Salah satu bentuk tindakan preventif untuk mengantisipasi
sihir dan perdukunan yakni kaum muslimin dilarang mendatangi,
konsultasi, dan percaya kepada dukun, tukang ramal, tukang sihir,
paranormal, orang pintar, ahli supranatural, orang yang punya indra
ke-6, dan orang-orang yang se-profesi dengan mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa yang mendatangi ‘arrâf lalu berkonsultasi
tentang sesuatu, maka shalatnya tidak diterima selama 40 hari”
(HR.Muslim). “Arraf yaitu orang yang mengaku mengetahui kejadian yang
telah lalu, mengetahui siapa pencuri, barang curian ada di mana, dan
lain-lain.
Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa yang datang kepada ‘arrâf atau kâhin (dukun)
lalu dia membenarkanapa saja yang diucapkannya, maka dia telah kufur
kepada ajaran yang diturunkan kepada Muhammad (murtad dari Islam)” (HR.
Abu Daud, an-Nasa’i, at-Turmizi dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh
Al-Hakim).
Dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Bukan golongan kami, orang yang menentukan nasib sial dan
keberuntungan berdasarkan tanda-tanda benda, burung (dan lain-lainnya),
atau yang melakoni perdukunan atau yang bertanya kepada dukun, atau
penyihir atau meminta pada penyihir untuk melakukan sihir, dan
barangsiapa yang mendatangi Kâhin lalu membenarkan apa yang
diucapkannya, maka dia telah kufur kepada ajaran yang diturunkan kepada
Muhammad (murtad dari Islam)” (HR. al-Bazzâr dengan sanad yang bagus).
Oleh karena itu ummat Islam
dilarang mendatangi dukun, tukang sihir, paranormal, orang pintar dan
yang lainnya dengan tujuan apa pun, seperti untuk berobat, konsultasi
dalam masalah ekonomi, jodoh, karir dan lain sebagainya, karena hal itu
berbahaya terhadap aqidah dan akibatnya bisa terjerumus kepada kekufuran
dan kesyirikan. Lagi pula mereka pada hakikatnya tidak mengetahui yang
ghaib, dan tidak ada makhluq yang mengetahui perkara ghaib. Hanya Allah
subhanahu wata’ala saja yang mengetahui hal itu.
Untuk mengelabui ummat Islam dan menjauhkan mereka dari
aqidah dan tauhid yang murni, ada di antara mereka (para dukun) itu yang
berjubah putih dengan menggenggam tasbih di tangannya atau dikalungkan
di lehernya, dan juga nama-nama mereka diembeli dengan gelar dan titel
mentereng lainnya. Mereka seakan-akan orang hebat yang bisa melakukan
apa saja yang tidak bisa dilakukan oleh kebanyakan orang.
Ketahuilah bahwa apa yang mereka lakukan itu diperoleh
dengan mempelajari sihir dan perdukunan. Mereka ini pada hakikatnya
bukanlah ustadz atau kiyai, tapi dukun dan tukang sihir yang berpakaian
seperti ustadz atau kiyai. Mereka adalah budak syaithan yang menjadi
pembuka jalan menuju kekufuran dan kesyirikan.
Cara Mencegah Sihir
Sebelum terkena sihir, maka hendaklah melakukan tindakan preventif berikut ini sebagai bentuk pencegahan, caranya adalah:
Menjaga kemurnian tauhid dan ikhlas beribadah hanya kepada
Allah subhanahu wata’ala saja serta menjauhi perbuatan syirik dan
pelakunya.
Menjaga seluruh kewajiban yang telah dibebankan pada diri
seorang muslim, menjauhi seluruh larangan Allah subhanahu wata’ala dan
Rasul-Nya, serta bertaubat dari segala dosa dan kemaksiatan.
Perbanyaklah membaca Al-Qur’an, dan hendaklah mewiridkan
bacaan al-Qur’an tersebut setiap hari terutama surat Al-Baqarah, karena
syaithan akan lari dari rumah yang dibacakan surat tersebut.
Membentengi diri dengan bermacam-macam do’a dan ta’awwudz
yang disyari’atkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti
wirid selesai shalat, wirid pagi dan sore hari dan ibadah-ibadah yang
lainnya yang telah disyari’atkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Jauhilah ibadah-ibadah bid’ah dan ritual-ritual klenik yang
tidak punya dasar hukum dalam Islam, karena hal itu merupakan jalan
syaithan untuk menjerumuskan orang yang beriman ke jurang neraka.
Jika memungkinkan hendaklah memakan 7 butir kurma setiap
hari, dan yang lebih utama adalah kurma Madinah/kurma Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Cara Mengobati Sihir.
Setelah terkena sihir, maka lakukanlah tindakan berikut ini;
Cara Pertama; Mengeluarkan benda sihir
yang dijadikan alat oleh tukang sihir dalam melakukan sihirnya, lalu
memusnahkannya jika hal itu bisa dilakukan, dan ini adalah cara yang
sangat efektif dalam membatalkan sihir ataupun dalam upaya pengobatan
terkena sihir.
Cara ke dua; Hendaklah seorang muslim yang
bertauhid, aqidahnya tidak terkotori oleh kesyirikan, dan ibadahnya
tidak terkotori oleh riya`, sum’ah dan bid’ah, meruqyah orang yang
terkena sihir tersebut dengan mengikuti petunjuk berikut ini:
Menumbuk 7 helai daun bidara yang berwarna hijau, lalu
masukkan ke dalam bejana yang sudah terisi air yang cukup untuk mandi,
kemudian bacakan ruqyah berikut ini pada air yang ada dalam baskom
tersebut;
A’ûdzubillâh minasy-syaithânir rajîm, dilanjutkan dengan
membaca ayat kursi (suratal-Baqarah ayat 255), kemudiansuratal-A’râf
ayat 117-122, kemudiansuratYunus ayat 79-82, kemudiansuratThaha ayat
65-70, kemudiansuratal-Kâfirûn, al-Ikhlash, al-Falaq, an-Nas. Bacakanlah
sebanyak 1 X atau 3 X.
Kemudian hendaklah orang yang terkena sihir meminum air
yang sudah dibacakan ruqyah tersebut 3 X tegukan dan selebihnya
pergunakan untuk mandi. Cara seperti ini boleh diulangi berkali-kali
hingga sihir yang ada hilang dengan izin Allah subhanahu wata’ala.
Membacakansuratal-Fatihah, ayat kursi, 2 ayat terakhir
al-Baqarah, al-Ikhlas, al-Falq, an-Nas dan surat-surat atau ayat-ayat
yang lainnya karena pada hakikatnya semua ayat al-Qur’an itu adalah
obat. Bacaan ruqyah ini hendaklah disertai dengan tiupan pada orang yang
kesurupan tersebut, dan hendaklah peruqyah meletakkan tangan kanannya
pada tempat-tempat yang dirasakan sakit oleh penderita. Hal ini diulang
hingga 3 X atau lebih.
Kemudian setelah itu bacakan do’a-do’a yang disyari’atkan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits-haditsnya yang
shahih.
Hendaklah yang terkena sihir meletakkan tangan kanannya
pada bagian tubuh yang terasa sakit, seraya membaca, “A’udzu
bi’izzatillahi wa qudratihi min syarri ma ajidu wa uhadziru (7 kali),
Bismillâhi (3 kali)
Cara ke tiga; Mengeluarkan penyakit dengan melakukan
pembekaman (di bekam) pada bagian anggota tubuh yang tampak ada bekas
sihirnya, jika memungkinkan untuk melakukannya.
Ciri-ciri Dukun
Di antara ciri-ciri dukun:
Menanyakan nama pasien dan nama ibunya (untuk syarat pengobatan), juga hari dan tanggal kelahiran
Meminta bekas-bekas yang dipakai si sakit
Meminta sembelihan tertentu, kadang dengan ciri-ciri khusus
Menuliskan rajah-rajah dan huruf-huruf dengan berbagai susunan yang sedemikian rupa
Membaca mantra yang tidak jelas maknanya
Memberikan sesuatu yang harus ditimbun di tanah atau sekitar rumah
Memberitahukan perkara-perkara khusus berkaitan dengan si pasien
Tampak tanda-tanda kefasikan padanya, seperti tidak pernah
shalat berjamaah, suka kemaksiatan, tidak konsisten dengan sunnah dan
lain-lain.
Rujukan: 1. Al-’Ilaaj fi ar-Ruqo, syaikh Said al-Qahthani
2. Hukmu as- Sihr wa al-Kahanah, Syaikh Abdul Aziz bin Baz 3. Brosur
“As-Sihr wal ‘Ain wa ar-Ruqyah minhuma,” Fahd bin Sulaiman al-Qadhi.
(Abu Abdillah Dzahabi)