Kalo ditanya soal bandar udara internasional pertama pasti jawaban anda
Bandara Soekarno-Hatta kalo gak Bandara Halim Perdana Kusuma. Tapi
ternyata jawaban itu salah loh. Ternyata bandar udara internasional
pertama di Indonesia itu adalah Bandar Udara Kemayoran. Kamu ga percaya
kan? Nah kalo ga percaya ini dia buktinya :
Pada tahun 1950-an setelah selesai perang kemerdekaan, pengelolaan penerbangan sipil dan pelabuhan udara langsung dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1958 dikelola oleh Djawatan Penerbangan Sipil.
Antara tahun 1960 pengelolaan Bandara Kemayoran diserahkan kepada BUMN yang diberi nama Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran. Untuk ini, pemerintah menanam modal awal sebesar Rp 15 Juta Rupiah pada masa itu. Selanjutnya pemerintah menambah modal dengan mengalihkan bangunan terminal, bangunan penunjang lain, runway, taxiway, apron, hanggar dan peralatan operasional. Sampai akhir beroperasi pada tahun 1984 pengelolaan dilakukan oleh Perum Angkasa Pura I setelah berganti nama sesuai perkembangan.
Sebagai bandara, Kemayoran banyak disinggahi pesawat dalam penerbangan domestik dan internasional. Karena semakin padat, pemerintah memindahkan jalur internasional ke Bandara Halim Perdanakusuma yang resmi dibuka pada 1 Januari 1960. Kesibukan bandara itu, pada saat itu hanya ditandingi oleh Bandara Sepinggan di Balikpapan, yang saat itu ramai dalam kegiatan pertambangan, perminyakan dan perkayuan.
Selain itu, beberapa peristiwa kelam juga mewarnai pengoperasian bandara ini. Antara lain pesawat Beechcraft yang kecelakaan ketika mendarat, kemudian Convair-340 yang mendarat tanpa roda, pesawat DC-3 Dakota yang terbakar dan pesawat DC-9 yang mengalami patah badan ketika mendarat di landasan. Kemudian pesawat Fokker F-27 yang ketika tinggal landas menukik dan membelok kebawah hingga hancur terbakar dalam penerbangan latihan. Tercatat pula pesawat yang tidak pernah kembali setelah lepas landas dari bandara Kemayoran.
Bandara Kemayoran juga dikenal dan menyebut-nyebut Bandara Kemayoran dalam salah satu episode cerita dalam komik Tintin yakni Penerbangan 714 ke Sydney(Flight 714 To Sydney), dengan menampilkan menara pemandu lalu lintas (tower) Kemayoran.
Setelah dihentikan kegiatan operasionalnya, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No 31 tahun 1984, untuk menghindarkan perebutan kewenangan antar instansi terhadap areal bekas bandara itu, berdasarkan peraturan itu, kekayaan negara yang merupakan sebagian modal Perum Angkasa Pura I ditarik kembali sebagai kekayaan negara.
Untuk pemanfaatan lebih lanjut, maka dibentuklah Badan Pengelola Komplek Kemayoran (BPKK) berdasarkan Keputusan Presiden RI no. 53 Tahun 1984 jo Keppres No. 73 tahun 1999. Sebagai pelaksana, diunjuklah DP3KK yang melaksanakan pembangunan dengan memanfaatkan pihak swasta di Indonesia. Pembangunan dimulai pada 1990-an dengan rumah susun sederhana ditahun 1988 di bekas Apron bandara dengan nama jalan-jalan yang mengambil nama pesawat seperti Jl. Dakota. Kemudian pembangunan kondominium dan proyek kotabaru Kemayoran yang sempat menuai masalah. Juga sempat diselenggarakan proyek Menara Jakarta (Jakarta Tower) dengan ketinggian 558 meter di depan gedung perkantoran PT Jakarta International Trade Fair Corporation. Namun rencana ini kandas karena badai Krisis Asia pada tahun 1990. Bahkan ironisnya, pada saat krisis ekonomi tersebut, menara ini dijuluki masyarakat sebagai Menara Kesenjangan.
Selain itu, di bekas Bandara Kemayoran juga diselenggarakan Jakarta Fairground Kemayoran (JFK) yang dulu dikenal sebagai Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang sebelumnya diselenggarakan di taman Monumen Nasional (Monas) Jakarta yang diselenggarakan setiap hari ulang tahun DKI Jakarta setiap 22 Juni.
Rencana lain, kawasan ini adalah dijadikan sebagai kawasan hutan wisata yang selanjutnya akan dijadikan sebagai suaka margasatwa atau bird sanctuary bagi burung-burung di kawasan ini, namun karena banyaknya proyek konstruksi, maka kawasan bird sanctuary ditempatkan di Pulau Rambut, salah satu dari gugusan Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta. Suaka Margasatwa ini juga akan memelihara menara pemandangan serta bekas tower bandara yang akan dipertahankan sebagai kawasan situs bersejarah bahwa dahulunya tempat ini adalah Bandara Internasional.
Sementara dua landasan pacu tetap dipertahankan sebagai jalan utama dengan median (pembatas jalan) yang tidak permanen untuk sewaktu waktu digunakan sebagai landasan pacu guna kepentingan militer karena struktur landasannya yang menggunakan konstruksi standar landas pacu bandara internasional yang kuat. Pada bekas landas pacu utara-selatan diberi nama Jalan Benyamin Sueb, nama seorang tokoh dan artis serbabisa kelahiran Jakarta yang merupakan warga asli Kemayoran, oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta.
Bandar Udara Internasional Kemayoran merupakan bandar udara pertama di Indonesia yang dibuka untuk penerbangan internasional. Bandara
ini dibangun pada tahun 1901 dan secara resmi dibuka pada tanggal 1 Januari 1910 meski mulai tanggal 6 Juli 1910 tercatat bandara ini sudah mulai beroperasi dimulai
dengan pesawat pertama yang mendarat jenis DC-3 Dakota
milik perusahaan penerbangan Hindia Belanda,
KNILM (Koningkelije Nederlands Indische Luchtvaart Maatschapij). Tercatat pesawat ini beroperasi di Kemayoran sampai akhir beroperasi. Bandara Kemayoran dengan kode KMO ini berhenti beroperasi pada 1 Januari 1983 dan resmi berhenti beroperasi pada tanggal 1 Juni 1984. Sedangkan Bandara Internasional Soekarno-Hatta dibuka secara resmi pada tanggal 1 Januari 1984 untuk menggantikan Kemayoran dan Bandara Halim Perdanakusuma yang kemudian digunakan sebagai pangkalan militer dan VVIP serta bandara sipil terbatas.
KNILM (Koningkelije Nederlands Indische Luchtvaart Maatschapij). Tercatat pesawat ini beroperasi di Kemayoran sampai akhir beroperasi. Bandara Kemayoran dengan kode KMO ini berhenti beroperasi pada 1 Januari 1983 dan resmi berhenti beroperasi pada tanggal 1 Juni 1984. Sedangkan Bandara Internasional Soekarno-Hatta dibuka secara resmi pada tanggal 1 Januari 1984 untuk menggantikan Kemayoran dan Bandara Halim Perdanakusuma yang kemudian digunakan sebagai pangkalan militer dan VVIP serta bandara sipil terbatas.
Bandara
ini memiliki dua landasan pacu yang bersilangan, yakni
landasan pacu utara-selatan (17-35) dengan ukuran 2.475 x 45 meter dan landasan
pacu barat-timur (08-26) dengan ukuran 1.850 x 30 meter
Bandara
Internasional Kemayoran dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda dipercayakan kepada
KNILM sampai masa pendudukan Jepang, Maret
1942
sampai tahun 1945 (selama Perang Dunia II) diambil alih pemerintah Jepang. Kemudian
bandara ini dikelola atau dioperasikan oleh pendudukan sekutu/pemerintah
NICA-Belanda selama perang kemerdekaan Indonesia, karena pada saat itu pemerintah
Indonesia berkedudukan di Yogyakarta.Pada tahun 1950-an setelah selesai perang kemerdekaan, pengelolaan penerbangan sipil dan pelabuhan udara langsung dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1958 dikelola oleh Djawatan Penerbangan Sipil.
Antara tahun 1960 pengelolaan Bandara Kemayoran diserahkan kepada BUMN yang diberi nama Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran. Untuk ini, pemerintah menanam modal awal sebesar Rp 15 Juta Rupiah pada masa itu. Selanjutnya pemerintah menambah modal dengan mengalihkan bangunan terminal, bangunan penunjang lain, runway, taxiway, apron, hanggar dan peralatan operasional. Sampai akhir beroperasi pada tahun 1984 pengelolaan dilakukan oleh Perum Angkasa Pura I setelah berganti nama sesuai perkembangan.
Sebagai bandara, Kemayoran banyak disinggahi pesawat dalam penerbangan domestik dan internasional. Karena semakin padat, pemerintah memindahkan jalur internasional ke Bandara Halim Perdanakusuma yang resmi dibuka pada 1 Januari 1960. Kesibukan bandara itu, pada saat itu hanya ditandingi oleh Bandara Sepinggan di Balikpapan, yang saat itu ramai dalam kegiatan pertambangan, perminyakan dan perkayuan.
Di Bandara
Kemayoran, tercatat dilaksanakannya pameran udara (Air Show). Pameran kedirgantaraan
pertama dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 1940 tepat pada hari ulangtahun Raja Belanda.
Kemudian pada bulan Juni 1984, setelah bandara tidak dioperasikan,
diselenggarakan Indonesian Air Show (Pameran kedirgantaraan Indonesia) yang
pertama. Sedangkan pameran kedirgantaraan Indonesia yang kedua pada bulan Juni
1996, diselenggarakan di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng.
Bandara Kemayoran mengalami
masa fase-fase bersejarah Indonesia dari masa pemerintahan Hindia Belanda,
pendudukan Jepang hingga kemerdekaan Indonesia (Orde Lama, dan Orde Baru), terutama sekali di dunia
penerbangan. Dari pesawat-pesawat sipil hingga pesawat militer mulai awal
perkembangannya dengan bermesin piston, propeler hingga turbojet mendarat di
sini. Misalkan tercatat pesawat jenis Fokker
dari mulai Fokker F-VIIb-3 dengan mesin torak, Fokker Friendship dengan mesin
turbo hingga Fokker F-28 yang bermesin jet mendarat di sini. Kemudian pesawat
jenis DC-3 Dakota yang tercatat mendarat dan terbang dari sejak awal dan akhir
dioperasikannya bandara ini. Serta hadirnya pesawat berbadan lebar generasi
awal seperti Boeing 747 seri 200, DC-10 dan Airbus A-300.Selain itu, beberapa peristiwa kelam juga mewarnai pengoperasian bandara ini. Antara lain pesawat Beechcraft yang kecelakaan ketika mendarat, kemudian Convair-340 yang mendarat tanpa roda, pesawat DC-3 Dakota yang terbakar dan pesawat DC-9 yang mengalami patah badan ketika mendarat di landasan. Kemudian pesawat Fokker F-27 yang ketika tinggal landas menukik dan membelok kebawah hingga hancur terbakar dalam penerbangan latihan. Tercatat pula pesawat yang tidak pernah kembali setelah lepas landas dari bandara Kemayoran.
Bandara Kemayoran juga dikenal dan menyebut-nyebut Bandara Kemayoran dalam salah satu episode cerita dalam komik Tintin yakni Penerbangan 714 ke Sydney(Flight 714 To Sydney), dengan menampilkan menara pemandu lalu lintas (tower) Kemayoran.
Setelah dihentikan kegiatan operasionalnya, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No 31 tahun 1984, untuk menghindarkan perebutan kewenangan antar instansi terhadap areal bekas bandara itu, berdasarkan peraturan itu, kekayaan negara yang merupakan sebagian modal Perum Angkasa Pura I ditarik kembali sebagai kekayaan negara.
Untuk pemanfaatan lebih lanjut, maka dibentuklah Badan Pengelola Komplek Kemayoran (BPKK) berdasarkan Keputusan Presiden RI no. 53 Tahun 1984 jo Keppres No. 73 tahun 1999. Sebagai pelaksana, diunjuklah DP3KK yang melaksanakan pembangunan dengan memanfaatkan pihak swasta di Indonesia. Pembangunan dimulai pada 1990-an dengan rumah susun sederhana ditahun 1988 di bekas Apron bandara dengan nama jalan-jalan yang mengambil nama pesawat seperti Jl. Dakota. Kemudian pembangunan kondominium dan proyek kotabaru Kemayoran yang sempat menuai masalah. Juga sempat diselenggarakan proyek Menara Jakarta (Jakarta Tower) dengan ketinggian 558 meter di depan gedung perkantoran PT Jakarta International Trade Fair Corporation. Namun rencana ini kandas karena badai Krisis Asia pada tahun 1990. Bahkan ironisnya, pada saat krisis ekonomi tersebut, menara ini dijuluki masyarakat sebagai Menara Kesenjangan.
Selain itu, di bekas Bandara Kemayoran juga diselenggarakan Jakarta Fairground Kemayoran (JFK) yang dulu dikenal sebagai Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang sebelumnya diselenggarakan di taman Monumen Nasional (Monas) Jakarta yang diselenggarakan setiap hari ulang tahun DKI Jakarta setiap 22 Juni.
Rencana lain, kawasan ini adalah dijadikan sebagai kawasan hutan wisata yang selanjutnya akan dijadikan sebagai suaka margasatwa atau bird sanctuary bagi burung-burung di kawasan ini, namun karena banyaknya proyek konstruksi, maka kawasan bird sanctuary ditempatkan di Pulau Rambut, salah satu dari gugusan Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta. Suaka Margasatwa ini juga akan memelihara menara pemandangan serta bekas tower bandara yang akan dipertahankan sebagai kawasan situs bersejarah bahwa dahulunya tempat ini adalah Bandara Internasional.
Sementara dua landasan pacu tetap dipertahankan sebagai jalan utama dengan median (pembatas jalan) yang tidak permanen untuk sewaktu waktu digunakan sebagai landasan pacu guna kepentingan militer karena struktur landasannya yang menggunakan konstruksi standar landas pacu bandara internasional yang kuat. Pada bekas landas pacu utara-selatan diberi nama Jalan Benyamin Sueb, nama seorang tokoh dan artis serbabisa kelahiran Jakarta yang merupakan warga asli Kemayoran, oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta.
Sumber : Wikipedia.org
(c)
BalasHapus