Sebelumnya, saya ingin bertanya:
Pernahkah Anda berfikir suatu hari untuk masuk Rumah Sakit dengan suka rela, lalu memperhatikan keadaan para pesakitan?
Pernahkah Anda masuk ke ruang operasi di saat-saat yang menegangkan?
Pernahkah Anda melewati saat-saat kritis di ruang ICU bersama seorang pasien yang sedang menanti ajal?
Pernahkah
Anda mencoba tinggal seharian di ruang gawat darurat dan mobil ambulan
untuk menyaksikan keajaiban takdir Allah atas hamba-Nya?
Kalau begitu, letakkan tangan Anda pada tangan kami dan mari kita selami ‘dunia’ yang penuh keajaiban tersebut…
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ
وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ [البقرة/155]
Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar
(Al Baqarah: 155).
Di Ruang Gawat Darurat
Ada
seorang pemuda mengalami kecelakaan saat mengendarai mobil. Kecelakaan
tersebut demikian tragis hingga menyebabkannya koma, bahkan jantung dan
paru-parunya pun tidak bekerja… Dengan cepat tim dokter segera
memberinya pernapasan buatan dengan sekuat tenaga agar jantung dan
paru-parunya kembali berfungsi, demikian pula kejutan listrik dan
obat-obatan untuk merangsang jantung agar mau berdenyut SEKALI SAJA!
Namun sayang, tidak ada perkembangan. Subhanallaah, nampaknya Allah تعالى telah menetapkan kematian atasnya.
Selang
tiga puluh menit kemudian, tim dokter mulai melepaskan alat bantu
pernapasan dari si korban, dan memang demikianlah prosedurnya. Mereka
sengaja membiarkan alat-alat tersebut terpasang selama beberapa waktu
hingga dokter penanggung jawab terhadap alat tersebut memberi isyarat
untuk melepasnya. Hal ini dilakukan agar tidak berdampak buruk terhadap
mayit, dan seandainya ia masih hidup maka akan muncul tanda-tanda yang
jelas ke arah sana.
Pemuda
ini tewas akibat kecelakaan tragis tersebut. Mereka yang bertugas
segera mencari KTP pemuda tersebut untuk mengetahui siapa dia, dan
bagaimana menghubungi keluarganya, agar keluarganya mengambil jenazah si
pemuda tersebut. Akhirnya mereka menemukan nama pemuda tersebut dalam
KTP yang ada bersamanya, lalu setelah ditelusuri mereka berhasil
mendapatkan nomor ayahnya…
Dokter
yang menangani pemuda ini adalah orang Mesir, dan dia agak sungkan
untuk menelpon ayahnya dan memberitahu apa yang terjadi pada anaknya.
Lantas ia pun menyerahkan gagang telepon kepada salah seorang teman kami
dan berkata kepadana: “Ma’af… Anda khan orang Saudi, sebaiknya Anda
saja yang menelpon orang tuanya karena Anda bisa saling memahami dengan
sesama orang Saudi, dan katakan saja apa yang telah terjadi…”.
Kawan kami mengisahkan: Maka kutelepon ayahnya… sesaat kemudian telepon tersebut diangkat:
“Anda Pak Fulan?” tanyaku.
“Benar…”, jawabnya.
“Anak Anda benama si Fulan bin Fulan…?”, lanjutku.
“Ya…” jawabnya.
“Barusan
ada kecelakaan ringan yang menimpa anakmu, dan ia sekarang sedang
dibius di rumah sakit dalam ruang ICU. Ia ingin agar Anda menjenguknya…”
kataku.
Ayahnya kaget dan berkata: “Apaa! Apa yang terjadi? Semoga dia baik-baik saja, dan…”
“Oo,
dia tidak apa-apa kok… yang penting Anda datang saja ke rumah sakit dan
insya Allah Anda akan tahu seberapa besar kecelakaannya dan lain-lain…
insya Allah semuanya baik-baik saja, pokoknya Anda segera saja kemari”
kataku.
Sebenarnya,
cara ini tepat sekali agar pihak keluarga tidak syok ketika mendengar
anggota keluarga mereka ada yang kecelakaan atau terkena musibah…
Sang
Ayah datang tergesa-gesa dengan kedua mata yang tak henti mengucurkan
air mata… sebelumnya, kami sering menyaksikan kecelakaan lalu lintas dan
menyaksikan para orang tua datang ke UGD setelah tahu parahnya
kecelakaan dan kematian yang terjadi pada anak mereka… mereka memang
menangis, akan tetapi tidak dengan air mata dan tangisan sehebat ini!
Padahal orang ini sampai sekarang belum tahu apakah anaknya mati ataukah
tidak? Air mata dan isak tangis disertai rintihan: “Di mana puteraku?
Di mana ruang ICU? Di mana dokter Anu yang menelponku? …
Sesaat
kemudian, datanglah dokter yang bersangkutan. Ia berusaha menenangkan
Si Ayah dan menyuruhnya agar banyak berdzikir kepada Allah sebelum
menemui puteranya. Tapi sia-sia… tangisnya demikian hebat, dan sesekali
kudengar ia bergumam: “Puteraku satu-satunya dari 7 orang puteri…
puteraku satu-satunya yang kudambakan dari 7 orang puteri… Ya Allah,
segala puji bagi-Mu… Ya Rabbi, lakal hamd… Puteraku satu-satunya dari 7
orang puteri…!” sambil mengulang-ulangnya.
Sang
Dokter berkata: “Subhaanallaah, Allah memilih putera satu-satunya dari
ketujuh orang puterinya. Maka kuhampiri dia dan kududukkan dia di kursi
ruang UGD. Kemudian kuingatkan dia kepada Allah sambil kubacakan
beberapa hadits dan ayat kepadanya…”.
Memang,
demikianlah kewajiban setiap dokter muslim dalam keadaan seperti ini…
hendaknya ia telah bersiap diri untuk menghadapi keadaan-keadaan seperti
ini, karena bagaimana pun juga ia pasti akan menghadapi kejadian
tersebut selama menjalani profesinya. Sebab itu, ia harus melatih
dirinya agar dapat menenangkan pihak keluarga dengan mengingatkan mereka
kepada Allah Ta’ala saat terjadi musibah. Sebaiknya, seorang dokter
juga menghafal ayat-ayat dan hadits-hadits yang menyebutkan tentang
besarnya pahala orang yang sabar di saat-saat pertama mendapat musibah.
Sang
Dokter melanjutkan: “Di saat-saat seperti itu, setelah berlangsung tiga
puluh menit Si Bapak masih tetap tak bergerak… ia tak mampu untuk
berdiri karena dari panjangnya uraian Dokter ia tahu bahwa anaknya telah
wafat. Kukatakan kepadanya:
“Pak, ingatlah kepada Allah…”
“Alhamdulillah ‘ala kulli haal [1]…
Milik Allah lah apa yang telah diberikan-Nya dan milik-Nya pula apa
yang diambil-Nya”, katanya sambil menangis. Ia hanya mengucapkan
kata-kata yang sederhana: “Allaahumma lakal hamdu wasy syukru yaa Rabb, Allaahumma lakal hamdu… waladi ‘ala sab’i banaat! [2]“. Ia
senantiasa mengatakan kalimat-kalimat tersebut. Dan kudengar ia
mengatakan: “Dahulu Aku selalu berharap agar Allah memberimu keshalehan,
menjadikanmu penerusku, pembantuku, dan…. Akan tetapi segala puji
bagi-Mu Ya Rabbi, lakal hamdu Yaa Rabb…” dia kembali bersyukur dan
memuji Allah atas musibah yang menimpanya. “Aku benar-benar trenyuh
mendengar ucapannya hingga aku pun ikut menangis dan sedih bersamanya”,
kata Sang Dokter.
Namun
tiba-tiba terbukalah pintu ruang UGD… dan masuklah seorang pemuda yang
gagah dan tinggi…. Ia memandang si Bapak yang ada di UGD tadi lalu
menangis; demikan pula si Bapak, begitu menatap pemuda ini ia langsung
menangis… ia tak kuasa untuk berdiri, hingga pemuda itupun mendekat
kepadanya lalu keduanya sama-sama menangis…!?! “Pemandangan yang aneh
sekali…! keduanya sama-sama menangis… Si Bapak kakinya tak kuasa lagi
menopangnya, hingga si Pemuda datang merangkulnya lalu menangis
bersama-sama”, ujar Sang Dokter.
“Ada
apa sebenarnya… Siapa orang ini?” tanyaku. (Namun Si Bapak tetap
mengatakan: “Puteraku satu-satunya dari 7 orang puteri…” dan keduanya
terus menangis sembari menatapku).
Setelah
ketegangan dan isak tangis keduanya mereda, Si Pemuda mulai angkat
bicara: “Wahai Ayahku, orang ini adalah pemilik tenda… kami menyewa
tenda darinya, maka ia mengatakan: “Beri aku jaminan sampai tendanya
kalian kembalikan”; maka kuberikan KTP-ku kepadanya lalu ia masukkan
dalam kantongnya dan ia pun pergi membawanya… kemudian ia mengalami
kecelakaan, dan ketika mereka memeriksanya, mereka mendapatkan KTP ini
bersamanya dan mengira bahwa ialah pemiliknya, alias yang wafat karena
kecelakaan tersebut. Mereka lantas menghubungi bapaknya… inilah yang
terjadi”.
Subhaanallaah…Maha
Besar Allah, kejadian ini bukanlah salah siapa-siapa, namun itulah yang
terjadi. Ia mengandung pelajaran besar bagi semuanya; bagi Si Bapak
dengan kesabarannya, doanya dan puji syukurnya kepada Allah… dan bagi si
Anak yang oleh Allah diberi ‘hidup baru’, seperti kata orang. Semoga
dengan mengetahui apa yang dialami oleh temannya si pemilik tenda ia
akan sadar dan kembali kepada Allah… semoga dengan kejadian ini ia akan
selalu ingat kepada Allah pada setiap kejadian baik kecil maupun besar,
hingga bila ia sedang dalam maksiat ia akan bertaubat darinya, sedang
bila ia seorang yang taat akan menambah ketaatannya… ya, sebab umur
demikian singkat dan orang tidak tahu kapan maut menjemputnya. Boleh
jadi ia datang beberapa saat lagi, alias lebih dekat kepada seseorang
daripada tali sandalnya.
Sang
Dokter mengatakan: “Hal ini mengandung pelajaran juga bagi dokter
sepertiku, yakni agar aku tidak tergesa-gesa dan menyelidiki lebih
lanjut. Di samping itu, airmata kedua orang tua demikian berkesan
bagitu… bahkan aku pun ikut menangis dan teringat akan anak-anak dan
isteriku, betapa mereka semua merupakan karunia Allah yang besar bagiku.
Subhaanallaah… alangkah banyak perasaan dan hal-hal yang terlintas
dalam hatiku akibat kejadian tersebut, Allah lah yang lebih tahu…”
[1] Artinya: Segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan.
[2] Arinya: Ya Allah, segala puji dan syukur bagi-Mu. Ya Rabbi, segala puji bagimu… puteraku dari 7 orang puteri…”.
Posting Komentar Blogger Facebook