0 Comment
Rabb kita bersumpah dengan waktu agar kita mengetahui nilainya, dan agar kita memeliharanya, serta kita tidak mempergunakan waktu itu kecuali untuk kebaikan.
Usia yang Anda jalani ini, wahai hamba, adalah ladang yang kelak akan Anda petik hasilnya di negeri akhirat. Jika Anda menanaminya dengan kebaikan dan amal shalih, maka akan Anda memetik buahnya berupa kebahagiaan dan keberuntungan, serta Anda dengan izin Allah termasuk di antara orang-orang yang diseru di negeri akhirat:
“Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (QS. Al-Haaqqah: 24)
Sebaliknya, jika Anda menyia-nyiakannya dengan hal-hal yang melalaikan dan menanaminya dengan kemaksiatan dan pelanggaran, maka Anda akan menyesal pada hari di mana penyesalan tidak berguna sama sekali, dan Anda akan berangan-angan sekiranya bisa dikembalikan ke dunia lagi pada hari Kiamat.
Allah berfirman:
“Dan mereka berteriak di dalam Neraka itu, ‘Ya Rabb kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang shalih berlainan dengan yang telah kami kerjakan…’”(QS. Faathir: 37)
Maka dikatakan kepadamu:
“Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan maka rasakanlah (adzab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zhalim seorang penolong pun.” (QS. Faathir: 37)
Yakni, bukankah Kami telah menjadikan kalian memiliki usia yang panjang?
Usia yang panjang adalah hujjah.
Allah telah memberikan kesempatan kepada hamba yang dihidupkan-Nya hingga 60 atau 70 tahun.
Siapa saja yang merenungkan maka ia akan mengerti bahwa kehidupan kita ini terbatas dan bisa dihitung dengan tahun dan hari, bahkan dengan jam dan detik, tanpa kita bisa menambah satu detik pun. Usia kita ini pendek bila dibandingkan dengan umur umat-umat terdahulu yang berusia ratusan tahun. Seseorang dari mereka ada yang hidup seratus tahun atau lebih, bahkan hingga seribu tahun.
Adapun umat ini, maka usianya sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Muhammad:
“Umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan hanya sedikit dari mereka yang melampaui usia itu.”1
Seandainya seseorang hidup berusia 60 tahun, 20 tahun darinya dipakai untuk tidur (dengan asumsi seseorang tidur 8 jam sehari), 15 tahun sebelum baligh, 5 tahun untuk makan dan bersantai. Yang tersisa tinggal 20 tahun yang mencakup waktu-waktu untuk bekerja. Demikianlah, tidak diragukan lagi.
Jadi berapa tahunkah ibadah yang kita alokasikan dari “dunia” kita?
Walaupun kita andaikan usia kita seluruhnya adalah untuk ibadah, yaitu 60 tahun, maka itu pun hanya setara dengan tiga menit saja bila dibandingkan dengan hari Kiamat yang seharinya adalah “seratus ribu tahun.” (dalam surat al-Hajj ayat 47: ‘….Sesungguhnya sehari di sisi Rabb-mu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”)
Saudaraku yang tercinta!
Seandainya manusia hidup selama 60 tahun, dan ia menyia-nyiakan satu jam dalam sehari, niscaya dia datang pada hari Kiamat dengan membawa tiga tahun yang hampa tanpa terisi satu kebajikan pun. Demikian pula sekiranya dia meyia-nyiakan dua jam, berarti ada enam tahun yang kosong dari kebaikan, bahkan mungkin terisi amal-amal keburukan.
Kita berlindung kepada Allah dari kehinaan.
Berapa jamkah dalam sehari semalam, waktu yang diperuntukkan bagi Allah? Dan berapa jamkah yang diperuntukkan bagi dunia? Sebenarnya, seorang yang shalih di antara kita, jika ia melaksanakan shalat lima waktu dalam waktu satu jam misalnya, dan satu jam lainnya ia gunakan untuk membaca Al-Qur’an, shalat-shalat sunnah atau selainnya, maka yang tersisa adalah 22 jam. Waktu yang cukup lama itulah yang hilang setiap harinya untuk komunikasi, bepergian, kunjungan, pertemuan, pesta, menyimak informasi, bekerja, makan, minum, tidur, istirahat, dan bercengkrama.
Kalau begitu, tidak ada lagi di hadapan kita, wahai saudaraku, kecuali kita harus mencari amalan-amalan syar’iyah yang dapat memperpanjang usia kita, melipatgandakan amal-amal kebajikan kita dalam usia yang pendek ini, yang kebanyakannya tersia-siakan untuk berbagai urusan duniawi.

Disadur dari buku “31 Tuntunan Hidup Berkah & Panjang Umur ala Nabi Sallallahu alayhi wa sallam” oleh ‘Amir bin Muhammad al-Mudari, terbitan Pustaka Ibnu ‘Umar
_________________
Catatan kaki:
[1] Hadits hasan, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (Silsilah ash-Shahiihah (II/397))

Posting Komentar Blogger

 
Top