Pasukan
tentara Muslim pada era keemasan Islam dikenal sangat tangguh dan kuat.
Tak heran jika kekuatan pasukan tentara Islam sangat disegani lawan dan
ditakuti lawan. Risalah kemiliteran berbahasa Arab mencatat, pasukan
militer Muslim sempat meraih dua kesuksesan terbesar dalam sejarah
peradaban Islam. Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya
bertajuk Islamic Technology: An Illustrated History mengungkapkan,
sebelum Dinasti Usmani Turki menjadi adikuasa dunia, tentara Muslim di
era kejayaan Islam sempat meraih dua kemenangan terbesar dalam sejarah,
yakni penaklukan Arab pada abad ke-7 M atau abad satu Hijriah serta
kemenangan pasukan tentara Dinasti Ayyubiya dan Mamluk pada abad ke-12
dan ke-7 M.
Salah
satu faktor penting yang membuat pasukan tentara Muslim begitu kuat dan
hebat, karena ditopang dengan persenjataan yang lengkap dan canggih
pada zamannya seperti pedang, tombak, panah, perisai dan tongkat
kebesaran.
Pedang
Pedang
merupakan senjata utama serdadu Muslim, baik infanteri maupun kavaleri.
Pedang digunakan untuk pertahanan pribadi, adu pedang dan pertempuran
tunggal. Pedang merupakan salah satu senjata yang paling dihormati
bahkan seringkali diberi nama. "Kami mempunyai beberapa catatan mengenai
hal ini dari periode awal Islam. Tetapi masih belum bisa diidentifikasi
adanya sejenis pedang khas Islam, karena panjang, bentuk dan
konstruksinya berbeda-beda dari satu daerah ke daerah lain," tutur
al-Hassan Hill. Menurut al-Hassan, dahulu di Semenanjung Arab, panjang
pedang menjadi salah satu tanda pengenal anggota suku. Salah satu jenis
pedang ternama bernama Scimitar lengkung. Pedang ini kerap kali disebut
sebagai senjata khas Umat Muslim. Dalam manuskrip Arab tertulis bahwa
pedang ini muncul belakangan.
"
Pedang itu diperkirakan pertama kali dipakai pada abad ke-8 H atau ke-14
M, waktu pastinya tidak diketahui," kata al-Hassan dan Hill. Selain
itu, juga dikenal pedang lurus Abbasiyah, yang pada bilahnya tertulis
tanggal pada abad ke-9 M, merupakan jenis pedang yang paling banyak
digunakan di negeri-negeri Islam pada abad pertengahan. Pedang ini juga
banyak dicontohkan dalam ilustrasi-ilustrasi dan dipamerkan di
museum-musem, salah satunya di Topkapi Sarayi Muzesi, Istanbul.
Al-Hassan dan Hill menjelaskan bilah pedang (nasl) mempunyai satu sisi
yang tajam (syafra), melengkung sepanjang satu rentangan (sekitar 22
sentimeter) ke bagian ujungnya (dhu'aba).
Bagian
yang melengkung itu disebut midrab (dada), karena bagian ini yang
digunakan untuk menyerang lawan. Sedangkan bagian punggung (matn)
kadang-kadang sedikit melengkung ke arah midrab (dada). Sedangkan,
pangkal pedang yang dalam bahasa Arab disebut maqbid atau nasab
mempunyai kepala atau ujung berbentuk bola (saylan) dan sebuah bentukan
melintang (kulab), pangkal pedang terbuat dari baja, gading, kayu hitam
(ebony) atau bahan-bahan keras lainnya.
Tombak (rumh)
Selain
pedang, senjata utama pasukan tentara Muslim adalah tombak. Menurut
al-Hassan, tombak merupakan alat perang yang sangat banyak digunakan di
dunia Islam. Salah satunya tombak dengan kepala yang berukir dari Persia
sekitar abad ke-8 M. Tombak iitu, kini berada di Museum Victoria dan
Albert, London. ''Tombak merupakan alternatif pengganti pedang karena
harganya relatif lebih murah dibanding pedang,'' tutur al-Hassan. Tombak
bisa dibuat dengan memasang kepala tombak yang terbuat dari besi pada
sebuah tongkat dari batang pohon. Namun, ada tombak yang harganya mahal,
yakni tombak panjang dari kayu yang bermutu tinggi, dengan kepala
tombak yang terbuat dari baja Damaskus. ''Batang-batang tombaknya
terbuat dari bambu. Tombak ini diberi nama qanat. Namun, karena harganya
yang mahal, masyarakat kelas bawah tak mampu membelinya,'' ungkap
al-Hassan.
Al-Hassan
menjelaskan, panjang sebuah tombak bervariasi. Paling pendek tak lebih
dari dua meter dan yang paling panjang sekitar tujuh meter atau lebih.
Tombak memiliki beberapa bagian utama yang terdiri dari batang (matn),
kepala (sinan) dengan rongga (tsa'laba) untuk memasukkan tongkat, dan
penutup dari logam (zujj) di ujung bawah batang. "Instruksi tertulis
pemakaian tombak disusun oleh beberapa ahli furusiyya pada zaman Mamluk,
dengan judul kolektif bunud (tunggal: band)," kata al-Hassan dan Hill.
Menurut dia, Najm Al-Din meringkas aturan-aturan penyerangan dalam 72
bunud. Ia menjelaskannya secara terperinci bagaimana cara memegang dan
memiringkan tombak ketika menyerang lawan.
Pasukan
tentara Muslim juga biasa menggunakan sejumlah alat perang lainnya,
seperti Javelin, yakni sejenis tombak ringan yang dilempar. Tombak ini
merupakan tombak yang biasa dipakai dalam olahraga lempar lembing, namun
terkadang juga digunakan sebagai misil. Selanjutnya ada pisau
(khanjar), yang biasanya disimpan pasukan tentara Muslim di pinggang
atau di balik pakaian.Selain itu, adapula dua macam perisai, yakni
daraqa yang terbuat dari kulit binatang dan kayu atau logam turs. Dan
terakhir tongkat kebesaran yang terbuat dari besi atau baja dengan ujung
berbentuk kubus, diletakkan di bawah sanggurdi.
Kehebatan Panah Tentara Islam
Para
pembesar Muslim, banyak menggunakan panah, dan mereka sangat handal
menggunakannya. Berkat keandalannya dalam membidik dan memanah, mereka
pun menjadi tersohor. Dalam dunia Islam, papar al-Hassan, mereka yang
menggunakan panah dalam perang mendapatkan penghormatan tinggi. Tak
hanya itu, para perajin panah, busur dan perlengkapan penunjangnya juga
sangat dihormati. "Inilah yang membedakan seni memanah Islam dengan
Barat," kata al-Hassan dan Hill. Menurut al-Hassan, Pasukan Muslim
menggunakan dua jenis panah, yakni panah kayu dan panah komposit. Panah
komposit merupakan tipe standar dalam ketentaraan Muslim sejak awal
penaklukan hingga masa Renesans dan seterusnmya. Panah jenis ini
mempunyai sejarah yang panjang dan telah dikenal sejak zaman Mesir Kuno.
Al-Hassan
memperkirakan, senjata ini menyusup ke gudang senjata Islam pada saat
penaklukan Sassaniyyah Iran. Bentuk panah selalu berubah seiring dengan
waktu dan perubahan daerah pembuatan, namun panah komposit Mamluk Syria
pada abad ke-14 M merupakan jenis panah paling umum yang digunakan
sebagai senjata ampuh pasukan kerajaan Ayyubiyah dan Mamluk. Sebelum
ditemukannya senjata api, panah merupakan alat perang yang sangat
berguna dan dijamin sangat mematikan. Untuk itu, dibutuhkan keterampilan
dalam pembuatannya. Dalam panah terdapat busur yang terdiri dari bagian
inti yang terbuat dari kayu, diperkuat dengan tanduk pada sisi yang
menghadap ke pemanah dan lapisan luarnya terbuat dari tali urat.
Busur
memiliki sifat refleks, yakni arah lengkungannya sebelum direnggangkan
berlawan dengan arahnya setelah peregangan. Ketika diikat, busur itu
secara langsung mendapat tekanan dari tali urat dan tanduk sehingga
menambah tenaga cukup besar pada senjata itu. Sedangkan senar busur
biasanya terbuat dari sutra. Menurut al-Hassan dan Hill, pada era
keemasan Islam anak panah terbuat dari buluh atau kayu. Namun, bahan
buluhlah yang paling banyak disukai. Bagian kepalanya dibuat dalam
berbagai bentuk dan ukuran tergantung tujuan penggunaan. Sedangkan
bagian ekor, biasanya dibuat cukup kecil untuk mengurangi gesekan dengan
udara, yang terbuat dari bulu burung pemangsa seperti elang.
Peralatan
penunjang lainnya adalah kantong anak panah (ja'aba atau kirana) dan
cincin-ibuj ari yang digunakan untuk menarik panah. Senjata ini memiliki
daya jangkau lebih dari 500 meter dan dapat menembus baju besi dari
jarak 150 meter, jika anak panah dipasangi kepala berbentuk penampang
segitiga. Penggunaan senapan panah (crossbow) atau dalam bahasa arab
disebut qaws al-rijl atau zanburak dalam bahasa Persia dan Turki, belum
tersebar luas dalam dunia Islam hingga abad ke-6 H atau ke-12 M. Senaata
ini lebih cocok untuk digunakan pada medan pertempuran. Pada akhir abad
pertengahan, orang-orang Muslim Spanyol lebih menyukai senjata ini.
Salah satu tipenya mempunyai sanggurdi di ujung batangnya, kaki
diletakkan pada sanggurdi dan senarnya ditarik dengan sebuah pengait.
Untuk model panah kayu dan komposit apakah ada gambarnya?
BalasHapus