(Membincang bahaya faham pluralisme agama)
Oleh Hartono Ahmad Jaiz
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
وَجَادَلُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّفَأَخَذْتُهُمْ فَكَيْفَ كَانَ عِقَابِ
…dan mereka membantah dengan
(alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu;
karena itu aku azab mereka. Maka betapa (pedihnya) azab-Ku? (QS Mu’min/ 40: 5)
As-Syinqithi dalam Adhwaaul Bayan
menjelaskan, dalam surat Al-hajj bahwa orang-orang yang membantah
tentang Allah di antaranya para pengikut pemimpin-pemimpin mereka yang
menyesatkan yaitu syetan-syetan manusia dan jin. Mereka itu lah yang
disebutkan dalam Firman Allah Ta’ala:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّبِعُ كُلَّ شَيْطَانٍ مَرِيدٍ كُتِبَ عَلَيْهِ أَنَّهُ مَنْ تَوَلَّاهُ فَأَنَّهُ يُضِلُّهُ وَيَهْدِيهِ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ [22 \ 3 - 4] .
3. di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang jahat,
4. yang telah ditetapkan terhadap
syaitan itu, bahwa barangsiapa yang berkawan dengan Dia, tentu Dia akan
menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka.
Al-Jazaairi dalam Aisarut Tafasir
menjelaskan, di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah
mengenai keagungan Allah, kesempurnaanNya, dan terhadap
syariat-syariatNya, hukum-hukumNya dan sunnahnya dalam ciptaan-Nya.
(Membantah) tanpa ilmu, artinya tanpa ilmu yang benar, menurut keterangan Ibnu Katsir.
Dalam membantah dan apa yang
dikatakannya berupa dusta dan kebatilan itu mengikuti setiap syaitan
yang jahat, yaitu lepas dari kebenaran dan kebaikan, ulas al-jazaairi.
Akibatnya, mereka akan memenangkan
kebatilan dan memasarkannya. Di antara kebatilan itu adalah menyamakan
yang haq dengan yang batil, mencampurkan yang haq dengan yang batil, dan
mengalahkan yang haq dari yang batil.
Untuk menempuh tujuan batilnya itu, maka dibuatlah jalur yaitu membuang yang haq dan menggantinya dengan yang batil.
Ketika Islam itu rujukannya adalah dalil (ayat Al-Qur’an dan hadits yang shahih) maka dibuang. Tida lagi merujuknya.
Ketika Islam itu menyuruh akal ini
tunduk kepada dalil itu tadi, maka suruhan itu dibuang, diganti dengan
harus tunduk pada akal.
Ketika Islam membela yang haq dan melenyapkan yang batil maka mereka membela yang batil dan melenyapkan yang haq.
Sehingga terwujudlah persekongkolan yang diungkapkan terang-terangan oleh Allah Ta’ala:
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (67) وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا هِيَ حَسْبُهُمْ وَلَعَنَهُمُ اللَّهُ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُقِيمٌ (68) [التوبة : 67 ، 68]
67. Orang-orang munafik laki-laki
dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka
menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka
menggenggamkan tangannya[Berlaku kikir ]. mereka telah lupa kepada
Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu
adalah orang-orang yang fasik.
68. Allah mengancam orang-orang
munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka
Jahannam, mereka kekal di dalamnya. cukuplah neraka itu bagi mereka, dan
Allah mela’nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal. (QS At-taubah: 67-68).
Mari kita tengok kenyataan, betapa
dahsyatnya ketika yang digambarkan dalam ayat-ayat itu dirancang dengan
program rapi dan dilaksanakan secara sistematis.
Mengubah kurikulum perguruan tinggi Islam dari Ahlus Sunnah ke rasionalis
Harun Nasution mantan rector IAIN
Jakarta ketika penulis wawancarai tahun 1985-an, dia mengakui memang
sengaja mengubah kurikulum IAIN (se-Indonesia) dari Ahlus Sunnah ke
Mu’tazilah, namun dia mengaku tidak suka disebut Mu’tazilah, lebih suka
disebut rasionalis, karena Barat menyebutnya rasuionalis, katanya.
Alasan pengubahan kurikulum itu, karena kalau tetap Ahlus Sunnah maka
tidak akan maju, karena percaya taqdir. Harun Nasution sendiri mengaku
bahwa rukun Iman hanya lima, tanpa qadha dan qadar (taqdir). Alasannya,
karena di Qur’an tidak menegaskan taqdir itu. Adanya di hadits.
Dari pengubahan kurikulum itu ternyata
benar-benar mengubah cara memahami Islam atau yang dikenal dengan
manhaj. Yang tadinya ahlus sunnah itu merujuk kepada dalil (Qur’an dan
Sunnah) maka diubah menjadi tidak merujuk kepada dalil tapi lebih ke
akal. Sehingga dibalik. Akal yang di depan. Itupun sambil memberedel
hafalan ayat-ayat dan hadits dengan cara menganggapnya tidak penting dan
mengkritiknya.
Juga dalam memahami Islam, dari merujuk
kepada dalil dengan pemahaman para ulama yang mengikuti salafus shalih
yang sudah ada metode-metodenya (metode istidlal, cara berdalil),
diubah jadi memahami Islam dengan metode sosiologi agama ala Barat.
Padahal bapak sosiologi di Barat sendiri Emil Durheim dan juga
sosiologi di Barat pada umumnya menganggap bahwa agama itu hanya
fenomena social. Sehingga, ketika Harun Nasution yang memang keluaran
jurusan sosiologi dari Universitas Amerika di Kairo, menggunakan
kesempatan untuk membalik metode pemahaman Islam dari metode “istidlal
yang sesuai dengan ilmu Islam” diganti dengan metode sosiologi agama.
Materi-materi yang dijadikan mata kuliah dasar umum (yang mendesain
cara berfikir dalam memahami Islam) untuk seluruh mahasiswa perguruan
tinggi Islam pun bukan materi yang untuk menuntun benarnya keimanan
yaitu Tauhid. Tetapi adalah materi yang berisi perang, pertentangan,
baik dalam hal perang fisik maupun perang perkataan/ pemikiran. Hingga
dipilihlah materi Sejarah Pemikiran Islam dan Sejarah Kebudayaan Islam
sebagai materi kuliah dasar umum untuk semua mahasiswa. Dan mata
kuliahnya bersambung-sambung hingga beberapa smester, sehingga
mempengaruhi dan membentuk cara berfikir mahasiswa.
Sejarah pemikiran Islam itu membahas
aneka pemikiran dari berbagai sekte, juga tasawuf, dan juga masuk di
sana filsafat. Sejarah Kebudayaan Islam membahas sejarah dan budaya
namun tanpa sanad. Sehingga bebas saja, entah benar entah tidak. Dan
bebas saja untuk mengecam sahabat Nabi dan sebagainya. Bahkan ungkapan
bahwa Utsman tidak demokratis dan sebagainya itu biasa dilontarkan,
padahal apa artinya demokrasi dibanding Islam yang dipegang teguhi
Utsman bin Affan?
Ketika sejarah pemikiran Islam membahas
sekte-sekte, maka tidak boleh mahasiswa memandangnya dari kacamata
Ahlus Sunnah. Harus dipandang seperti pandangan sekte yang dibicarakan.
Maka ketika membahas sekte Ahmadiyah yang memiliki nabi palsu Mirza
Ghulam Ahmad, tidak boleh dirujukkan kepada wahyu bahwa itu palsu, dan
tidak boleh pula dipandang dari kacamata Ahlus Sunnah. Akibatnya, semua
sekte sah-sah saja, benar-benar saja.
Itulah pendidikan terbalik alias
pembodohan. Dan memang benar, ketika sudah jadi doctor bahkan professor,
justru membela aliran sesat Ahmadiyah, contohnya Prof Dr Azzumardi
Azra mantan rector IAIN Jakarta.
Pembodohan itu sangat sukses, sehingga
dapat dilihat contoh-contoh berikut ini. Bukan sekadar seperti anak
kecil yang tidak dapat membedakan antara roti dengan bara api (karena
memang masih kecil belum tamyiz, belum mampu membedakan), namun dengan
metode sosiologi agama untuk memahamai agama itu benar-benar menjadikan
tidak dapat membedakan yang haq dengan yang batil. Itu sama sekali
secara ilmiyah tidak ilmiyah, dan secara agama berbailkan. Karena secara
agama, orang dididik agar jadi orang aim agama. ketika alim maka agar
benar-benar taqwallah. Ketika bertaqwa, maka benar-benar Allah beri
furqon, yaitu dapat membedakan yang haq dengan yang batil.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ [الأنفال : 29]
29. Hai orang-orang beriman, jika
kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan[607].
dan Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni
(dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS Al-Anfal/ 8: 29).
[607] Artinya: petunjuk yang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil, dapat juga diartikan disini sebagai pertolongan.
Dan itu kemudian ditingkatkan kepada
pemikiran jenis tasawuf falsafi yang sampai menganggap alam ini
perwujudan Tuhan, hingga menyembah patung pun dianggapnya menyembah
Tuhan, karena patung itu perwujudan Tuhan. Faham wihdatul wujud ini
jelas kufur. Dan itulah pemurtadan. Masih pula ditambah lagi dengan
pemikiran filsafat, dalam apa yang disebut filsafat Islam. Dan itu sama
sekali tuidak dirujukkan kepada wahyu. Dari situlah secara otomatis
sebenarnya penggiringan kepada meninggikan akal dibanding wahyu. Karena
materi-materi tersebut hanya mengandalkan akal dan pendapat ataupun
riwayat yang tanpa sanad. Materi-materi yang menjuruskan untuk
meninggikan akal daripada wahyu (yang pada hakekatnya memurtadkan itu)
tanpa merujuk kepada wahyu itu diberi label Sejarah Pemikiran Islam, dan
justru menjadi mata kuliah dasar umum, semua mahasiswa harus ikut. Dan
kalau swasta harus ujian negeri. Akibatnya, ketika para alumni IAIN
itu keluar, bergelar sarjana agama, master agama, dan doctor ilmu
agama, mereka tidak berbekal materi Islam yang utuh, tetapi hanya
berbekal landasan pemikiran-pemikiran, sejarah budaya peradaban dan
semacamnya. Hingga ketika dibutuhkan untuk menyajikan materi Islam yang
utuh, mereka menggunakan logika-logika, bahkan ada yang pakai
cerita-cerita rekaan dan duga-duga.
Ini bukan semata-mata kesalahan para
alumni IAIN, namun adalah kesalahan system pengajaran, kurikulum, dan
para dosennya. Karena system itu tampaknya diadopsi oleh Harun Nasution dan Mukti Ali
(para petinggi di IAIN dan Departemen Agama masa lalu) dari orientalis
Barat, sedang para dosen pengajarnya pun sebagian banyak asuhan
orientalis di universitas-universitas Barat. Tambahan lagi, ketika
kesalahan system itu didomplengi kepentingan-kepentingan yang arahnya
justru menyamakan semua agama alias pluralisme agama, tidak membedakan Islam yang beraqidah Tauhid dengan yang lain berkeyakinan kekufuran, di situlah letak pemurtadannya.
Dalam masalah pendidikan tinggi Islam
se-Indonesia ini kesalahan sistematis itu merupakan program yang
dicanangkan dan dilaksanakan serta dibiayai. Pada gilirannya, masyarakat
sudah mengetahui kesalahan fatal itu.
Masalah yang sangat perlu dibenahi,
disamping mestinya dikembalikan lagi kurikulum itu ke Ahlus Sunnah,
perlu juga pemberi materi yaitu para dosen dikoreksi, dari mana mereka
itu menimba ilmu. Masalah dosen pengajar dan dari mana mereka belajar
ini sangat prinsipil untuk dicermati. Karena yang diajarkan itu adalah
wahyu Allah swt. Sehingga tidak bisa pengajarnya itu sembarang orang,
apalagi orang yang ragu-ragu bahkan tidak percaya wahyu. Masalah ini
bukan hal sepele atau remeh. Hingga Imam Muslim memberikan bab
tersendiri, dan mengutip pernyataan Imam Ibnu Sirin:
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ قَالَ إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ- صحيح مسلم ج: 1 ص: 14
Riwayat dari Ibnu Sirin, ia berkata: Sesungguhnya ilmu (wahyu) ini adalah agama, maka waspadalah dari siapa kamu sekalian mengambil agama kalian. (Shohih Muslim juz 1 halaman 14).
Dr Muhammad Mustafa Al-A’zami, tamu
Menteri Agama RI, dalam bedah bukunya tentang The History of The Quranic
Text, di Pameran Buku Islam di Senayan Jakarta, 2 April 2005, saya
tanya: Bolehkah belajar Islam kepada orientalis di Universitas Barat?
Beliau menjawab, kalau belajar ilmu-ilmu teknis dunia, boleh. Tetapi kalau belajar aqidah Islam, maka tidak boleh.
jawaban tamu Menteri Agama itu ternyata
tidak diindahkan oleh Kementerian Agama, karena yang digencarkan justru
pengiriman dosen-dosen IAIN/ UIN ke Barat.
Untuk membuktikan bahwa pendidikan yang
ditempuh IAIN dan perguruan tinggi Islam se-Indonesia itu terbalik dan
pembodohan massal, maka mari kita lihat contoh-contoh berikut ini:
Azyumardi Azra dan Valentine Ala IndonesiaIqbal Fadil – detikcomJakarta – Pelarangan perayaan hari Valentine di Indonesia dinilai tidak tepat. Apalagi kalau dengan pendekatan doktrinal keagamaan. Tidak akancocok. Namun tidak ada salahnya dengan Valentine alaIndonesia.“Valentine’s Day memang tradisi yang berakar dari Katolik. Karena pengaruh globalisasi, hari Valentine menyebar ke mana-mana,” tutur cendekiawan muslim Azyumardi Azra di Hotel Sultan, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (14/2/2008).Menurut mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah ini, Valentine saat ini sudah berubah menjadi fenomena sosial budaya. “Pelarangan oleh pemerintah tidak tepat. Valentine adalah gejala globalisasi. Gejala gayahidup yang menyebar ke mana-mana,” ujarnya. Menurut Azyumardi, antisipasi yang harus dilakukan justru dengan pendekatan sosial kultural juga, yakni mengarahkan perayaan Valentine kepada hal-hal yang positif.“Jadi kalau ada yang merayakan Valentine, disesuaikan dengan konteksIndonesia. Sebab Valentine tidak bisa dicegah, sulit untuk dibendung dandilarang,” pungkas Azyumardi. ( ziz / sss )Source : http://www.detiknew 14/02/2008 11:31 WIBTanggapan:Subject:RE: Re:[INSISTS] Azyumardi Azra dan Valentine Ala IndonesiaMungkin besok2 dia akan bilang : “Iblis itu sulit dibendung, dan syetan ada dimana-mana. Jadi gak usah dicegah, cukup disesuaikan dgn kultur kita, maka jadilah syetan yang Indonesiawi. ..” kekekekeke “From:”Akmal” <malakmalakmal@gmail.com Date:Mon, 18 Feb 2008 11:36:13 +0700
***
UIN Tidak Seharusnya Mencetak SDM Sesuai Keinginan Musuh IslamMonday, 26 September 2011 16:27 | Written by Shodiq Ramadhan |Kepada: UIN Syarif Hidayatullah JakartaUP : Kommarudin HidayatSeorang mahasiswi jurusan pemikiran politik Islam di Pascasarjana UIN (Universitas Islam Negeri, dahulu IAIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, mengungkapkan sebuah fenomena baru di UIN yang membuatnya trenyuh.Sebelum menempuh pendidikan di pascasarjana UIN, yang bersangkutan adalah lulusan S1 pada program studi Arab FIB Universitas Indonesia. Fenomena yang dimaksudnya itu, berhubungan dengan masalah penulisan dalam sebuah karya ilmiah. Misalnya, para mahasiswa pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak diperkenankan menulis kata Allah dengan lanjutan SWT (subhanahu wa ta’ala); tidak boleh menulis kata Muhammad dengan diakhiri SAW (shallallahu ‘alaihi wa sallam); tidak boleh menulis Muhammad dengan sebutan Nabi.Pelarangan itu menurut Prof Dr Suwito yang sehari-hari mengurus kampus pascasarjana UIN, karena yang menganggap Muhammad sebagai Nabi hanya orang Islam, sedangkan non-muslim tidak menganggap Muhammad Nabi. Begitu juga dengan Allah, yang mengakui Allah itu subhanahu wa ta’ala hanya orang Islam, sedangkan mereka yang bukan Islam, tidak demikian.Menurut ybs pula, dalam sebuah karya ilmiah di Pascasarjana UIN tidak boleh ada kalimat-kalimat Islam sebagai agama yang sempurna atau Islam sebagai agama yang haq, dan kalimat-kalimat sejenis itu. Jika kalimat seperti itu ditemukan di dalam karya ilmiah (makalah, tesis atau disertasi), maka akan langsung dicoret! mahasiswi pascasarjana UIN ini, sangat menyayangkan adanya aturan seperti itu. Apalagi, sepertinya Islam tidak dihargai, namun sebaliknya, pandangan orang-orang kafir menjadi lebih dimuliakan dan dihargai.
***
Prof UIN Jakarta Halalkan HomoseksualHarian The Jakarta Post, edisi Jumat (28/3/2008) pada halaman mukanya menerbitkan sebuah berita berjudul Islam ‘recognizes homosexuality’ (Islam mengakui homoseksualitas). Mengutip pendapat dari Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, guru besar di UIN Jakarta, koran berbahasa Inggris itu menulis bahwa homoseksual dan homoseksualitas adalah alami dan diciptakan oleh Tuhan, karena itu dihalalkan dalam Islam. (Homosexuals and homosexuality are natural and created by God, thus permissible within Islam).Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah Tuhan adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau pun orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan beragama dari ICRP (Indonesia Conference of Religions and Peace) ini, “Tidak ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya.” (There is no difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God, people are valued based on their piety).
Demikian pendapat guru besar UIN Jakarta ini dalam diskusi yang diselenggarakan suatu organisasi bernama “Arus Pelangi”, di Jakarta, Kamis (27/3/2008). (Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual, written by Adian Husaini http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=38:prof-uin-jakarta-halalkan-homoseksual-&catid=1:adian-husaini )
***
Hukuman berat bagi pelaku homo ataupun lesbiDalam Islam, haram dan dosa serta adzab atas pelaku homoseks telah dijelaskan di antaranya dalam Al-Qur’an Surat An-Naml ayat 54 – 58.:وَلُوْطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتًوْنَ الْفَاحِشَةَ وَأَنْتًمْ تُبْصِرُوْنَ ( 54) أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُوْنَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُوْنِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُوْنَ (55) فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلاَّ أَنْ قَالُوْا أَخْرِجُوْا ءَالَ لُوْطٍ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُوْنَ (56) فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَهْلَهُ إِلاَّ امْرَأَتَهُ قَدَّرْنَاهَا مِنَ الْغَابِرِيْنَ (57) وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَسَاءَ مَطُرٌ الْمُنْذَرِيْنَ (58) النمل : 54-58
54. Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia Berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah[1101] itu sedang kamu memperlihatkan(nya)?”55.”Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)”.56. Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: “Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; Karena Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (menda’wakan dirinya) bersih[1102]”.57. Maka kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali isterinya. Kami telah mentakdirkan dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).58. Dan kami turunkan hujan atas mereka (hujan batu), Maka amat buruklah hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu. (An Naml: 54-58).[1101] perbuatan keji: menurut Jumhur Mufassirin yang dimaksud perbuatan keji ialah perbuatan zina, sedang menurut pendapat yang lain ialah segala perbuatan mesum seperti : zina, homosek dan yang sejenisnya. Menurut pendapat Muslim dan Mujahid yang dimaksud dengan perbuatan keji ialah musahaqah (homosek antara wanita dengan wanita).[1102] perkataan kaum Luth kepada sesamanya. Ini merupakan ejekan terhadap Luth dan orang-orang beriman kepadanya, Karena Luth dan orang-orang yang bersamanya tidak mau mengerjakan perbuatan mereka.Homoseks adalah laki-laki mendatangi (melakukan perbuatan seks dengan laki-laki). Sedang lesbi adalah seorang wanita mendatangi wanita lainnya (melakukan perbuatan seks).( 1138 ) – وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : { مَنْ وَجَدْتُمُوهُ يَعْمَلُ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ وَالْمَفْعُولَ بِهِ , وَمَنْ وَجَدْتُمُوهُ وَقَعَ عَلَى بَهِيمَةٍ فَاقْتُلُوهُ وَاقْتُلُوا الْبَهِيمَةَ } رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالْأَرْبَعَةُ وَرِجَالُهُ مُوَثَّقُونَ , إلَّا أَنَّ فِيهِ اخْتِلَافًا ..–الجزء :4 (سبل السلام) الصفحة :25
Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ٍSiapa-siapa yang kamu dapati dia mengerjakan perbuatan kaum Luth (homoseksual, laki-laki bersetubuh dengan laki-laki), maka bunuhlah yang berbuat (homoseks) dan yang dibuati (pasangan berbuat homoseks itu); dan barangsiapa kamu dapati dia menyetubuhi binatang maka bunuhlah dia dan bunuhlah binatang itu._ (HR Ahmad dan Empat (imam), dan para periwayatnya orang-orang yang terpercaya, tetapi ada perselisihan di dalamnya).Dalam Kitab Subulus Salam dijelaskan, dalam hadis itu ada dua masalah. Pertama, mengenai orang yang mengerjakan (homoseks) pekerjaan kaum Luth, tidak diragukan lagi bahwa itu adalah perbuatan dosa besar. Tentang hukumnya ada beberapa pendapat: Pertama, bahwa ia dihukum dengan hukuman zina diqiyaskan (dianalogikan) dengan zina karena sama-sama memasukkan barang haram ke kemaluan yang haram. Ini adalah pendapat Hadawiyah dan jama’ah dari kaum salaf dan khalaf, demikian pula Imam Syafi’i. Yang kedua, pelaku homoseks dan yang dihomo itu dibunuh semua baik keduanya itu muhshon (sudah pernah nikah dan bersetubuh) atau ghoiru muhshon (belum pernah nikah) karena hadits tersebut. Itu menurut pendapat pendukung dan qaul qadim As-Syafi’i.Masalah kedua tentang mendatangi/ menyetubuhi binatang, hadits itu menunjukkan haramnya, dan hukuman atas pelakunya adalah hukum bunuh. Demikianlahpendapat akhir dari dua pendapat Imam As-Syafi’i. Ia mengatakan, kalau hadits itu shahih, aku berpendapat padanya (demikian). Dan diriwayatkan dari Al-Qasim, dan As-Syafi’I berpendapat dalam satu pendapatnya bahwa pelaku yang menyetubuhi binatang itu wajib dihukum dengan hukuman zina diqiyaskan dengan zina.. (Subulus Salam, juz 4, hal 25).Dari ayat-ayat, hadits-hadits dan pendapat-pendapat itu jelas bahwa homoseks ataupun lesbian adalah dosa besar. Bahkan pelaku dan pasangannya di dalam hadits dijelaskan agar dibunuh. Maka tindakan dosa besar itu wajib dihindari, dan pelaku-pelakunya perlu dijatuhi hukuman. ( http://www.nahimunkar.com/?p=120#more-120 )
Dr Komaruddin Hidayat dan Anand Kreshna Menohok Islam & Menyesatkan Ummat
March 12, 2010 8:47 pm admin Artikel, Firqah, Kata Hikmah, Resensi Buku,Tokoh
BEBERAPA KUTIPAN DARI BUKU
ISLAM ESOTERIS
Kemuliaan dan keindahannya
Karya: Anand Kreshna
(Penyelaman spritual Anad Kreshna bersama Achmad Chodjim, Moulana Wahiduddin Khan)
Kata Pengantar: Dr. Komaruddin Hidayat
Kata Pengantar: Dr. Komaruddin Hidayat
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ungkapan-ungkapan Anand Kreshna
dan pemberi kata pengantar yang bertentangan dengan Islam atau
mengaburkan aqidah, langsung kami sertai tanggapan atau sanggahan
sebagai berikut:
1. Kutipan dari tulisan Dr Komaruddin Hidayat:– Bahkan kita melihat sentimen dan simbul keagamaan malah menjadi bagian dari pemicu dan konflik-konflik.
- Jangan-jangan agama malah menjadi bagian dari penyebab krisis ini? Hal.x
Tanggapan:Selayaknya
kalimat seperti itu hanya keluar dari mulut orang yang menentang Tuhan
atau ragu dengan agamanya sendiri. Dia anggap, orang baru benar dalam
beragama kalau tanpa sentimen agama dan tanpa simbul agama. Padahal,
orang tak beragama alias kafir pun justru sangat tinggi sentimen
kekafirannya, dan fanatik pada simbul kekafirannya. Kalau berani melepas
sintemen dan simbul kekafirannya, berarti dia rela untuk mengikuti
agama. Kenapa orang beragama justru harus melepaskan sentimen dan simbul
keagamaannya? Haruskah mengikuti dan bahkan menjadi orang kafir yang
tidak dipersoalkan dalam memegangi sentimen kekafiran dan simbul
kekafirannya, karena sentimennya itu bukan sentimen agama tetapi
sentimen kekafiran? Mewakili siapakah doktor yang pejabat tinggi di
Departemen Agama ini dalam berbicara seperti itu?
2. Kuitipan tulsian Dr Komaruddin Hidayat:Saya
melihat dalam buku ini bangunan argumentasi reinkarnasi diambil dari
ayat Al Qur’an yang digabung dengan hasil telaah ayat-ayat kehidupan.
Hal. xi
Bantahan:Reinkarnasi yang bahasa Arabnyaat-tanaasukhadalah kepercayaan tentang kembalinya ruh ke bumi lagi setelah wafatnya, dan berpindah kepada jasad lainnya. (Dr A Zaki Badawi,A Dictionary of The Social Science,Librairie
Du Liban, Beirut, cetakan I, 1978, halaman 351). Reinkarnasi itu
bicara tentang ruh, dan kepercayaan semacam itu sama sekali tidak
sesuai dengan Islam. Betapa beraninya doktor ini bicara tentang ruh,
padahal Nabi Muhammad saja dipesan oleh Allah bahwa tentang ruh itu
adalah termasuk urusan Allah. Allah berfirman yang artinya:
“Dan mereka
bertanya kepadamu tentang roh.. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.”(Al-Israa’/ 17:85).
Kalau terhadap roh yang
jelas-jelas Nabi Muhammad saw dipesan seperti itu saja doktor ini berani
berbicara serampangan, bahwa Al-Qur’an dia anggap jadi rujukan
bangunan arugementasi reinkarnasi, maka betapa lagi dalam hal-hal
lainnya. Astaghfirullaahal ‘adhiem.
3. Kutipan dari tulisan Dr Komaruddin Hidayat:Allah
Maha Adil, Maha Kasih dan sekali-kali tidak akan menghukum manusia
kecuali manusia sendiri yang menghukum dirinya. Tuhan tidak akan
memasukkan hambanya ke neraka.hal. xii
Bantahan:Perkataan doktor ini coba kita bandingkan dengan ayat Al-Qur’an, yang artinya:
“ Ya Tuhan kami, sesungguhnya
barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah
Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang dzalim seorang
penolong pun.” (QS Ali Imraan: 192).
Dalam ayat itu jelas Allah lah yang memasukkan siapa yang Dia kehendaki ke neraka.
( lihat buku Hartono Ahmad Jaiz, Tasawuf, Pluralisme, & Pemurtadan).
***
Dr Nasaruddin Umar, MA
Buku Anand Kreshna berjudul
Surah-Surah Terakhir Al-Quranul Karim bagi Orang Modern,
sebuah apresiasi,
terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta .
Buku ini mengandung berbagai masalah yang mengaburkan aqidah Islam.
Berikut ini beberapa masalah yang perlu dipersoalkan dalam buku itu:
Kutipan dari halaman XII :
Keseimbangan sifat-sifat maskulinitas dan feminitas Tuhan terungkap secara elegan di ketiga surah ini. (tulisan Dr Nasaruddin Umar, MA, pembantu rektor IV IAIN Jakarta).
Tanggapan: Manusia
tidak berhak memberikan sifat-sifat kepada Allah, dan hanya Allah lah
yang berhak memberikan sifat-sifat-Nya. Karena, manusia sama sekali
tidak punya pengetahuan tentang Allah, kecuali yang Allah khabarkan.
Sedangkan Allah SWT telah menegaskan larangan mengikuti apa-apa yang
kita tidak ada ilmu.
”Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.” (QS Al-Israa’/ 17:36).
Alah SWT juga berfirman, yang artinya:
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri…” (QS Al-An’aam/ 6:59).
Lantas, dari mana Dr Nasruddin Umar MA
bisa mengungkapkan sifat-sifat yang ia sebut sifat-sifat maskulinitas
dan feminitas Tuhan, bahkan ia bisa menimbangnya sehingga dia nilai
seimbang itu?
Kutipan dari halaman XII pula:
Ini membuktikan bahwa pemahaman
Al-Qur’an bukan hanya hak prerogatif sekelompok umat Islam tetapi
Al-Quran betul-betul sebagai rahmat bagi semua (rahmatan lil ‘alamin). (tulisan Dr Nasruddin).
Tanggapan: Bagaimana
ini? Satu kasus, yaitu adanya orang non Muslim yang memahami Al-Qur’an
semaunya (sebagaimana akan diungkap sebentar lagi, insya Allah) lalu
dijadikan alat untuk mengabsahkan hak bagi siapa saja untuk memahami
Islam, dengan dalih rahmatan lil’alamin. Sedangkan pemahaman
ummat Islam sendiri terhadap Al-Qur’an pun tidak sah kecuali memenuhi
syarat, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah. Kaidahnya yaitu di antaranya
telah ditegaskan oleh Nabi SAW:
مَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ ، أَوْ بِمَا لاَ يَعْلَمُ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.
“Barang siapa berkata mengenai
Al-Qur’an dengan pendapatnya atau dengan apa-apa yang ia tidak tahu,
maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknnya di dalam neraka.” [1]
Dengan demikian, betapa beraninya doktor yang memegang jabatan di IAINJakarta itu memberikan hak keabsahan kepada orang non Muslim untuk memahami Al-Qur’an sebegitu saja.
Kutipan dari halaman XVII:
Buku ini akan mengajarkan dan
menuntun pikiran dan tingkah laku manusia untuk dapat mengekspresikan
dirinya sebagai “kebaikan”. (Dr Nasruddin Umar MA).
Tanggapan: Dalam
buku ini, apa yang disebut “kebaikan” itu maksudnya adalah Tuhan. Jadi
buku ini mengajarkan dan menuntun pembacanya untuk mengekspresikan
dirinya sebagai Tuhan. Kenapa seorang doktor di IAIN memberi apresiasi
atau semacam penghargaan terhadap buku yang menuntun pada kemusyrikan
dan kesesatan seperti ini?
( lihat buku Hartono Ahmad Jaiz, Tasawuf, Pluralisme, & Pemurtadan).
Dr Nurcholish Madjid dosen IAIN Jakarta,
pendiri Yayasan Paramadina Jakarta, alumni Barat (Chicago Amerika),
telah menikahkan anak puterinya, Nadia, dengan lelaki Yahudi di Amerika,
30 September 2001, tidak dengan akad Islam, tapi akad universal, yaitu
antara anak manusia dengan anak manusia.[5] (buku ApdI hlm 36).
Nurchlish Madjid, setiap orang akan masuk surga
Dalam bUku Ensiklopedi Nurcholish Madjid
ada judul SETIAP ORANG AKAN MASUK SURGA. Dengan merujuk kepada Ibnu
Arabi, azab itu asalnya dari bahasa Arab Adzab. Tetapi harus diketahui
bahwa azab dalam bahasa Arab itu ‘adzbun yang artinya tawar…
implikasinya bersifat spiritual bahwa sebetulnya yang dimaksud ‘adzab
oleh Tuhan adalah suatu proses penyucian. Jadi, orang yang mendapat
‘adzab itu sebenarnya disucikan oleh Tuhan untuk nanti kembali kepada
surga sehingga ‘adzab itu “tidak berarti apa-apa”. (Ensiklopedi
Nurcholish Madjid buku ke-4 halaman 3002, entri SETIAP ORANG AKAN MASUK
SURGA, Buku yg diterbitkan oleh Yayasan Wakaf Paramadina bekerja sama
dengan Penerbit Mizan dan Center for Spirituality and Leadership (CSL)
cetakan 1, 2006).
Itu mirip dengan Dharmo Gandul Gato
Loco. Gato loco bilang Mekkah artinya mekakah (wanita melebarkan kakinya
waktu mau disetubuhi lelaki), Nurcholish Madjid bilang Adzab (siksa)
jadi Adzb (tawar) lalu diarahkan kepada kemauannya, yaitu orang yang
mendapat ‘adzab itu sebenarnya disucikan oleh Tuhan untuk nanti kembali
kepada surga sehingga ‘adzab itu “tidak berarti apa-apa”.
Mengotak-atik kata untuk memenuhi hawa
nafsunya. Kalau Dato Loco bermaksud melecehkan Islam dijuruskan kepada
yang jorok-jorok. Sedang Nurcholish Madjid menjuruskan orang kafir pun
masuk surga bahkan semua orang masuk surga. Padahal sudah jelas ayatnya,
orang kafir dari ahli kitab dab musyrikin di neraka jahannam
selama-lamanya. ( lihat QS Al-Bayyinah: 6).
Ensiklopedi Nurcholish Madjid tegaskan setiap orang akan masuk surga, maka disebut menjajakan racun tikus.
Buku teranyar kaum Sepilis (sekulerisme, pluralisme agama, dan liberalisme) berjudul Ensiklopedi Nurcholish Madjid,
hasil suntingan Budhy Munawar Rachman, salah seorang staf pengajar di
Universitas Paramadina, setebal 4000 halaman dalam empat jilid itu,
Rabu (14/2 2007), diluncurkan dan dibedah di Universitas Paramadina,
Jakarta.
Menurut Budhy, buku tersebut merupakan
hasil penyuntingan lebih dari 15 tahun kerja intelektual dan pengajaran
Cak Nur di Pusat Studi Islam Paramadina. “Sebagian besar isi buku itu
merupakan hasil transkrip kuliah-kuliah Cak Nur yang diberikan kepada
para mahasiswa di Paramadina, Pondok Indah, di lebih dari 200 kelas atau
setara dengan 400 jam kuliah, ratusan catatan, hand out dan makalah
beliau. Kemudian ditranskrip dan diedit untuk kepentingan penerbitan
ensiklopedi ini,” tulis Budhy dalam tulisan pembukaan ensiklopedi ini.
Buku ini diterbitkan atas kerjasama Paramadina, Penerbit Mizan dan Center for Spirituality and Leadership (CSL)/ PT Astra.
Dalam buku ini Nurcholish Madjid dengan
mengemukakan pendapat Ibnu Arabi (tokoh tasawuf sesat) memprediksi
nasib setiap orang di akhirat nanti, setiap orang akan masuk surga.
Menurutnya, azab adalah proses penyucian. Jadi, orang yang diazab
sebenarnya disucikan oleh Tuhan untuk kemudian kembali ke surga. Karena
itu, menurutnya, semua orang bakal masuk surga. (buku ke-4 hlm. 3002).
Atau dengan kata lain, bahwa siapa pun dia, agama apa pun dia,
sekafir-kafirnya dia, ujung-ujungnya, akan masuk surga Padahal, ini
bertolak belakang dengan prinsip-prinsip Islam.
Keruan saja, ada komentar orang,
mengibaratkan buku ini sebagai pasar:Laiknya, sebuah pasar, di sana
disediakan barang apa saja, mulai dari madu, gula, cabe, garam, pupuk
kandang, pakaian, racun tikus. “Karena itu, pembaca buku ini perlu
benar-benar memahami dan membedakan, mana yang madu, cabe, pupuk
kandang, pecel dan mana yang racun tikus,” jelas Adian, mengingatkan.
(lihat Sabili Edisi 18 Th XIV 22 Maret 2007 3 Rabi’ul Awal 1428).
Ungkapan “Setiap orang akan masuk surga” itu jelas dusta dan mengingkari ayat-ayat Al-Qur’an. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ(40)
Sesungguhnya orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya,
sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan
tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lobang jarum.
Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat
kejahatan. (QS Al-A’raf/ 7: 40).
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ(6)
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni
ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam;
mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS Al-bayyinah/ 98: 6).
وَنَادَى أَصْحَابُ النَّارِ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ(50)
Dan penghuni neraka menyeru penghuni
surga: “Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah
dirizkikan Allah kepadamu”. Mereka (penghuni surga) menjawab:
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang
kafir, (QS Al-A’raf/ 7: 50).
Sebegitu dahsyatnya Ensiklopedi Nurcholish Madjid
itu dalam menyebarkan faham yang sangat bertentangan dengan Islam.
Ayat-ayat Al-Qur’an sudah jelas benarnya, maka faham dari manapun
datangnya, yang bertentangan dengan Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
itu, berarti jelas-jelas dusta. Tebalnya karya berbentuk ensiklopedi
sampai 4000 halaman itu tidak menambah apa-apa kecuali menambah dusta,
hingga justru menjatuhkan para pembuat dan pengusungnya kepada kubangan
yang di sana umat Islam tidak mau mempercayainya, kecuali orang-orang
yang hatinya buta dari petunjuk belaka.
Buku Harun Nasution berjudul Islam Dipandang dari Berbagai Aspeknya,
diperuntukkan para mahasiswa IAIN ada pernyataan: Agama monotheisme
adalah Islam, Yahudi, Kristen (Protestan dan Katolik) dan Hindu.
(dikutip di buku Ada Pemurtadan di IAIN, halaman 115). Pernyataan Abdul Munir Mulkhan,
wakil Rektor IAIN (UIN) Jogjakarta/ petinggi Muhammadiyah: Surga Tuhan
itu nanti dimungkinkan terdiri dari banyak “kamar” yang bisa dimasuki
dengan beragam jalan atau agama.(Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti
Jenar, hlm 25). Itu bertentangan dengan QS Ali Imran 85: “Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekaliu-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akherat termasuk orang
yang rugi.” (buku APdI hlm 78-79). Zainun Kamal dosen UIN Jakarta
menikahkan Muslimah dengan lelaki Kristen di Hotel Kristal Pondok
Indah Jakarta, Ahad 28 November 2004, yaitu Suri Anggerni dengan Alfin
Siagian. Ini bertentangan dengan QS 60:10, mereka (perempuan muslimah)
tidak halal bagi lelaki-lelaki kafir dan lelaki-lelaki kafir tidak
halal bagi mereka (perempuan muslimah). Orang Kristen ataupun Yahudi
termasuk kafir, karena telah ditegaskan dalam QS Al-Bayyinah ayat 6:
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik
(akan masuk) ke neraka jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu
adalah seburuk-buruk makhluk.” (buku APdI hlm 83).
(Anehnya, Zainun Kamal kini justru diangkat jadi Dekan Fakultas Ushuluddin/ Akidah dan Filsafat UIN Jakarta). Kautsar Azhari Noer seorang dosen UIN Jakarta,
penggema ajaran Ibnu Arabi dan pluralisme agama. Dr Kautsar Azhari Nur
orang liberal dari Paramadina Jakarta ini dalam pidato Debat Fiqih
Lintas Agama di UIN (Universitas Islam Negeri) Jakarta, 15 Januari
2004, berkata: “Akidah itu memang tidak sama. Akidah itu buatan manusia
bukan buatan Tuhan.”[3] Komentara saya: Kalau aqidah itu buatan
manusia, padahal fondasi dalam agama itu justru aqidah, dapatkah agama
Allah yaitu Islam itu fondasinya hanya buatan manusia? Barangkali
perkataan Dr Kautsar itu betul apabila yang dimaksud hanyalah agama
buatan manusia, misalnya agama model Gatoloco dan Darmogandul, suatu
kepercayaan di Jawa yang sangat menghina Islam dengan
perkataan-perkataan porno dan jorok. Tentang aqidah, penjelasan ini
bisa disimak: Wakil Sultan (di Suriah tempat Ibnu Taimiyah bermukim,
pen) bertanya tentang iktikad (Aqidah), maka Ibnu Taimiyah ra berkata:
Aqidah bukan datang dariku, juga bukan datang dari orang yang lebih
dahulu dariku tapi dari Allah SWT dan Rasul-Nya, dan apa yang diijma’i
oleh para salaf umat ini diambil dari kitabullah dan hadits-hadits
Bukhari dan Muslim serta hadits-hadits lainnya yang cukup dikenal dan
riwayat-riwayat shahih dari generasi salaf umat ini.[4] Anggapan pihak
Paramadina bahwa aqidah mereka memang beda, yaitu pluralisme
agama—menyamakan semua agama–, adalah berbeda dengan orang Muslim yang
aqidahnya tegas bahwa hanya Islam lah yang benar. Al-Qur’an menyatakan
sesembahan orang non Islam/ kafir itu bukan sesembahan orang Muslim
dalam surat Al-Kafirun secara diulang-ulang. Tetapi dosen UIN Jakarta
dan Paramadina ini berani mengatakan bahwa muslim tapi aqidahnya
berbeda, yaitu pluralisme agama. Bagaimanapun, keyakinan orang pluralis
bertentangan dengan Islam, di antaranya bertentangan dengan Al-Qur’an
Surat Al-Kafirun.
قُلْ يَاأَيُّهَا الْكَافِرُونَ(1)لَا أَعْبُدُ مَاتَعْبُدُونَ(2)وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ(3)وَلَا أَنَاعَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ(4)وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَاأَعْبُدُ(5)لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ(6)) ,
Katakanlah: “Hai orang-orang yang
kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan
penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah
apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah
Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (QS Al-Kafirun: 1-6). (buku APdI hlm 85-86).
Drs Nuryamin Aini, MA, pengajar Fakultas Syari’ah UIN Jakarta menyudutkan
para ulama (sebenarnya menyudutkan Islam) yang mengharamkan pernikahan
beda agama (Islam dengan non Islam). Penyudutan itu hanya dengan dalih
hasil penelitiannya mengenai anak-anak hasil pernikahan beda agama,
katanya lebih banyak yang ikut ke Islam. Ungkapan yang ditujukan kepada
para ulama namun hakekatnya kepada Islam itu adalah hasil wawancara
Ulil Abshar Abdalla kordinator JIL dengan Nuryamin Aini yang disiarkan
lewat islamlib.com.
Perlu dipertanyakan kepadanya, kalau
anak-anak hasil dari pasangan zina justru banyak yang beragama Islam,
apakah berarti larangan zina dalam Islam itu satu hal yang tidak benar?
Betapa anehnya cara beristinbath (menyimpulkan hukum) model
ngawur-ngawuran dan merusak agama seperti itu.
Dosen-dosen IAIN/ UIN yang tergabung dalam tim penulis Paramadina Jakarta,
menulis buku Fiqih Lintas Agama, 2003, yang sangat merusak aqidah
Islam, dari Tauhid diarahkan ke kemusyrikan dengan istilah pluralisme
agama, dan memutarbalikkan hukum Islam, yang halal diharamkan dan yang
haram dihalalkan. Tim Penulis Paramadina itu sebagian adalah dosen-dosen
UIN Jakarta. Semuanya terdiri 9 orang: Nurcholish Madjid, Kautsar
Azhari Noer, Komarudin Hidayat, Masdar F. Mas’udi, Zainun Kamal, Zuhairi
Misrawi, Budhy Munawar-Rahman, Ahmad Gaus AF dan Mun’im A. Sirry. Buku
yang menjungkir balikkan pemahaman Islam itu telah saya bantah dengan
buku yang berjudul Menangkal Bahaya JIL dan FLA, 2004.
Dalam hal mengacak-acak Islam, ada yang lebih gila lagi.
Journal Relief terbitan UGM (yang advisornya Achmad Mursyidi, dibiayai
pula oleh The Asia Foundation) menyebarkan faham yang sangat
memurtadkan, ditulis di cover belakang majalah/ journal Relief kutipan
pernyataan seorang dosen IAIN Jogjakarta :
“…kenapa kita ribut menyalahkan orang
ateis bahwa ateis adalah musuh orang ber-Tuhan. Padahal Tuhan sendiri
ateis. Ia tidak ber-Tuhan.” (cover belakang Majalah Relief, vol 1, No 2,
Yogyakarta, Mei 2003).
Ungkapan itu bertentangan dengan firman Allah:
لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ(23)
Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai. (QS Al-Anbiya’: 23).
Ungkapan di majalah/ Journal Relief itu
kalau dikaitkan dengan ucapan Iblis maka akan berbunyi : Kenapa saya
(Iblis) disuruh bersujud kepada Adam, toh Tuhan sendiri tidak bersujud
kepada Adam.
Kalau dikaitkan dengan perintah-perintah ibadah, menyembah hanya kepada Allah, maka akan diucapkan: Kenapa saya harus menyembah Allah, toh Allah sendiri tidak menyembah siapa-siapa.
Itulah logika yang lebih kurang ajar daripada Iblis itu sendiri. Na’udzubillaahi min dzaalik![6] (ApdI hlm 40-41).
Kalau dikaitkan dengan perintah-perintah ibadah, menyembah hanya kepada Allah, maka akan diucapkan: Kenapa saya harus menyembah Allah, toh Allah sendiri tidak menyembah siapa-siapa.
Itulah logika yang lebih kurang ajar daripada Iblis itu sendiri. Na’udzubillaahi min dzaalik![6] (ApdI hlm 40-41).
Kenyataan itu bisa dicocokkan pula
dengan Kitab Aqidah Mukmin, Syeikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi di
antaranya membuat satu judul dengan sebutan golongan Iblisiah, walau
keadaannya lebih buruk dibanding iblis. (Abu Bakar Jabir Al-Jazairi,
Aqidah Mukmin, Darul Fikr, Beirut, cetakan pertama, 1995, halaman 277).
Muhidin M. Dahlan dijuluki si pengasap neraka
Di suatu situs, rekan-rekan Muhidin menjulukinya si pengasap neraka. Sebagaimana mereka tulis:
Muhidin M.Dahlan alias Gus Muh alias Si Pengasap. Dia
member yang tidak pernah meracau di multiply karena tidak punya akun
di multiply. Tapi, kami berencana membuatkannya nanti agar dia bisa
ikut gila-gilaan di sini. Gila-gilaan? Wah..sebenarnya dia inilah
member paling gila dengan tulisan-tulisannya yang bikin kepala anggota
MUI dan FPI ngebul karena tersinggung. Kalau gilanya kubugil masih
berupa wacana (meminjam istilah Antie), si pengasap neraka ini sudah
gila beneran. Ayah dua orang anak ini menetap di kota gudeg dan banyak
menulis tentang sejarah dan kebudayaan. Empat novel telah lahir dari
otaknya yang “terganggu” itu. Dia kelahiran tahun 1978.
Demikianlah. Kelompok mereka saja menyebutnya si pengasap neraka dan gila beneran. Seperti apa, di antara tulisannya?
Dalam tulisan tentang Liberalisasi Islam
di Indonesia, Adian Husaini menyoroti seorang liberal yang merusak
hukum Islam, sebagai berikut:
Ketika hukum-hukum yang pasti dirombak,
maka terbukalah pintu untuk membongkar seluruh sistem nilai dan hukum
Islam. Dari IAIN Yogyakarta muncul nama Muhidin M. Dahlan, yang menulis
buku memoar berjudul Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur, yang
memuat kata-kata berikut: “Pernikahan yang dikatakan sebagai
pembirokrasian seks ini, tak lain tak bukan adalah lembaga yang berisi
tong-tong sampah penampung sperma yang secara anarkis telah
membelah-belah manusia dengan klaim-klaim yang sangat menyakitkan.
Istilah pelacur dan anak haram pun muncul dari rezim ini. Perempuan yang
melakukan seks di luar lembaga ini dengan sangat kejam diposisikan
sebagai perempuan yang sangat hina, tuna, lacur, dan tak pantas
menyandang harga diri. Padahal, apa bedanya pelacur dengan perempuan
yang berstatus istri? Posisinya sama. Mereka adalah penikmat dan pelayan
seks laki-laki. Seks akan tetap bernama seks meski dilakukan dengan
satu atau banyak orang. Tidak, pernikahan adalah konsep aneh, dan
menurutku mengerikan untuk bisa kupercaya.” (Buku: Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur: Memoar Luka Seorang Muslimah, SriptaManent dan Melibas, 2005, cetakan ke-7).
Demikianlah dangkalnya pandangan dan
pikiran mereka. Namun sangat berbahaya, karena merusak Islam. Oleh
karena itu, benarlah kata Prof Dr HM Rasjidi salah seorang ketua Dewan
Dakwah, bahwa pemikiran Nurcholish Madjid itu berbahaya karena
sederhana.
Ya, dalam contoh-contoh itu, lantaran
sederhananya, sehingga mereka itu sejajar dengan orang yang tidak mampu
membedakan antara emas dengan kotoran manusia hanya karena sama-sama
warnanya kuning.
Wallahu a’lam bisshawab.
(nahimunkar.com)
Posting Komentar Blogger Facebook