Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
اللَّهُمَّ إنِّي
ظَلَمْت نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا ، وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إلَّا
أَنْتَ ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِك وَارْحَمْنِي ، إنَّك
أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Allaahumma
Innii Zhalamtu Nafsii Zhulman Katsira, Walaa Yaghfirudz Dzunuuba Illaa
Anta, Fatghfirlii Maghfiratam Min Indika Warhamnii, Innaka Antal
Ghafuurur Rahiim
"Ya Allah, Sesungguhnya aku telah
menzalimi diriku sendiri dengan kezaliman yang banyak. Tidak ada yang
bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka ampunilah aku dengan
ampunan dari sisi-Mu dan rahmati aku. Sesungguhnya Engkau Dzat Maha
pengampun lagi Penyayang."
Sumber Doa
Diriwayatkan dari Abu Bakar al-Shiddiq Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam: "Ajarkan aku satu doa yang aku baca dalam shalatku. Beliau bersabda, "Ucapkanlah (wahai Abu Bakar):
اللَّهُمَّ
إنِّي ظَلَمْت نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا ، وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ
إلَّا أَنْتَ ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِك وَارْحَمْنِي ،
إنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Ya Allah, Sesungguhnya aku telah
menzalimi diriku sendiri dengan kezaliman yang banyak. Tidak ada yang
bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka ampunilah aku dengan
ampunan dari sisi-Mu dan rahmati aku. Sesungguhnya Engkau Dzat Maha
pengampun lagi Penyayang." (Muttafaq 'Alaih)
Kapan Membacanya?
Imam Shan'ani berkata: "Hadits ini
adalah dalil disyariatkannya doa di dalam shalat secara umum tanpa
ditentukan tempatnya. Dan di antara tempatnya adalah sesudah tasyahud,
shalawat atas Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, dan Isti'adzah (berlindung dari empat perkara). Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, "Lalu hendaknya ia memiliki doa yang dikehendakinya."
Al-Hafidz Ibnul Hajar menyebutkan hadits di atas sesudah hadits yang berisi perlindungan dari empat perkara. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Apabila salah seorang kalian bertasyahhud hendaknya ia berlindung dari empat perkara." Beliau bersabda:
اَللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ , وَمِنْ عَذَابِ اَلْقَبْرِ ,
وَمِنْ فِتْنَةِ اَلْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ , وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ
اَلْمَسِيحِ اَلدَّجَّالِ
"Ya Allah, sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari adzab Jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah
kehidupan dan kematian, dan dari keburukan fitnah Masih Dajjal." (Muttafaq 'alaih)
Ini menunjukkan bahwa doa di atas dibaca
setelah doa perlindungan dari empat perkara ini. Terlebih redaksi dari
hadits kedua secara jelas menunjukkan tempat dibacanya doa perlindungan
dan kuatnya anjuran untuk membacanya sebelum salam.
Bolehkah Menambah Dengan Doa Lainnya?
Waktu sebelum salam dalam shalat
termasuk waktu mustajab untuk dikabulkannya doa. Karenanya dianjurkan
memperbanyak doa padanya sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, "Lalu hendaknya ia memiliki doa yang dikehendakinya." (HR. Al-Bukhari)
Dua doa di atas adalah sebagian dari doa
khusus yang disyariatkan padanya. Yakni doa perlindungan dari empat
perkara dan pengakuan dosa yang diajarkan kepada Abu Bakar al-Shiddiq.
Terdapat doa lain yang boleh dibaca sebelum salam, antara lain: Wasiat
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada Mu'adz Bin Jabal,
اَللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
"Ya Allah, Bantu aku untuk berzikir, bersyukur, dan memperbaiki ibadah kepada-Mu." (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan al-Nasai dengan sanad kuat.)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah (I/274) dari Ibnu Mas'ud secara Mauquf,
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Ya Allah, ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka." (HR. Bukhari dan Ahmad)
Dan doa-doa lain yang tidak ditentukan berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
"Lalu hendaknya ia memiliki doa yang dikehendakinya." (HR. Al-Bukhari)
Namun doa yang disebutkan oleh hadits dan diajarkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
itu yang lebih utama di bandingkan doa-doa selainnya. (Lilhat: Taudhi
al-Ahkam, Syaikh Al-Bassam dalam menjelaskan hadits di atas)
Kandungan Doa
Ini salah satu bukti kefaqihan Abu Bakar al-Shiddiq Radhiyallahu 'Anhu,
ia sangat paham bahwa shalat adalah sarana interaksi paling kuat antara
hamba dengan Rabb-nya. Shalat juga merupakan salah satu tempat mustajab
dikabulkannya doa. Karenanya ia meminta kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam agar diajarkan doa yang paling manfaat dan paling tepat untuk dimunajatkan pada tempat ini. Lalu beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengajarkan kepadanya doa di atas yang bisa mengangkat pelakunya kepada derajat tertinggi di surga.
Doa di atas juga mengajarkan sarana
(wasilah) paling kuat untuk dikabulkannya doa, yakni pengakuan dosa
(Sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri dengan kezaliman yang
banyak), lalu pentauhidan (Tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa
kecuali Engkau), kemudian diikuti dengan permohonan ampunan.
Ibnu Mulqin berkata: "Betapa bagusnya
susunan ini; ia mendahulukan pengakuan doa, lalu ketauhidan (pengesaan
Allah), kemudian permohonan ampunan; karena mengakui dosa sarana kuat
untuk mendapatkan maaf dan pujian terhadap orang yang diminta lebih
dekat untuk dikabulkannya permintaan."
Kezaliman seseorang terjadi pada salah
satu dari dua hal: meninggalkan kewajiban atau melakukan
keharaman-keharaman atau kedua-duanya secara sekaligus.
Tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau:
Bahwa semua makhluk tidak sanggup mengampuni satupun dari kesalahan dan
dosa seseorang. Hak mengampuni dosa adalah milik Allah semata, karena
tidak boleh meminta amapunan kecuali hanya kepada-Nya.
Ampuni Aku dan rahmati aku:
permintaan agar dihindarkan dari sesuatu yang dibenci dan ditakuti, lalu
diberi kebaikan-kebaikan yang diinginkan dan dirindukan. Karenanya
makna maghfirah: dihilangkan sesuatu yang dibenci. Sementara rahmat:
didapatkan apa yg diinginkan.
Di dalamnya juga disebutkan tawassul (usaha mengambil sarana untuk tercapainya sesuatu yang dituju/dimau) kepada Allah dengan Asmaul Husna (nama-nama Alah yang maha Indah) saat memohon sesuatu atau dihindarkan dari sesuatu yang menakutkan. Di dalamnya disebutkan dua nama Allah (الْغَفُورُ الرَّحِيمُ: maha Pengampun lagi Penyayang) yang sesuai dengan isi permintaan, "Maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan rahmati aku". Wallahu Ta'ala A'lam.. . . shalat adalah sarana interaksi paling kuat antara hamba dengan Rabb-nya. Shalat juga merupakan salah satu tempat mustajab dikabulkannya doa. . .