Demam merupakan suatu kondisi yang sering
kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orangtua yang khawatir
ketika buah hatinya terserang demam. Tak jarang, orangtua mengambil
jalan pintas dengan mengandalkan obat penurun panas tiap kali anaknya
mengalami demam. Padahal, tidak setiap kondisi peningkatan suhu serta
merta perlu segera ditangani dengan obat. Untuk itu, perlu kiranya kita
mengenal lebih dekat tentang demam, supaya kita bisa berlaku bijak dalam
menyikapinya.
Demam, Bukanlah Penyakit
Banyak orang yang masih beranggapan bahwa
demam merupakan penyakit. Maka tidak heran jika orangtua merasa sudah
melakukan hal yang benar ketika memberikan obat penurun panas tiap kali
suhu tubuh anaknya meningkat. Padahal, demam bukanlah penyakit yang bisa
langsung sembuh hanya dengan pemberian obat penurun panas. Demam
hanyalah gejala yang muncul untuk menginformasikan bahwa ada sesuatu
yang “tidak beres” di dalam tubuh. Oleh karena itu, demam tentu tidak
bisa diatasi hanya dengan menurunkannya saja, namun harus dicari dan
diatasi apa yang sebenarnya menyebabkan munculnya demam tersebut. Demam
pada anak umumnya disebabkan oleh batuk, pilek, radang tengorokan, diare
(mencret), infeksi telinga tengah, dan penyakit akibat infeksi bakteri,
virus atau kuman lainnya. Demam juga dapat disebabkan oleh dehidrasi
(kekurangan cairan), kelainan darah, atau anak berada di tempat yang
sangat panas.
Demam, Banyak Manfaatnya?
Demam seringkali dianggap sebagai
penyakit sehingga terkesan merugikan dan menyusahkan. Padahal,
sebenarnya banyak sekali manfaat demam bagi tubuh kita. Demam merupakan
respon tubuh terhadap kuman, bakteri, atau virus yang masuk ke dalam
tubuh. Ketika kuman, bakteri, atau virus masuk ke tubuh kita, sel-sel
darah putih dalam tubuh memproduksi hormon interleukin yang kemudian berjalan ke otak untuk memberi perintah kepada hypothalamus
(pusat pengatur suhu di otak) agar menaikkan suhu tubuh. Hal ini
terjadi karena dengan suhu tubuh yang tinggi, sistem pertahanan tubuh
akan meningkat dan lebih mampu memerangi infeksi. Demam juga bermanfaat
karena dapat menurunkan kadar zat besi dalam tubuh, padahal kuman
membutuhkan zat besi untuk hidup dan berkembang. Mekanisme ini dapat
melemahkan kuman penyebab infeksi. Manfaat demam yang lain adalah dapat
meningkatkan produksi interferon dan bahan antivirus lainnya dalam rangka melawan virus yang masuk ke tubuh kita.
Jangan Berlebihan Mengonsumsi Obat
Secara umum, demam yang terjadi pada bayi
dan anak kebanyakan disebabkan oleh infeksi virus yang bisa sembuh
sendiri. Sehingga biasanya obat penurun panas tidak diperlukan, kecuali
jika suhu tubuhnya terus meningkat. Beberapa orangtua seringkali terlalu
cepat memutuskan untuk memberikan obat pada anaknya. Baru panas sedikit
saja, orangtua sudah buru-buru meminumkan obat penurun panas. Padahal,
ada aturan dalam meminumkan obat penurun panas. Obat penurun panas hanya
diperlukan ketika suhu tubuh memang sudah mencapai 38,5°C atau lebih.
Orangtua tidak perlu khawatir ketika anak mengalami demam tapi masih
aktif, lincah, dan tetap doyan makan. Adakalanya tubuh mampu mengatasi,
sehingga demam bisa turun dengan sendirinya tanpa penggunaan obat sama
sekali.
Selain batasan suhu tubuh, orangtua juga
harus memperhatikan waktu pemberian. Obat penurun panas seperti
parasetamol misalnya, hanya boleh diberikan dengan selang waktu 6 jam.
Jika sangat terpaksa, boleh memberikannya dengan selang waktu 4 jam.
Seringkali, orangtua yang tidak faham, langsung saja meminumkan
parasetamol lagi padahal baru 2 jam yang lalu anak sudah minum
parasetamol. Akibatnya, dalam sehari anak meminum penurun panas
berkali-kali hanya karena orangtua khawatir suhu tubuh buah hatinya
tidak kunjung turun. Padahal, selama penyebab demamnya belum teratasi,
demam akan muncul lagi begitu efek obat penurun panasnya hilang.
Biasanya, parasetamol berefek 30 menit setelah pemberian sampai 2 jam
kemudian. Selain parasetamol, obat penurun panas yang biasanya diberikan
adalah ibuprofen. Satu hal yang perlu diingat, sebaiknya menghindari
penggunaan aspirin untuk menurunkan panas pada anak, karena
dikhawatirkan muncul efek samping yang berat.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Banyak hal yang sebenarnya bisa kita
lakukan ketika anak mengalami demam. Tindakan sederhana ini bisa
dilakukan di rumah dan insya Allah bermanfaat dalam menangani demam anak
kita:
- Ukur suhu tubuh anak menggunakan termometer setiap 4 jam sekali. Pengukuran bisa dilakukan di ketiak, mulut, telinga, atau dubur. Jangan hanya mengandalkan rabaan telapak tangan pada permukaan tubuh anak, karena bisa jadi teraba hangat tapi sebenarnya suhu tubuh anak sudah sangat tinggi.
- Hindarkan anak dari pakaian tebal, jaket, atau selimut, karena justru akan mempersulit hilangnya panas dari tubuh anak kita. Ganti pakaian anak dengan pakaian yang tipis, longgar, dan nyaman dipakai.
- Berikan anak lebih banyak cairan (air minum, jus buah, kuah sayur), supaya tidak terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan. Pada bayi atau anak yang masih menyusu, berikan ASI sesering mungkin.
- Usahakan agar anak mau makan. Suapi anak dengan makanan yang dia sukai dan tentunya pilih yang mudah dicerna.
- Beri kesempatan anak untuk beristirahat dengan tenang. Istirahat yang cukup sangat diperlukan untuk memulihkan kondisi tubuhnya yang lemah.
- Ciptakan kondisi yang sejuk di sekitar anak, dan hindarkan udara atau hawa panas dari anak kita. Pastikan ruangan anak dalam keadaan bersih dan sirkulasi udaranya lancar. Jika perlu, ganti sprei dan sarung bantal-guling dengan yang bersih,
- Jika suhu tubuh anak sangat panas, kompres dengan air hangat pada bagian kening, ketiak leher, dan lipatan paha. Hindarkan mengompres dengan air dingin, hal ini akan menyebabkan tubuh makin menggigil untuk menaikkan suhunya karena mengira suhu di luar tubuhnya lebih dingin. Jika kondisi anak masih memungkinkan (tidak dalam kondisi yang sangat lemah), bisa juga dengan merendam anak pada ember atau bak yang sudah diisi dengan air hangat.
- Waspadai terjadinya kejang, apalagi jika sebelumnya anak pernah kejang ketika demam. Segera turunkan demam anak, jangan sampai peningkatan suhu tubuh tersebut memicu terjadinya kejang. Namun orangtua tidak perlu khawatir berlebihan, mengingat kejadian demam yang sampai menyebabkan kejang sangat jarang.
- Berikan obat penurun panas jika suhu tubuh anak mencapai 38,5°C atau lebih, dan anak kelihatan rewel atau tidak nyaman. Untuk itu, perlu kiranya orangtua mempunyai persediaan obat penurun panas di kotak obat. Pemberian obat penurun panas harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan dokter. Dosis obat pada anak lebih tepat jika dihitung dengan berpatokan pada berat badan (bukan usia). Oleh karena itu, tanyakan dosis obat pada dokter atau apoteker sebelum meminumkannya pada anak.
Meskipun nampaknya sepele, demam pada
anak bisa membuat orangtua panik. Kurangnya pengetahuan tentang demam
membuat orangtua langsung saja membawa anak ke dokter, padahal banyak
hal yang bisa dilakukan dalam menghadapi demam. Menolong anak sesegera
mungkin ketika terjadi demam merupakan cara yang terbaik. Bahkan,
seringkali penanganan yang tepat dapat mempercepat pemulihan kondisi
anak. Paling tidak, orangtua bisa memantau perkembangan kondisi anak dan
membuat anak merasa lebih nyaman.
Jika dalam waktu 3 hari demam belum
membaik atau anak kelihatan sangat lemah, segera bawa ke tempat
pelayanan kesehatan terdekat. Ceritakan kondisi anak sedetail mungkin
pada dokter yang memeriksa, seperti kapan mulai demam, apakah demamnya
naik turun atau demam tinggi yang hanya turun ketika diberi obat penurun
panas, apakah disertai muntah atau mimisan, apakah anak diare atau
justru sulit buang air besar. Informasi dari orangtua sangat bermanfaat
bagi dokter dalam menegakkan diagnosis dan menentukan pilihan terapi.
Semoga penjelasan tentang demam ini bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan kita dalam menjaga kesehatan keluarga.
Penulis: dr. Avie Andriyani (dimuat di majalah As Sunnah edisi 12/XIV/1432H/2011M)
Referensi:
- Sumarmo S, Buku Infeksi dan Penyakit Tropis Edisi 1, Tahun 2002, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
- Dr. Tony Smith, dr. Sue Davidson (editor). Demam pada Anak-anak. Buku “Dokter di Rumah Anda” (terjemahan). Tahun 2009. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
Posting Komentar Blogger Facebook