0 Comment
Menjadi seorang ayah adalah sebuah predikat yang akan selalu melekat pada seorang suami ketika ia memiliki anak. Profesi atau gelar mulia yang seringkali kurang disadari seorang pria bahkan ia hadapi dengan biasa-biasa saja, tak ubahnya saat ia telah mengemban amanah sebagai suami.

Sedemikian mudahkah menjadi sosok ayah hingga banyak suami menganggapnya sepele? Bukankah semestinya seorang lelaki harus lebih banyak memahami ada apa di balik sebutan ayah ??

Pentingnya Figur Ayah
Penyair berkata :

وَيَنْشَأُ نَاشِئُ الْفِتْيَانِ مِنّاَ عَلَى مَا كَانَ عَوَّدَهُ أَبُوْهُ

Dan anak-anak kita tumbuh sesuai dengan apa yang ayahnya biasakan kepada dirinya.

Seorang anak sangat membutuhkan kehadiran ayah, sebagaimana pula dia begitu ingin dekat dan dicintai oleh ibunya. Seorang ayah yang super sibuk dan menyerahkan segala tanggung jawab pendidikan anaknya kepada istrinya tanpa ada upaya untuk terlibat di dalam membimbing anaknya, ia bukanlah figur orang tua yang baik.

Memang urusan domestik rumah tangga termasuk bagaimana mendampingi mereka belajar, mengembangkan kreativitas, membentuk kepribadian dan karakter, curhat dan juga segala hal yang berkaitan dengan kebutuhan fisik, materi, emosional, sosial, bahkan pembiasaan-pembiasaan yang berhubungan dengan keimanan, akhlak atau ibadah biasanya ditangani seorang istri. Ibaratnya wanita sebagai manager RT.

Namun tak dapat dipungkiri peran dan tanggung jawab seorang ayah yang peduli dan memilki power full tetap dibutuhkan seorang  anak. Sesibuk apapun seorang ayah perlu meluangkan waktunya untuk peduli pada anaknya, meski hanya berkirim sms seperti “ Sayangku, sudah sholat belum?” atau mengajaknya bercanda, bermain bersama, atau memberinya kejutan-kejutan kecil, seperti : hadiah buku dan lain-lain, dengan maksud untuk merekatkan cinta kasih.

Bagaimanapun kondisi dan situasinya seorang anak tetap ingin selalu dekat, baik secara fisik lebih-lebih psikis dengan kedua orang tuanya. Ini fitrah dan naluri. Sebagaimana orang tua juga dianugerahi oleh Allah ‘Azza wa Jalla rasa cinta kepada buah hatinya. Lebih-lebih anak perempuan biasanya mereka akan dekat dengan orang tuanya, terlebih lagi ketika mendekati masa remaja.

Ketika ia tak menemukan figur ayah yang baik , bisa jadi ia melampiaskan kegundahan pada kawan prianya dan ini bisa membuka pintu fitnah. Disinilah pentingnya sosok ayah dalam menghandle anak-anaknya agar tetap lurus diatas Islam dan mampu menfilter hal-hal yang negatif dengan tumbuhnya perasaan aman dan nyaman bersama kedua orang tuanya. Dan Islam pun memandang peran ayah sedemikian penting hingga Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam seringkali bercanda,  menghibur dan dekat dengan anak-anak.

Hati Selembut Sutra
Sosok ayah penuh cinta dan dicintai anaknya! Rasanya semua pria ingin menjadi ayah yang selalu dirindukan anak-anaknya. Ayah yang lembut tidak kasar namun tetap disegani anak-anak.

“ Sungguh tidaklah sifat lemah lembut ada pada sesuatu melainkan ia menghiasinya. Dan tidaklah sifat lemah lembut tercabut dari sesuatu melainkan ia menjadikannya “ buruk”. ( HR. Muslim  No.  6767 ).

Salah satu kunci pembuka untuk akrab dan dekat dengan anak adalah sifat lembut. Orang tua yang membiasakan kelembutan dalam mendidik anak, maka anak insya Allah akan bertutur kata lembut, bersikap hati-hati dan tidak berperangai keras lagi kasar. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam telah mencontohkan kepada kita bagaimana bergaul dan berinteraksi dengan anak kecil yang didasari rasa kasih sayang yang tulus. Anas menegaskan :

“Rasulullah adalah orang yang paling penyayang kepada anak-anak dan keluarga”. ( Hadits shohih riwayat  Ibnu Asakir, Shahih Al-Jami’ no. 4797 ).

Ibnu Abbas menuturkan,

“Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam mengunjungi kaum Anshar lalu memberi salam kepada anak-anak mereka serta  membelai kepala mereka.” ( HR. An-Nasai, dishohihkan Al – Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 4947 )

Kedekatan beliau dengan anak-anak tetap tidak menghalangi untuk menyampaikan nasehat dan bimbingan ketika anak-anak melakukan kesalahan. Umar bin Abi Salamah bercerita,

“Dulu aku adalah bocah yang berada dalam pengasuhan Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam”, Suatu ketika, tanganku berseliweran diatas nampan, maka Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda kepadaku :

يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

“Ananda bacalah : “Bismillah”!, gunakan tangan kananmu dan makanlah makanan yang paling dekat denganmu!” ( HR. Bukhari dan Muslim).

Sangat indah gambaran Islam tentang kasih sayang seorang ayah yang tulus kepada anaknya. Ayah penuh cinta dan dicintai anak! Saatnya anda bercita-cita dan merenung, sudahkah menjadi figur ayah yang lembut, bijak dan shalih di mata hati anak-anak.



Penulis: Isruwanti Ummu Nashifah

Murojaah: Ustadz Sa’id Abu Ukasyah

Referensi :

Mencetak Generasi Rabbani, Ummu Ihsan & Abu Ihsan Al-Atsari , Pustaka Imam Syafi’i, Jakarta 2015.
Tarbiyatul Abna’ Syaikh Musthafa Al-Adawi, Media Hidayah, 2005.

Posting Komentar Blogger

 
Top