- Bahwa kota Qom telah mencatat angka tertinggi dalam masalah aborsi dengan cara yang tidak diatur oleh undang-undang. Sehingga sangat mustahil bila dalam sehari tidak ditemukan janin-janin yang telah dibuang di tempat-tempat sampah atau selokan air.
- Kota Qom juga mencatat angka tertinggi kedua penderita AIDS. Demikian juga dengan angka pecandu kokain jenis “crack”, tercatat bahwa satu dari tiga orang di kota Qom adalah pecandu opium.
- Kota Qom juga tercatat sebagai kota yang paling banyak menggunakan minuman keras oplosan yang mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan kematian atau hilangnya penglihatan, sebagaimana yang pernah terjadi dalam peristiwa peringatan “Iedun Nairuz” (Hari Raya Kemusyrikan Majusi).
Kerusakan kota-kota suci Iran
ternyata erat kaitannya dengan para mollah. Sebab hanya para mollah itulah yang
dapat masuk ke pusat-pusat pendidikan yang dikhususkan untuk gadis-gadis, meski
pada dasarnya mengajar di tempat-tempat tersebut terlarang bagi laki-laki di
kota Qom. Begitu juga dengan pusat-pusat kesehatan, rumah sakit dan
tempat-tempat wisata yang dikhususkan buat wanita, banyak dijumpai para mollah
berjalan-jalan dengan bebasnya seakan mereka adalah kelompok orang yang telah
dihalalkan atas semua wanita yang masuk ke tempat-tempat tersebut.
Bahkan kerusakan di kota Qom jauh
melebihi kerusakan kota Teheran yang merupakan kota yang lebih terbuka di
banding Qom.
Angka bunuh diri di kalangan
wanitanya dengan jalan minum racun sangatlah tinggi, dan hal itu disebabkan
oleh beban mental yang banyak dirasakan oleh para wanita dan gadis-gadis yang
tinggal di kota itu sebagai dampak dari situasi yang telah memaksa mereka dan
juga cara-cara yang diterapkan oleh “syurthatul akhlaqil hamidah” yaitu polisi
penegak akhlak terpuji di bawah kekuasaan para mollah.
Kondisi kejiwaan inilah yang di saat
tertentu dapat memicu tindak kejahatan dari kaum laki-laki Iran untuk melakukan
penculikan dan pemerkosaan, bahkan tak jarang berakhir dengan dibunuhnya sang
korban karena takut dilaporkan. Dan sebagian wanita dan gadis korban perkosaan
pun tak jarang yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri karena malu dengan
apa yang menimpanya.
Nyatanya, wanita di kota Qom selalu
dalam resiko penghinaan dan pelecehan seksual, khususnya yang dilakukan oleh
kalangan pelajar agama di Hauzah. Setiap kali mereka melihat wanita atau gadis
yang sedang berada di jalan, maka buru-buru mereka membuka percakapan dengannya
tentang nikah mut’ah, bahkan sedikit pun mereka tidak membuka ruang tanya jawab
meski si wanita atau gadis tersebut merasa keberatan. Hal itu dikarenakan apa
yang mereka inginkan adalah perkara yang disyari’atkan dan telah ditegaskan
oleh pemerintah, di samping mut’ah dalam keyakinan mereka adalah perbuatan
terpuji dan telah diwasiatkan oleh para Imam mereka sebagaimana tertulis dalam
kitab-kitab Imam mereka.
Karena itulah wanita-wanita di Qom
harus menanggung penghinaan dan pelecehan seksual ini dari para mollah, pemuda
dan juga kaum laki-laki. Mereka hanya mempunyai dua pilihan; tetap tunduk
dengan aturan itu atau hidup dalam situasi kepahitan jiwa.
Sebagian besar kehidupan rumah
tangga di kota Qom juga mengalami kegagalan, karena sebagian besar dari mereka
hidup dengan tetap menjalani kebiasaan dan mengikuti adat yang menguasai di
kota itu. Adat kebiasaan ini kadang bertentangan dengan tingkat pengetahuan dan
sosial mereka, dan adat inilah yang sering kali mendorong kaum laki-laki untuk
melakukan mut’ah sebab mereka meneladani para mollah. Dan sebaliknya banyak
para istri yang kemudian membalas perbuatan suaminya dengan menjalin hubungan
dengan laki-laki lain. Inilah yang menyebabkan kehidupan rumah tangga mereka berakhir
dengan kegagalan lalu dilanjutkan dengan perceraian. Menurut penelitian tentang
keadaan sosial di kota Qom, ternyata angka perceraian di kota itu menduduki
peringkat terbesar kedua di negara Iran.
Seperti diketahui bahwa pengadilan
yang khusus menangani kasus-kasus perdata di Iran dilaksanakan dengan perantara
hakim-hakim yang selalu memotivasi para wanita dan gadis untuk melakukan
perceraian, dan segera setelah perceraian itu mereka dipindahkan ke
Yayasan-yayasan sosial dengan dalih menolong mereka agar cepat mendapatkan
pekerjaan, namun pada kenyataannya mereka terjebak dalam perangkap para mollah
untuk dijadikan budak dengan alasan mut’ah. Yayasan Az-Zahra’ termasuk Yayasan
paling terkenal yang menjadi tempat tinggal para janda dan tempat
bersenang-senangnya para mollah dan para pelajar agama di Hauzah yang sangat
menginginkan berbuat mesum atas nama mut’ah.
Sampai ada hal yang sangat sulit
dipercaya, jika dikatakan ada data yang tidak resmi menegaskan bahwa kota Qom
telah mencatat angka tertinggi dalam masalah aborsi dengan cara yang tidak
diatur oleh undang-undang. Sehingga sangat mustahil bila dalam sehari tidak
ditemukan janin-janin yang telah dibuang di tempat-tempat sampah atau selokan
air.
Kerusakan kota Qom tidak hanya itu,
sebab kerusakan-kerusakan lain juga telah mencatat angka yang sangat tinggi
seperti pertikaian dan perkelahian antar kelompok dan perorangan yang
menyebabkan menumpuknya korban luka-luka di rumah sakit Nakui di Qom setiap
harinya. Salah satu jalan yang sering terjadi perkelahian adalah jalan Bajik.
Kota Qom juga mencatat angka
tertinggi kedua penderita AIDS. Demikian juga dengan angka pecandu kokain jenis
“crack”, tercatat bahwa satu dari tiga orang di kota Qom adalah pecandu opium.
Kota Qom juga tercatat sebagai kota
yang paling banyak menggunakan minuman keras oplosan yang mengandung bahan
kimia yang dapat menyebabkan kematian atau hilangnya penglihatan, sebagaimana
yang pernah terjadi dalam peristiwa peringatan “Iedun Nairuz” (Hari Raya
Kemusyrikan Majusi).
Sedang kondisi mata pencaharian
masyarakat dan tingkat kemiskinan di kota Qom juga sangat memprihatinkan. Angka
kemiskinan dan kelaparan di kota ini sangat tidak bisa dipercaya. Banyak
masyarakat di kota ini yang sulit bahkan sekedar melindungi diri mereka dari
cuaca dingin yang ekstrim atau musim panas yang menyengat. Makanan mereka
sehari-hari adalah roti dan air, dan agak lebih baik sedikit adalah makaroni.
Sering kali orang tua mereka menyaksikan kematian anak-anaknya di depan mata
mereka karena ketidakmampuan berobat, bahkan mereka juga tidak memiliki kartu
jaminan kesehatan.
Di antara keluarga-keluarga miskin
di kota Qom juga sangat banyak yang mempekerjakan anak-anak kecil mereka di
pabrik pembuatan batu bata dari malam hingga siang hari untuk sekedar bertahan
hidup.
Sedang pemandangan seperti ini
berlangsung di tengah banyaknya mollah yang hidup dalam kondisi serba mewah
yang dihasilkan dari kekuasaan mereka atas proyek-proyek ekonomi dan
kepemilikan saham pada banyak perusahaan-perusahaan besar. Mereka dapatkan
bagian itu dari apa yang dinamakan harta “humus” yaitu berhak atas 5% dari
harta yang diambil dari para pengikutnya. Harta humus ini bisa mencapai
milyaran Tuman dalam setahunnya sehingga memungkinkan para mollah memiliki
bangunan-bangunan istana di kawasan elit seperti Salarie, Amin Boulvare dan
lain-lain di samping kepemilikan mereka atas rumah-rumah mewah di kawasan
Niavaran utara Teheran.
Posting Komentar Blogger Facebook