Hidayah merupakan nikmat yang paling berharga dalam kehidupan ini.
Setiap muslim sejati pasti mendambakan hidayah. Dengan hidayah itu, ia
akan berbahagia dalam kehidupan dunia yang sedang dijalaninya dan dalam
kehidupan akhirat yang kelak akan dihadapinya. Sehingga seorang muslim
harus senantiasa meminta hidayah kepada Allah, di samping itu ia pun
sudah semestinya mengenal perkara-perkara yang akan menghalangi hidayah
itu sampai kepadanya. Berikut ini adalah beberapa perkara penghalang
hidayah.
1. Lemahnya Ilmu
Ilmu adalah cahaya, ia akan menjadikan yang haq nampak haq dan yang
batil nampak batil. Orang yang bodoh seperti orang yang memandang dalam
kegelapan; tidak terlihat olehnya kebenaran, dan keburukan pun kabur
tiada ketahuan. Bahkan bisa terjadi yang berkebalikan; hidayah dianggap
sebagai kesesatan (dan sebaliknya), sunnah dianggap bid’ah (dan
sebaliknya), dan kawan dianggap lawan (dan sebaliknya). Sampai-sampai
karena kebodohannya, seseorang bisa fanatik terhadap kesesatan.
2. Ilmu yang Tidak Diamalkan
Ilmu yang tak diamalkan adalah seperti pohon tanpa buah. Tiada yang
dapat dipetik sang pemilik kecuali kelelahan dalam menanam dan
merawatnya. Tidak sedikit manusia yang memiliki pengetahuan yang
sempurna, akan tetapi dia meninggalkannya begitu saja. Ilmu tanpa
diamalkan, tak kan pernah merasuk ke dalam hati, tak kan pula mampu
menerangi jiwa. Bahkan hanya akan mempercepat kematian hati. Sedangkan
hati yang mati ibarat batu, seberapa pun air (nasihat) yang disiramkan
niscaya tertolak dan tak bermanfaat.
3. Hasad dan Sombong
Sikap dengki muncul karena ketidaksukaan melihat orang lain menerima
karunia, sedangkan kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan
orang lain. Kedengkian dan kesombongan adalah rintangan yang menutup
pintu bagi datangnya penerimaan terhadap kebenaran. Meski dia tahu bahwa
kebenaran itu telah terang tanpa kesamaran. Itulah sikap Iblis, Yahudi,
Nasrani, kafir Quraisy, dan siapa saja yang mengekornya.
4. Takut Kehilangan Jabatan
Seperti Heraklius di akhir pembicaraannya dengan Abu Sufyan, dia
mengatakan, “Jika apa yang engkau katakan itu benar, niscaya dia akan
menguasai tanah yang aku injak ini, dan kalau saja aku bisa selamat
untuk menemuinya niscaya dengan susah payah aku akan menjumpainya, kalau
saja aku berada di sisinya, niscaya akan aku basuh kedua telapak
kakinya.” Namun ia tetap bertahan dengan kekafirannya lantaran takut
kehilangan jabatan. Demikian pula yang terjadi dengan Fir’aun, Haman,
dan Qarun di zaman Nabi Musa.
5. Cinta Syahwat dan Harta Benda
Dunia dengan segala perhiasan yang mengisinya, sering menjadikan
seseorang buta dan tumpul pikirannya. Tidak jarang kebenaran yang datang
ditolaknya karena lebih mementingkan kecintaannya terhadap syahwat dan
harta benda. Kala itu, timbangan kesadarannya timpang, hingga pilihannya
pun njomlang ke arah yang bertolak belakang dengan kebenaran. Hidayah
ditolak lantaran nafsunya terhadap dunia.
6. Lebih Mencintai Keluarga dan Kerabat
Mereka berpendapat bahwa jika dia mengikuti kebenaran sedangkan
keluarganya menentangnya maka dia akan dijauhi dan diasingkan oleh
mereka. Inilah yang menyebabkan kebanyakan orang kafir tetap dalam
kekafirannya karena ingin tetap bersama kaum, keluarga dan familinya.
Padahal Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Lebih Mencintai Tanah Air dan Bangsa
Seperti mereka yang tidak mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam untuk berhijrah karena lebih memilih tanah airnya daripada
mengikuti kebenaran. Mereka adalah orang-orang yang menganiaya diri
mereka sendiri. Tidak seperti Salman radhiyallahu ‘anhu menjadi teladan
dalam menapaki jalan untuk mencari kebenaran. Betapa beliau sanggup
meninggalkan keluarga, famili dan bahkan tanah airnya, lalu berhijrah
menuju Madinah untuk menyongsong hidayah. Hingga beliau dijuluki
“Pemburu kebenaran”.
7. Takut Meninggalkan Adat Nenek Moyangnya
Inilah yang menghalangi Abu Thalib dan yang semisalnya dari masuk
Islam. Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah mengikuti apa yang
diturunkan Allah dan mengikuti Rasul.” Mereka menjawab: “Cukuplah untuk
kami apa yang kamu dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.” Orang yang
demikian akan selalu mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk.
8. Persaingan Memburu Dunia
Kadang seseorang tidak mau mengikuti Islam karena telah dianut oleh
orang yang mereka musuhi atau tidak mereka cocoki. Ketika seseorang
memiliki pesaing atau bahkan musuh dan ia ingin selalu menyelisihi
musuhnya. Ketika melihat saingannya telah mengikuti kebenaran,
kebenciannya terhadap musuhnya menyebabkan dirinya memusuhi kebenaran
dan penganutnya, sekalipun terhadap mereka yang tidak ada permusuhan
dengannya.
10. Teman yang Buruk, Lingkungan dan Kebiasaan yang Tidak Baik
Seseorang itu tergantung dengan agama temannya, sahabatnya.
Bersahabat dengan orang yang sesat membuat orang menampik hidayah. Hal
ini merupakan penyebab yang paling umum terjadi atas umat dan merupakan
biangnya penyimpangan. Bukan hanya menimpa sebagian besar bahkan nyaris
seluruh orang yang menyimpang. Agama “kebiasaan” adalah agama kebanyakan
manusia.
12. Menolak hidayah karena pengikutnya sedikit, sedangkan
pengikut kebatilan banyak jumlahnya dari segi harta, anak, maupun jumlah
massa.
12. Menolak hidayah karena pengikutnya adalah
orang-orang lemah dan jelata, sedangkan pengikut kebatilan adalah
orang-orang terpandang, kuat, dan ningrat.
Wallahul muwaffiq.
Sumber: Bonus sisipan majalah Ar-Risalah edisi 61, dengan tambahan dari sumber lain.
penghalang penghalang hidayah
4 min read