Hati adalah perbendaharaan yang hanya bisa dibaca oleh pemiliknya, dan ketenangan batin adalah cahaya yang bersinar dalam kegelapan, mata air yang memancar ditengah gurun pasir, dan perbendaharaan yang berada dalam rumah yang ditinggalkan pemiliknya. Berapa banyak waktu yang hilang demi cinta ? berapa banyak pikiran yang terkuras demi cinta ? kita tenggelamkan hari kita dalam huruf-huruf cinta !! Pecinta hidup diantara ingat dan lupa, pecinta tidak tahu antara tersambung dan terhalang, cinta membahagiakan dalam nama dan menyengsarakan dalam tulisan, indah dalam gambar dan buram dalam hakikat.
Cinta adalah mahkota tapi dari besi, harta benda tapi dari tanah, dan tambang tapi dari fatamorgana. Cinta apapun yang diklaim maka itu terbatas. Sebab hubungan antar manusia pada umumnya dibangun atas dasar kepentingan, meskipun keindahan itu bermacam-macam dan keanekaragaman itu indah. Setiap hati memiliki tabiat cinta yang mengalirkan manisnya kesenangan. Seandainya manusia bisa melihat hati orang-orang yang keras hatinya, niscaya mereka akan menemukan didalamnya cinta dan kasih sayang yang memancar, akan tetapi cinta dan kasih tersebut tumpah ditanah yang buruk.
Kebahagiaan apakah yang menyamai kebahagiaan dalam cinta ? kesuksesan akhir apakah yang menyamai cinta itu ?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata : ” Yang bermanfaat bagi hamba hanyalah cinta karena Allah terhadap manusia yang dicintai-Nya, seperti para nabi dan shalihin; karena mencintai mereka dapat mendekatkan diri kepada Allah serta cinta-Nya. Sedangkan mereka adalah orang-orang yang berhak mendapatkan cinta Allah. 1)
Jika hati hamba telah terpaut kepada Allah, maka ia mencintai segala yang mendekatkan diri kepadaNya serta semakin menambah kedekatan. Ia selamanya lebih mencintai Allah. Tiada cinta yang menyamai cinta tersebut. ia hanya mencintai Allah dan mencintai karena-Nya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata : ” jika kamu mencintai seseorang karena Allah, maka sebenarnya Allah jualah yang kamu cintai. Setiap kali kamu mengilustrasikan-Nya dalam hatimu, maka kamu mengilustrasikan Kekasih yang sejati lalu kamu mencintainya, sehingga bertambahlah cintamu kepada Allah. Demikian pula ketika kamu mengingat Nabi Sholallahu Alaihi Wa Sallam dan para Nabi dan Rasul sebelumnya serta para sahabat mereka yang shalih, dan kamu mengilustrasikan mereka dalam hatimu, maka itu akan membawa hatimu kepada cinta Allah yang memberi nikmat kepada mereka, apabila kamu mencintai mereka karena Allah; sebab orang yang dicintai karena Allah akan membawa kepada Mahabbatullah (cinta Allah). Orang yang mencintai karena Allah, apabila mencintai seseorang karena Allah, maka Allahlah sebenarnya yang dicintainya; sebab dia senang kekasihnya membawanya kepada Allah. Masing-masing, baik orang yang mencintai karena Allah maupun orang yang dicintai karena Allah akan mengantarkan kepada Allah 2)
Suatu keniscayaan bahwa iman seorang muslim itu tidak terwujud melainkan dengan mencintai Rasulullah Alaihi Sholatu Wa Sallam dan mengagungkannya, sebab beliau adalah Rasul Allah yang terakhir dan penutup para Nabi Allah berfirman :
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
” Muhammad itu sekali-kali bukanlah
bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah
Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” ( Al Ahzab : 40 )Beliau memiliki akhlak yang luhur, dengan kesaksian Rabb semesta Alam :
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيم
” Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” ( Al Qolam : 4 )Lemah Lembut, tidak keras lagi berhati kasar :
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
” Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu.” ( Ali Imran : 159)Sangat menginginkan agar manusia mendapatkan hidayah. Beliau nyaris mencelakakan dirinya karena bersedih karena sangat mengharapkan keimanan mereka :
لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
” Boleh Jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman. “ ( Asy Syu’araa’ : 3 )Oleh karena itu wajib bagi kita mencintai Rasulullah Alaihi Sholatu Wa Sallam. Bahkan cinta kita kepada Nabi adalah bukti sempurnanya iman kita. Dari Anas radhiallahu anhu , dari Nabi shallallahu alaihi wasalam , bahwasanya beliau shallallahu alaihi wasalam bersabda:
“Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia.” (Muttafaq Alaih)
Bahkan Kita harus lebih mencintai Rasulullah daripada diri-diri kita sendiri. Dalam Shahih Al-Bukhari diriwayatkan, Umar bin Khathab radhiallahu anhu berkata kepada Nabi Shallallahu alaihi wasalam :
“Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu selain diriku sendiri.” Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda, ‘Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada di TanganNya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri’. Maka Umar berkata kepada beliau, ‘Sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.’ Maka Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda, ‘Sekarang (telah sempurna kecintaanmu (imanmu) padaku) wahai Umar.”
Cinta kepada Allah bukan sekedar kata-kata dan bukan sekedar cerita. Demikian pula cinta kepada Rasulullah. Sebagaimana halnya cinta kepada beliau “bukan sekedar dakwah dengan lisan dan tidak pula cukup cinta dengan hati, bahkan harus disertai dengan Ittiba’ (mengikuti dan meniru) kepada Rasulullah Alaihi Sholatu Wa Sallam, meniti diatas petunjuknya, dan merealisasikan manhaj beliau dalam kehidupan. Sebab cinta itu bukan nada-nada yang dilagukan, bukan kasidah-kasidah yang disenandungkan, dan bukan pula semata-mata kata-kata yang diucapkan. Akan tetapi cinta adalah mentaati Allah dan Rasul-Nya. Ingin tahu bagaimana cara yang benar mencintai Rasulullah Alaihi Sholatu Wa Sallam ?? Ingin tahu pula bagaimana orang2 sholih mencintai beliau ?? Silahkan pembaca merujuk kepada kitab diatas. Banyak manfaatnya insya Allah.
Syaikh DR. Shalih bin Fauzan al Fauzan