yang memandang
sosok Syamsuri Madjid sebagai titisan Kahar Muzakkar, tokoh pejuang gerakan
DI/TII di Sulawesi Selatan.
Komunitas
An Nadzir mulai mengorganisir diri sebagai organisasi keagamaan pada tanggal 8
Pebruari 2003 di Jakarta dalam bentuk yayasan yang diberi nama Yayasan An
Nadzir. Sekretariat yayasan saat itu beralamat di Kompleks Nyiur Melambai,
Jakarta Utara. Nama An Nadzir yang berarti (pemberi) peringatan diberikan
langsung oleh Syamsuri Madjid yang dalam komunitas tersebut dipanggi
“abah”. Kehadiran An Nadzir dimaksudkan untuk memberi peringatan bagi
umat Islam (lih. AD/ART Yayasan An Nadzir Bab II; Azas, Maksud dan Tujuan).
Komunitas
An Nadzir memiliki jaringan di berbagai daerah di Indonesia; Jakarta, Medan,
Banjarmasin, Batam, Dumai, Batubara, Bogor, dan di berbagai daerah di Sulawesi
Selatan. Khusus di Sulawesi Selatan, perkembangan awal AnNadzir dimulai di
tanah Luwu. Terutama ketika Abah Syamsuri Madjid masih aktif melakukan
dakwah keagamaan di Luwu.
Namun,
ketika kegiatan dakwah Abah Syamsuri Madjid mulai jarang dilakukan dan setelah
ia meninggal dunia pada tahun 2006, komunitas An Nadzir di Luwu mengalami
stagnasi. Puncaknya terjadi ketika pemerintah daerah, dengan berbagai
pertimbangan, mengeluarkan surat keputusan menghentikan segala bentuk aktivitas
An Nadzir di tanah Luwu (lihat hasil penelitian Balai Litbang Agama tentang
komunitas An Nadzir di Luwu tahun 2006).
Berkumpul di Desa Mawang
Setelah
mengalami keadaan stagnan di tanah Luwu, para pengikut An Nadzir keluar dan
berkumpul di Desa Mawang (Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa Sulawesi
Selatan), atau tepatnya di pinggir danau Mawang. Di tempat itu sebenarnya
memang telah ada beberapa orang Jamaah An Nadzir yang diorganisir oleh
Daeng Rangka (pimpinan An Nadzir sekarang ini yang sering disebut sebagai
panglima). Di desa ini, mereka melaksanakan aktivitas mereka dengan aman dan
nyaman.
Jumlah
anggota komunitas mereka telah mencapai 700 orang (bahkan ada yang mengklaim
jumlah mereka sekitar 1000 orang lebih) yang berasal dari berbagai daerah di
seluruh Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Flores, namun kebanyakan
diantara mereka berasal dari Luwu. Anggota Jama’ah An Nadzir dapat dimasukkan
dalam dua kategori besar, yaitu jamaah mukim dan jamaah non-mukim.
Jamaah
mukim adalah jamaah yang telah menetap di sekitar danau Mawang dan sekitarnya.
Jamaah mukim yang telah berkeluarga dan kaum perempuannya ditempatkan di
pinggir lereng bukit, kampung Batua (masih wilayah Desa Mawang), sedangkan kaum
laki-laki yang belum berkeluarga biasanya tinggal di pusat kampung, atau di
pondok dan di tempat usaha komunitas An Nadzir. Jamaah mukim ini diharuskan
memanjangkan rambut sebahu dan mengecat pirang serta memakai pakaian jubah
berwarna hitam sebagai identitas utama komunitas An Nadzir. Bahkan anakanak
lelaki mereka dibiasakan pula untuk memanjangkan rambut danmengecat pirang
sebagaimana layaknya pria dewasa.
Sedangkan
jamaah non-mukim, adalah pengikut An Nadzir yang tinggal di luar desa Mawang.
Mereka kebanyakan berasal dari Kota Gowa, dan Makassar. Jamaah non-mukim
berasal dari berbagai latar profesi di perkotaan. Mereka biasanya datang tiap
Hari Jumat untuk melaksanakan Shalat Jumat dan mendengarkan tausyiah agama dan
zikir dari amir (pimpinan) jamaah yang saat ini diperankan oleh Daeng Rangka
dan Lukman. Mereka tidak diharuskan memanjangkan rambut dan menggunakan jubah sebagai
pakaian sehari-hari seperti anggota jamaah yang mukim. Penampilan mereka tidak
berbeda dengan kebanyakan masyarakat. Hanya saja pada saat mengikuti pengajian
atau tausyiah dan zikir, mereka diharuskan menggunakan pakaian jubah khas
komunitas An Nadzir.
Wilayah
kerja An Nadzir terbagi dua; pondok dan markaz. Wilayah pondok adalah tempat
tinggal sebagian besar anggota jamaah khususnya yang telah berkeluarga dan para
anggota jemaah perempuan. Wilayah pondok berada di sebelah utara dekat
perbukitan (kampung Batua dan sekitarnya). Luaswilayah yang dijadikan sebagai
pondok atau pemukiman sekitar 10 ha. Sedangkan markas adalah pusat aktivitas
sosial keagamaan komunitas. Wilayah yang disebut markas adalah pinggir danau
Mawang, di sana terdapat dua tempat utama yaitu langgar dan rumah kayu. Langgar
tempat reproduksi pengetahuan keagamaan dan tempat untuk merancang kegiatan
komunitas selanjutnya. Sedangkan rumah kecil yang berjarak sekitar 20meter dari
langgar dijadikan tempatmenerima tamu.
Imamah: Sistem Kepemimpinan An Nadzir
Sistem
imamah dalam konteks pemahaman An Nadzir adalah kepemimpinan spiritual dari
seorang imam yang dianggap sebagai orang yang dapat menjamin kebenaran bagi
para pengikutnya. Oleh karena itu-lah, kapasitas personal menjadi indikator
utama dalam pergantian kepemimpinan, bukan prosedur formal sebagaimana layaknya
organisasi modern. An Nadzir menerapkan lima kriteria utama seseorang layak
menjadi imam, yaitu:
- dia mengenal Allah sehingga syahadatnya benar;
- dia mempunyai wawasan yang luas bahkan ia dapat mengetahui apa yang akan terjadi besok;
- dia seorang pemberani sehingga berani mengatakan kebenaran dalam semua situasi;
- dia memiliki kekuatan baik fisik maupun rohani;
- memiliki kebijaksanaan.
Selain
kelima syarat itu, An Nadzir juga mensyaratkan imam sebagai bagian dari ulama
yang mengamalkan amalan-amalan Nabi Muhammad dan menjadi saksi terhadap
amalan-amalan tersebut. Saat ini, imam besar An Nadzir masih dipegang oleh Abah
Syamsuri Madjid (meski ia telah meninggal), belum ada penetapan pengganti
karena belum ada yang dianggap memenuhi kelima syarat.
Pengetatan
persyaratan menjadi imam tidak terlepas dari peran dan fungsi imam yang sangat
penting dalam struktur spiritual komunitas An Nadzir. Imam memiliki tugas untuk
menggaransi terhadap keseluruhan praktik keagamaan komunitas sebagai sesuatu
yang benar dan tidak dapat diragukan. Sehingga para hamba atau jamaah
benar-benar yakin bahwa pemahaman dan praktik keagamaan mereka telah berada di
jalur kebenaran.
Komunitas
An Nadzir memahami bahwa baiat merupakan tali penghubung mereka dengan Allah
melalui jaminan atau garansi dari sang Imam. Sang Imam telah menggaransi bahwa
apa yang telah diajarkan oleh beliau adalah kebenaran. Komunitas An Nadzir
meyakini bahwa baiat merupakan dasar utama menjadi seorang Muslim. Tanpa baiat,
seseorang tidak dapat menjalankan ibadah dengan fully faith.
Baiat
memberikan rasa aman dan menjadi dasar untuk meyakini bahwa apa yang telah
diajarkan oleh Abah adalah sebuah kebenaran. Oleh karena tidak mungkin Abah
memberi jaminan atau garansi jika ia sendiri tidak meyakini kebenaran tersebut.
Faktor inilah yang membuat komunitas An Nadzir memiliki fondasi keyakinan yang
sangat kuat.
Hanya Ahlul Bait, Bukan Syiah dan Sunni
Komunitas
An Nadzir –dalam banyak hal- selalu mengklaim diri mereka sebagai ahlul bait,
atau (pengikut) keluarga Nabi. Dalam konfigurasi aliran besar dalam Islam,
kelompok Ahlul Bait biasanya disematkan pada Syiah dan berbagai variannya.
Tetapi komunitas An Nadzir menolak anggapan itu. Mereka menganggap diri mereka
hanya Ahlul Bait bukan bagian dari Syiah dan (tentu saja) bukan Sunni.
Defenisi
Ahlul Bait (versi An Nadzir) adalah orang-orang yang melaksanakan sunnah nabi
mulai dari sunnah yang kecil hingga sunnah yang besar. Itu berarti ahlul bait
adalah orang yang meletakkan nabi sebagai teladan dalam segala hal. Dalam
proyek mengikuti nabi itu-lah, komunitas An Nadzir memanjangkan rambut hingga
sebahu, memakai jubah dan tongkat sebagai upaya menghadirkan sosok nabi dalam
kehidupan sehari-hari.
Menjadi
kelompok ahlul bait berarti siap mengikuti nabi dalam segala hal. Pada titik
ini kemudian mereka tidak menyamakan diri dengan Syiah atau kelompok Ahlul Bait
yang lain. Bagi mereka Syiah sekarang tidak secara total melaksanakan sunnah
nabi, khususnya dalam konteks berpakaian. Secara epistemologis, komunitas ini
dipengaruhi oleh sistem teologi dan fiqhi Syiah, tetapi dalam amalan-amalan
mereka berbeda. Komunitas An Nadzir “lebih kuat” secara praktikmengikuti
“sunnah” nabi.
Sebagai
Ahlul Bait, komunitas An Nadzir berupaya sekuat mungkin untuk mengikuti pola
kehidupan Nabi Muhammad. Sejauh yang diamati perilaku sosial komunitas An
Nadzir yang dianggap sebagaimanifestasi kehidupan nabi adalah tampilan fisik,
jual beli yang transparan, tata cara, shalat, puasa dan zakat (akan dijelaskan
lebih jauh). Tetapi meski demikian, pimpinan An Nadzir tidak terlalu ketat
terhadap aturan memakai jubah, tongkat, dan rambut panjang pirang. Mereka
membolehkan anggota jamaah yang tidak mukim untuk tidak mengikuti tampilan
fisik tersebut dengan alasan tertentu, tetapi bagi yang mukim (menetap di
Mawang) diharuskan berpenampilan seperti itu. Ini merupakan kebijakan internal
An Nadzir sebagai upaya untuk membuka diri kepada siapapun yang ingin bergabung
dengan An Nadzir.
Komunitas
An Nadzir meyakini bahwa kunci keselamatan dunia dan akhirat adalah kesaksian
terhadap lafadz syahadatain (Asyhadu allaa ilaaha illa Allah wa asyhadu anna
Muhammadan Rasulullah). Persaksian syahadatain merupakan manifestasi kecintaan
kepada Allah dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Oleh karena itu,
sebagai manifestasi persaksian, seorang muslim harus mencontoh “sebisa” mungkin
kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Komunitas
An Nadzir mensyaratkan keharusan mengenal Allah sebagai hal yang mutlak
dilakukan oleh umat Islam untuk dapat selamat dunia dan akhirat. Proses
mengenal Allah merupakan agenda utama para Nabi diturunkan ke muka bumi.
Mengenal Allah dalam konteks pemahaman An Nadzir adalah persaksian terhadap kalimat
Laa Ilaha Illa Allah yang dimanifestasikan dengan caramengikuti
keseluruhan ajaran Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam Pengenalan dan
kesaksian atas kalimat syahadat dapat memberi energi kepada orang Islam untuk
istiqamah di jalan kebenaran. Orang Islam pada zaman nabi berani berjuang dan
membenamkan kaki mereka di padang pasir untuk membela Islam karena keyakinan
terhadap kalimat syahadat.
Komunitas
An Nadzir mencoba merebut ruang tentang siapa Ahlul Bait sesungguhnya dengan
berupaya keras mempraktikkan kehidupan Nabi dan sahabat-sahabat terdekatnya,
dan berupaya menerjemahkan keseluruhan praktik ibadah mereka sebagai bagian
dari “asli” nabi dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat bersamaan mereka
menegasikan kelompok-kelompok besar seperti Syiah dan Sunni. Apa yang
dilakukan oleh An Nadzir sesungguhnya adalah sebuah politik identitas untuk
“bersaing memperebutkan” ruang kebenaran dengan menjadikan kehidupan nabi
sebagai medan kontestasi. Lebih jauh dari itu, komunitas An Nadzir bahkan kemudian
menjadikan Tuhan sebagai medan kontestasi. Dalam banyak hal, Daeng Rangka
sebagai pimpinan spiritual mengaku dapat “bertemu” dengan Malaikat Jibril dan
bahkan Tuhan. Dia selalu menganggap setiap perkataannya adalah “keinginan”
Tuhan karena Tuhan dapat berbicara kepadanya. Dengan mengatakan bertemu dan
berdialog dengan Tuhan, secara otomatis komunitas An Nadzir ingin menjadi
penutur kebenaran sejati.
Siapakah
di antara umat Islam yang meragukan kebenaran dari Tuhan? Persoalan yang
mungkin bisa muncul adalah kepercayaan terhadap fenomena itu. Benarkah yang
ditemui oleh Daeng Rangka adalah benar-benar Tuhan atau hanya ilusi tentang
Tuhan?
Seputar Ibadah Mahdhah: Shalat, Puasa, dan Zakat
Tata
cara ibadah komunitas An Nadzir – dalam banyak hal- mengikuti model ibadah kaum
Syiah. Mulai dari penentuan waktu shalat, meluruskan tangan, azan, dan zakat
(kecuali penentuan waktu puasa yang direkonstruksi sendiri). Meski demikian,
komunitas ini menganggap bahwa kesamaan itu, bukan karena mereka mengambil
secara sengaja model Syiah, tetapi karena itulah yang benar. Daeng Rangka
menyakini bahwa “jika Anda berjalan di jalan kebenaran kita pasti akan bertemu”
(wawancara, 22 Juli 2009).
Komunitas
An Nadzir melakukan shalat Dhuhur dan Asar secara berdekatan. Ini terkait
dengan sistem penentuan waktu Dhuhur mereka yang agak berbeda dengan cara
penentuan waktu masyarakat muslim di Indonesia pada umumnya. Awal waktu Dhuhur
dalam tradisi An Nadzir adalah ketika suatu benda sama panjang dengan separuh
bayangannya. Jika diukur dengan menggunakan jam kira-kira jam 14.00 lebih.
Sedangkan waktu akhir Dhuhur adalah ketika bayangan benda sama panjangnya dari
bendanya, atau sekitar jam 17.00. Kemudian, dalam pelaksanaan shalat Dhuhur dan
Asar, mereka mengakhirkan waktu Dhuhur dan mempercepat waktu Asar. Sehingga
terlihat seperti menjamak dua shalat.
Begitu
pula dengan shalat Magrib dan shalat Isya. Waktu Magrib dimulai ketika sudah
terlihat mega atau awan merah di ufuk Barat, dan awan merah di Timur telah
hilang. Bila diukur dengan jam, sekitar pukul 18.30. Sedangkan waktu Isya masuk
setelah awan merah di ufuk Barat telah hilang yang berarti malam telah turun
hingga fajar menyingsing. Shalat Magrib dilakukan pada pukul 18.30, Shalat Isya
berakhir sekitar pukul 02.00-03.00 malam, sedangkan Shalat Subuh dilakukan
ketika selesainya fajar kadzib atau sekitar pukul 06.00 pagi.
Selain
penentuan waktu shalat yang berbeda dengan masyarakat Islam Indonesia pada
umumnya, mereka juga kelihatan berbeda dalam pelaksanaan gerakan shalat.
Khususnya setelah takbiratul ihram, mereka tidak melakukan sedekap tetapi
meluruskan tangan rapat dengan paha, mengucapkan salam hanya sekali
tanpamemalingkanmuka ke kiri dan ke kanan, serta tidak mengusap muka setelah
mengucapkan salam. Selain ketiga titik gerakan itu, seluruh gerakan lainnya
tidak berbeda dengan gerakan shalat masyarakat Islam pada umumnya.
Komunitas
ini juga memiliki lafadz azan yang berbeda dengan lafadz azan masyarakat Islam
Indonesia pada umumnya, khususnya lafadz azan subuh. Mereka tidak menggunakan
lafadz “As-shalatu khairum min an-naum” (Shalat lebih baik dari pada tidur),
tetapi menggunakan lafadz “hayya alal khairil amar” (mari melaksanakan
perbuatan yang baik”.
Hal
yang paling sering berbeda dengan masyarakat Islam di Indonesia adalah
penentuan satu ramadhan dan satu syawal. Tiga tahun belakangan, komunitas An
Nadzir selalu lebih dulu dua atau tiga hari melaksanakan puasa dan Hari Raya
‘Id dari versi pemerintah. An Nadzir melakukan kombinasi rukyah dan hisab dalam
menentukan waktu Ramadhan. Rukyah biasanya dilakukan dengan melihat bulan,
melihat air pasang, dan kondisi angin di lautan. Sedangkan hisab dilakukan
dengan terlebih dahulu menetapkan waktu Sya’ban. Menurut mereka, jika kita
telah mengetahui penentuan awal Sya’ban maka akan sangat mudah menentukan awal
Ramadhan. Mereka juga menggunakan rumus 58 derajat perjalanan matahari dari
Timur ke Barat untukmenentukan awal Ramadhan.
Pandangan
tentang zakat fitrah juga berbeda dengan masyarakat Islam pada umumnya.
Komunitas An Nadzir menganggap bahwa zakat fitrah tidak berlaku untuk semua
orang Islam. Kewajiban zakat fitrah hanya berlaku untuk orang Islam yang telah
mukallaf atau baligh. Sedangkan anak-anak usia pra-baligh tidak diwajibkan
untuk membayar zakat fitrah. Ini karena anak-anak masih terbebas dari dosa,
karena itu mereka belumd iwajibkan membayar zakat fitrah.
Kepercayaan Terhadap Imam Mahdi
Komunitas
An Nadzir meyakini Imam Mahdi telah turun dan telahmembawa peringatan kepada
umat Islam. Imam Mahdi yang diyakini oleh Komunitas An Nadzir adalah Kahar
Muzakkar yang mewujud dalam diri Abah Syamsuri Madjid (pendiri An Nadzir).
Daeng Rangka meyakini dengan benar bahwa Kahar Muzakkar atau Abah Syamsuri
Madjid telah mengalami tiga kali gaib. Gaib sugra ketika dia masih kecil,
kemudian gaib di La Solo (ketika dia dianggap mati, dan terakhir dia terhijab
tahun 2006, tahun meninggalnya Abah Syamsuri Madjid). Oleh karena Imam Mahdi
telah turun maka kehidupan manusia saat ini adalah akhir zaman.
Kepemimpinan
Imam Mahdi akan dilanjutkan oleh Pemuda Bani Tamim; seorang panglima perang,
lelaki pemberani yang memiliki kemuliaan Tuhan karena semua wali memberi
bimbingan kepadanya. Pemuda Bani Tamim ini juga digelari dengan “Rijalullah”
atau lelakinya Allah. Menurut An Nadzir, pemuda Bani Tamim itu muncul di
Indonesia bukan di Arab, dan lebih tepatnya berasal dari komunitas mereka,
meski mereka mengakui bahwa siapapun dapat menjadi pemuda Bani Tamim.
Tugas
pemuda Bani Tamim adalah melanjutkan kepemimpinan Imam Mahdi untuk membawa
manusia ke dalam kebenaran. Rahasia tentang pemuda Bani Tamim sesungguhnya
telah diketahui oleh para wali karena telah dibuka pada tahun 2003, bersamaan
dengan pelantikan Imam Mahdi. Imam Mahdi dan Pemuda Tamim adalah kesatuan yang
tak terpisahkan, ibarat tubuh dan nyawa. Pemuda Bani Tamim nantinya akan
membawa 313 orang murid untuk menjalani perjalanan akhir zaman. Setelah era
pemuda Bani Tamim, muncullah Isa Al Masih dan setelah itu kiamat-lah dunia ini.
Era
sekarang dalam perspektif An Nadzir adalah penantian akan muncunya Pemuda Bani
Tamim. Pemuda Bani Tamim ini nantinya akan memimpin dunia untuk memperbaiki
dunia dari kesemrawutan. An Nadzir memprediksi tahun 2009 adalah tahun
kekacauan bagi bangsa Indonesia, tidak ada lagi pemimpin yang bisa dijadikan
panutan, semuanya memiliki moralitas yang bobrok, pada saat itu-lah Pemuda Bani
Tamim akan muncul dan memimpin dunia ini. Salah satu ciri Pemuda Bani Tamim
adalah dia selalu membawa pedang Zulfikar (pedang Ali Bin Thalib). Pedang yang
memiliki roh dan memiliki kemampuan yang sangat kuat. Jika pedang ini dicabut
maka peluru tidak dapat meledak, dan pesawat tidak akan dapat berjalan
(wawancara dengan Rangka).
Pemahaman
tentang Imam Mahdi merupakan pemahaman yang ada di hampir semua faham dan
aliran dalam Islam. Tetapi pemahaman tentang Pemuda Bani Tamim, sebagai orang
yang berada di antara Imam Mahdi, Dajjal dan Isa bin Maryam adalah pemahaman
spesifik dalam komunitas An Nadzir. Pemuda Bani Tamim diyakini berasal
dari Indonesia, bahkan lebih spesifik dari Sulawesi Selatan karena Tanah Gowa
menurutmereka adalah qum tempat kebangkitan para wali.
BERITA BAIK BERITA BAIK
BalasHapusPELUANG PINJAMAN !!!
Apakah Anda mencari pemberi pinjaman pribadi? Apakah Anda memerlukan pinjaman segera? Apakah Anda memiliki kredit buruk? Apakah file bank Anda? Saya dapat membantu Anda mendapatkan pinjaman. Tidak ada jaminan yang dibutuhkan. Saya seorang investor swasta yang berspesialisasi dalam menyediakan semua jenis dana investasi, termasuk reksa dana, pinjaman pribadi, pinjaman bisnis, pinjaman real estat, kombinasi pinjaman mobil, pinjaman konsolidasi, pinjaman komersial, dll. rasa sakit itu milikmu aku akan memenuhi janjimu
Tidak ada permainan, tidak ada bisnis. Jumlah Pinjaman: Minimum $ 1.000 hingga jumlah pinjaman maksimum $ 10.000.000 Suku bunga pinjaman: 2% Area pinjaman: seluruh dunia Durasi maksimum: hingga 20 tahun.
Jika Anda tertarik, lengkapi formulir permohonan pinjaman di bawah ini: Informasi Peminjam:
Nama lengkap: __________
Negara: ____________
Seks: ________________
Umur: ________________
Jumlah pinjaman: _____
durasi waktu: _______ Jerman
Tujuan pinjaman: _______ Jerman
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi kami melalui email perusahaan saya christaelloancompany@gmail.com
Nomor Whatsapp +15614916019
Untuk pertanyaan, silakan hubungi ChristabelCare - Pusat Layanan Pelanggan 24/7 kami +19177461022. Anda juga dapat mengirim email kepada kami di customerservicechristabelloan@gmail.com
kesaksian nyata dan kabar baik !!!
BalasHapusNama saya mohammad, saya baru saja menerima pinjaman saya dan telah dipindahkan ke rekening bank saya, beberapa hari yang lalu saya melamar ke Perusahaan Pinjaman Dangote melalui Lady Jane (Ladyjanealice@gmail.com), saya bertanya kepada Lady jane tentang persyaratan Dangote Loan Perusahaan dan wanita jane mengatakan kepada saya bahwa jika saya memiliki semua persyarataan bahwa pinjaman saya akan ditransfer kepada saya tanpa penundaan
Dan percayalah sekarang karena pinjaman rp11milyar saya dengan tingkat bunga 2% untuk bisnis Tambang Batubara saya baru saja disetujui dan dipindahkan ke akun saya, ini adalah mimpi yang akan datang, saya berjanji kepada Lady jane bahwa saya akan mengatakan kepada dunia apakah ini benar? dan saya akan memberitahu dunia sekarang karena ini benar
Anda tidak perlu membayar biayaa pendaftaran, biaya lisensi, mematuhi Perusahaan Pinjaman Dangote dan Anda akan mendapatkan pinjaman Anda
untuk lebih jelasnya hubungi saya via email: mahammadismali234@gmail.comdan hubungi Dangote Loan Company untuk pinjaman Anda sekarang melalui email Dangotegrouploandepartment@gmail.com