fitrah fitrah manusia

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglB9dF7uG0rF5vSWr9hkPrtLAYKK_nwG5C6qk7lyS3GRA8ahYUci9g9kBmMEP9ql7dY7tucCY41G3id0ilropvz60vBOc2Ga8TWUwxMe4322S_WNdC2A60SDtODUphEPTtIY1a6ukLsOM/s1600/kembali-fitrah-kembali-ke-syariah-1-728.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglB9dF7uG0rF5vSWr9hkPrtLAYKK_nwG5C6qk7lyS3GRA8ahYUci9g9kBmMEP9ql7dY7tucCY41G3id0ilropvz60vBOc2Ga8TWUwxMe4322S_WNdC2A60SDtODUphEPTtIY1a6ukLsOM/s320/kembali-fitrah-kembali-ke-syariah-1-728.jpg" width="320" /></a></div> Oleh<br /> Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas حفظه الله<br /> <br /> <br /> عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُوْلُاللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَشْرٌ مِنَ الفِطْرَةِ : قَصُّ الشَّارِبِ، وَإعْفَاءُ اللِّحْيَةِ، وَالسِّوَاكُ، وَاسْتِنْشَاقُ الْمَاءِ، وَقَصُّ الْأظْفَارِ، وَغَسْلُ الْبَرَاجِمِ، وَنَتْفُ الْإِبْطِ، وَحَلْقُ الْعَانَةِ، وَانْتِقَاصُ الْمَاءِ )) قَالَ الرَّاوِيْ : وَنَسِيْتُ الْعَاشِرَةَ ،إِلاَّ أنْ تَكُوْنَ الْمَضْمَضَةُ<br /> <br /> Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 'Sepuluh hal yang termasuk fitrah: (1) mencukur kumis, (2) memanjangkan jenggot, (3) bersiwak, (4) menghirup air ke hidung (ketika wudhu), (5) memotong kuku, (6) mencuci ruas-ruas jari, (7) mencabut bulu ketiak, (8) mencukur bulu kemaluan, (9) bercebok.’” Perawi berkata, “Aku lupa yang kesepuluh, mungkin berkumur-kumur.”<br /> <br /> TAKHRIJ HADITS<br /> Hadits ini hasan, diriwayatkan oleh Muslim (no. 261); Abu Dâwud (no. 53); at-Tirmidzi (no. 2757); an-Nasa-i (VIII/126-128), dan Ibnu Mâjah (no. 293).<br /> <br /> Dalam hadits ini terdapat râwi yang dha’îf (lemah). Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albâni dalam Shahîh al-Jâmi’ish Shaghîr (no. 4009) dan Hidâyatur Ruwât ilâ Takhrîji Ahâdîtsil Mashâbîh wal Misykât (no. 364) dengan beberapa syawahid (penguat)nya.<br /> <br /> Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu secara marfû’, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br /> <br /> خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ : اَلْخِتَانُ، وَالِاسْتِحْدَادُ، وَتَقْلِيْمُ الْأَظْفَارِ، وَنَتْفُ الْإِبْطِ، وَقَصُّ الشَّارِبِ<br /> <br /> Lima hal yang termasuk fitrah: (1) berkhitan, (2) mencukur bulu kemaluan, (3) memotong kuku, (4) mencabut bulu ketiak, dan (5) memotong kumis.[1] <br /> <br /> KOSA-KATA HADITS<br /> • اَلْفِطْرَةُ : Berasal dari kata فَطَرَ, seperti dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :<br /> <br /> كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ...<br /> <br /> Setiap manusia dilahirkan di atas fitrah …<br /> <br /> Maksudnya, bahwa dia dilahirkan dengan perangai dan tabiat yang siap menerima agama. Jika dibiarkan seperti itu, maka dia akan terus berada di atas fitrah, tidak berpaling kepada yang lainnya. Adapun yang berpaling dari fitrah tersebut yaitu orang yang berpaling karena salah satu dari hal-hal yang merusak manusia dan taklid.[2] <br /> <br /> Fitrah yaitu sifat bawaan yang ada pada segala sesuatu pada saat diciptakan oleh Allâh Azza wa Jalla . Fitrah merupakan tabiat yang bersih, tidak dikotori oleh aib. Allâh Azza wa Jalla berfirman :<br /> <br /> فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ<br /> <br /> Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allâh disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allâh...” [ar-Rûm/30:31]<br /> <br /> Fitrah yang sehat (dalam istilah falsafat) yaitu kesiapan untuk mengambil hukum dan membedakan antara yang hak dan yang bathil.”[3] <br /> <br /> Ibnu Manzhûr rahimahullah berkata, “Fitrah adalah apa-apa yang Allâh menciptakan makhluk di atas hal tersebut, yaitu mengenal Allâh.”<br /> <br /> Abul Haitsam rahimahullah berkata, “Fitrah yaitu pembawaaan (naluri) yang Allâh ciptakan manusia di atasnya pada saat di dalam perut ibunya.”[4] <br /> <br /> Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa fitrah ada dua macam. Pertama, fitrah yang berkaitan dengan hati, yaitu ma’rifatullâh (mengenal Allâh) dan mencintai-Nya serta mengutamakan-Nya lebih daripada yang lain. Kedua, fitrah ‘amaliyyah (perbuatan), yaitu hal-hal yang disebutkan di atas. Maka, yang pertama itu mensucikan ruh dan membersihkan hati, dan yang kedua ia membersihkan badan. Dan masing-masing dari keduanya membantu dan menguatkan yang lainnya. Dan, fitrah badan yang paling pokok adalah khitan.”[5] <br /> <br /> • اَلْخِتَانُ : Memotong kulit yang menutupi kepala dzakar laki-laki dan memotong kulit yang menyerupai jengger ayam yang ada berada di atas farji perempuan (kelentit/klitoris).[6] <br /> • اَلشَّارِبُ : Rambut yang tumbuh di atas bibir atas. Adapun rambut yang tumbuh di sebelah kiri dan kanan bibir disebut sibâl (misai).<br /> • اَللِّحْيَةُ : Jenggot. Para ahli bahasa mengatakan bahwa al-lihyah yaitu rambut yang tumbuh di dagu dan rambut yang tumbuh di kedua pipi (disebut cambang).<br /> • إِعْفَاءُ اللِّحْيَةِ : Memanjangkan jenggot, yaitu tidak memotongnya sedikit pun.<br /> • اَلْأَظْفَارُ : Jamak (bentuk plural) dari ظُفْرٌ, yaitu kuku.<br /> • اَلْبَرَاجِمُ : Jamak dari بُرْجُمَةٌ, yaitu ruas-ruas jari jemari.<br /> • اَلْعَانَةُ : Rambut yang tumbuh di atas dan juga di sekitar kemaluan laki-laki maupun perempuan.<br /> <br /> SYARH HADITS<br /> Allâh Azza wa Jalla menciptakan hamba-hamba-Nya di atas fitrah yaitu mencintai kebenaran dan mengutamakannya, serta membenci kejelekan dan menolaknya. Allâh juga menciptakan para hamba-Nya lurus dan siap menerima kebenaran, ikhlas kepada Allâh, serta mendekatkan diri kepada-Nya.<br /> <br /> Allâh Azza wa Jalla menjadikan syari’at fitrah ada dua macam:<br /> Pertama, Membersihkan hati dan jiwa, dengan iman kepada Allâh, dan segala hal yang menyertainya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :<br /> <br /> فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٣٠﴾ مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ <br /> <br /> Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allâh disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allâh. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allâh. [ar-Rûm/30:30-31]<br /> <br /> Maka hal tersebut dapat menyucikan jiwa, membersihkan hati dan menghidupkannya, menghilangkan penyakit-penyakit yang hina darinya, serta menghiasinya dengan akhlak-akhlak yang mulia. Ini semua kembali kepada pokok-pokok iman dan amalan-amalan hati.<br /> <br /> Fitrah yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah agama Islam. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :<br /> <br /> مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلَّا يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيْمَةُ بَهِيْمَةً جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّوْنَ فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟<br /> <br /> Tidak ada satu pun anak yang lahir (di muka bumi ini) kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi, seperti seekor hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat, apakah kamu merasakan adanya cacat padanya?<br /> <br /> Kemudian Abu Hurairah Radhiyallahu anhu membaca firman Allâh Azza wa Jalla :<br /> <br /> فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا <br /> <br /> (Tetaplah atas) fitrah Allâh yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu [ar-Rûm/30:30][7]. <br /> <br /> Kedua, hal yang kembali kepada pembersihan secara zhahir dan menolak kotoran-kotoran darinya, yaitu sepuluh fitrah yang disebutkan dalam hadits di atas. Sepuluh fitrah tersebut termasuk wujud keindahan agama Islam, di mana semua hal tersebut membersihkan anggota badan, menyempurnakannya agar selalu sehat dan siap untuk setiap hal yang diinginkan darinya.<br /> <br /> Adapun berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung, keduanya disyari’atkan dalam bersuci dari hadats kecil dan hadats besar menurut kesepakatan para Ulama. Membersihkan mulut dan hidung adalah fardhu dalam hadats kecil dan besar, karena mulut dan hidung banyak dimasuki kotoran-kotoran, bau tak sedap, dan lainnya, sehingga harus dibersihkan dan dihilangkan kotorannya.<br /> <br /> Adapun mencukur kumis, maksudnya yaitu merapikannya sehingga bibir tetap terlihat. Ini merupakan upaya untuk menjaga dan membersihkan diri dari kotoran yang keluar dari hidung. Juga, jika kumis dibiarkan menjulur sampai bibir, maka akan mengenai makanan dan minuman yang masuk ke mulut. <br /> <br /> Adapun memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencuci ruas-ruas jari (dia termasuk lipatan-lipatan badan yang banyak terkumpul kotoran padanya), maka harus dibersihkan dan dihilangkan kotoran-kotorannya. Begitu juga mencukur bulu kemaluan.<br /> <br /> Adapun bercebok (menghilangkan atau membersihkan sisa kotoran yang keluar dari qubul dan dubur dengan air atau batu), maka itu wajib dan termasuk syarat-syarat bersuci.<br /> <br /> Anda ketahui, bahwa semua hal tersebut dapat menyempurnakan zhahir manusia, menyucikannya, dan membersihkannya, serta menolak hal-hal yang buruk dan membahayakan. Dan bersuci itu termasuk iman.<br /> <br /> Maksudnya, bahwa fitrah mencakup seluruh syari’at, baik secara zhahir maupun batin. Karena fitrah dapat membersihkan batin manusia dari akhlak-akhlak yang tercela lalu menghiasinya dengan akhlak-akhlak yang mulia, yang kembali kepada aqidah iman dan tauhid, ikhlas kepada Allâh, kembali kepada Allâh. Serta membersihkan zhahir manusia dari segala najis, kotoran-kotoran, dan penyebabnya, dan menyucikannya secara nyata maupun maknawi. Karenanya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :<br /> <br /> اَلطُّهُوْرُ شَطْرُ الْإِيْمَانِ.<br /> <br /> Bersuci adalah sebagian dari iman.[8] <br /> <br /> Allâh Azza wa Jalla berfirman :<br /> <br /> إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ<br /> <br /> “...Allâh menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.” [al-Baqarah/2:222]<br /> <br /> Syari’at seluruhnya adalah kebersihan, penyucian, mendukung pertumbuhan, penyempurnaan, anjuran kepada perkara-perkara yang mulia dan larangan dari perkara-perkara yang hina. Wallahu a’lam. <br /> <br /> Penjelasan fitrah-fitrah tersebut sebagai berikut:<br /> <br /> 1. Khitan<br /> Khitan disyari’atkan dalam Islam, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :<br /> <br /> خَـمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ : اَلْخِتَانُ ، وَالْاِسْتِحْدَادُ ، وَقَصُّ الشَّارِبِ ، وَتَقْلِيْمُ الْأَظْفَارِ ، وَنَتْفُ الْإِبْطِ.<br /> <br /> Ada lima hal yang termasuk fitrah: khitan, mencukur bulu kemaluan, menggunting kumis, meng-gunting kuku, dan mencabut bulu ketiak.[10] <br /> <br /> Makna fitrah dalam hadits ini adalah sunnah, yakni kelima hal tersebut menjadi sunnahnya para Nabi dan Rasul yang diakhiri dengan kenabian dan kerasulan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.[11] <br /> <br /> Imam al-Khaththabi rahimahullah berkata, “Adapun khitan, maka sebagian Ulama mengatakan wajib karena ia adalah bagian dari syi’ar agama, yang dengannya diketahui seseorang itu Muslim atau kafir.”[12] <br /> <br /> Syai'at khitan bersifat umum untuk laki-laki dan perempuan berdasarkan banyaknya riwayat tentang dikhitannya perempuan pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan selanjutnya hingga hari ini.<br /> <br /> Sebagian Ulama berpendapat bahwa khitan hanya wajib bagi laki-laki dan sunnah bagi wanita sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Qudâmah al-Maqdisi t (wafat th. 620 H), “Berkhitan diwajibkan atas laki-laki dan merupakan kehormatan bagi wanita, bukan wajib. Ini pendapat mayoritas Ulama.”[13] <br /> <br /> Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Pendapat yang mendekati kebenaran bahwa khitan wajib bagi laki-laki dan sunnah bagi wanita.”[14] <br /> <br /> 2. Memotong Kumis<br /> Di dalam hadits, selain menggunakan lafazh (قَصُّ) qasshu, juga disebutkan dengan lafazh (اَلْإِحْفَاءُ) al-ihfaa’, (اَلْإِنْهَاكُ) al-inhaak, (اَلْجَزُّ) al-jazz, dan (اَلْأَخْذُ) al-akhdz. Para Ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan lafazh tersebut. Sebagian berpendapat memotongnya hingga terlihat kulit. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa maksud hadits adalah berlebihan dalam memotongnya. Ada juga yang berpendapat bahwa makna lafazh tersebut adalah mutlak mencukur, namun pendapat ini lemah. Sebagian Ulama berpendapat memotong bulu kumis yang sudah menjulur ke bibir atas, sedangkan bagian atas kumis dibiarkan. Itulah pendapat yang paling kuat dalam masalah ini.Allâhu a’lam.[15] <br /> <br /> Bagi yang hendak memotong kumis, diutamakan memotong sebelah kanan dahulu, kemudian baru memotong yang sebelah kiri. Yang penting ialah seseorang wajib memotong atau merapikan kumisnya, jangan membiarkannya panjang hingga menyentuh minuman dan makanan yang ia santap, agar tidak menyerupai orang-orang Majûsi atau para pendeta dan lainnya yang mengklaim bahwa diri mereka adalah sosok seorang yang zuhud.<br /> <br /> Adapun batas waktu yang disyari’atkan dalam memotong kumis maksimal selama empat puluh hari. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :<br /> <br /> وُقِّتَ لَنَا فِيْ قَصِّ الشَّارِبِ، وَتَقْلِيْمِ الْأَظْفَارِ، وَحَلْقِ الْعَانَةِ، وَنَتْفِ الْإِبْطِ، أَلَّا نَتْرُكَ أَكْثَرَ مِنْ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا<br /> <br /> Kami diberi batasan waktu dalam mencukur kumis, memotong kuku, mencukur bulu kemaluan, dan mencabut bulu ketiak, tidak membiarkannya lebih dari empat puluh hari.[16] <br /> <br /> an-Nawawi rahimahullah berkata, “Maknanya adalah jangan sampai lebih dari empat puluh hari, bukan membiarkannya selama empat puluh hari.Wallahu a’lam.” <br /> <br /> 3. Memelihara Jenggot<br /> Memelihara jenggot merupakan salah satu adab yang harus dilaksanakan oleh seorang Muslim. Dalam syari’at Islam, laki-laki tidak boleh mencukur jenggotnya bahkan hukumnya haram, karena Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan laki-laki untuk memelihara dan memanjangkan jenggotnya. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br /> <br /> جُزُّوا الشَّوَارِبَ وَأَرْخُوْا اللِّحَى،خَالِفُوْا الْـمَجُوْسَ.<br /> <br /> Rapikanlah kumis, biarkanlah jenggot, selisihilah orang Majusi.[18] <br /> <br /> Para Ulama berbeda pendapat, “Bolehkan memendekkan jenggot atau memotongnya jika sudah melebihi satu genggam?”<br /> <br /> Jawabannya: Wajib hukumnya memelihara jenggot, tidak boleh memotongnya. Pendapat ini sesuai dengan konteks hadits yang memerintahkan untuk memeliharanya.<br /> <br /> Allâh Azza wa Jalla menjadikannya kewibawaan dan keindahan bagi laki-laki. Karenanya, keindahan itu akan tetap ada sampai tua dengan adanya jenggot. Sungguh heran dengan orang yang menyelisihi sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mencukur jenggotnya. Bagaimana wajahnya tetap buruk karena telah hilang keindahannya, terutama ketika sudah tua. Maka dia menjadi seperti nenek tua yang hilang keindahannya ketika sudah berumur, walaupun ketika kecil dia termasuk wanita yang paling cantik. Inilah yang dirasakan. Tetapi kebiasaan-kebiasaan dan taklid buta menjadikan sesuatu yang jelek diperbagus dan sesuatu yang bagus malah diperjelek.[19] <br /> <br /> Maka tidak boleh bagi laki-laki mencukur jenggotnya, jika dia melakukan hal tersebut, maka dia telah menyelisihi jalan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan durhaka kepada perintahnya, serta terjatuh kepada penyerupaan dengan kaum musyrik dan majusi. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :<br /> <br /> خَالِفُوْا الْمَجُوْسَ أَوِ الْمُشْرِكِيْنَ، وَفِّرُوْا اللِّحَى وَأَحْفُوْا الشَّوَارِبَ<br /> <br /> Selisihilah orang majusi atau orang-orang musyrik. Suburkanlah jenggot kalian dan cukurlah kumis kalian.[20] <br /> <br /> Hadits ini menunjukkan bahwa memanjangkan jenggot –yang menyelisihi orang-orang musyrik- termasuk fitrah, maka tertolaklah syubhat orang-orang yang berkata, “Sungguh, ada orang-orang kafir zaman sekarang yang memanjangkan jenggotnya. Maka tidakkah kita sepantasnya menyelisihi mereka dengan mencukur jenggot kita?” Lihatlah, ini adalah bisikan syaithan, wal ‘iyâdzu billâh. <br /> <br /> Kita jawab syubhat tersebut, “Sesungguhnya mereka memanjangkan jenggot karena mengikuti fitrah. Dan kita diperintahkan untuk melakukan fitrah tersebut. Jika mereka menyerupai kita dalam fitrah ini, maka kita tidak melarang mereka dan tidak perlu menyimpang dari fitrah tersebut hanya karena mereka menyamai kita. Sebagaimana jika mereka menyamai kita dalam memotong kuku, maka kita tidak mengatakan bahwa kita harus meninggalkan memotong kuku, tetapi kita harus tetap memotongnya. Begitu juga fitrah-fitrah yang lainnya, jika orang-orang kafir menyamai kita dalam hal-hal tersebut, maka kita tidak perlu menyimpang darinya. Wallahul muwaffiq.[21] <br /> <br /> Syaikh al-Albâni rahimahullah berkata, “Mencukur jenggot bagi kaum laki-laki adalah perilaku yang buruk karena mereka seringkali meniru perilaku orang-orang kafir Eropa yang selalu mencukur jenggotnya. Mereka merasa malu jika mereka memelihara jenggot, apalagi ketika mereka menemui pengantin wanita tanpa bercukur. Dalam hal ini mereka (yang mencukur jenggotnya) telah melakukan hal-hal yang dilarang. Di antaranya:<br /> <br /> Pertama : Merubah ciptaan Allâh Azza wa Jalla <br /> Allâh Azza wa Jalla berfirman :<br /> <br /> لَعَنَهُ اللَّهُ ۘ وَقَالَ لَأَتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيبًا مَفْرُوضًا ﴿١١٨﴾ وَلَأُضِلَّنَّهُمْ وَلَأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الْأَنْعَامِ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا <br /> <br /> Syaitan dilaknat Allâh, dan ia berkata, ‘Aku pasti akan mengambil bagian tertentu dari hamba-hamba-Mu, dan pasti akan aku sesatkan mereka, dan akan kubangkitkan angan-angan kosong pada mereka, dan akan aku suruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak, (lalu mereka benar-benar memotongnya), dan akan aku suruh mereka merubah ciptaan Allâh, (lalu mereka benar-benar merubahnya).’ Barangsiapa menjadikan syaitan sebagai pelindung selain Allâh, maka sungguh ia menderita kerugian yang nyata.” [An-Nisâ'/4:118-119]<br /> <br /> Mencukur jenggot termasuk perilaku merubah apa yang ditetapkan oleh ajaran Islam. <br /> <br /> Kedua : Melanggar perintah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam <br /> Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :<br /> <br /> أَنْـهِكُوْا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوْا اللِّحَى<br /> <br /> Cukurlah (guntinglah/rapikanlah) kumis dan peliharalah jenggot.[22] <br /> <br /> Kita mengetahui bahwa perintah adalah wajib. Perintah wajib ini tidak bisa dipalingkan kepada tidak wajib kecuali ada qarînah (indikator) yang menegaskan ketidakwajibannya. Qarînah di sini justeru menguatkan kewajiban, yaitu sebagaimana yang ada pada point ketiga dan keempat berikut ini.<br /> <br /> Ketiga : Menyerupai orang kafir.<br /> Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :<br /> <br /> جُزُّوْا الشَّوَارِبَ وَأَرْخُوْا اللِّحَى ، خَالِفُوْا الْـمَجُوْسَ.<br /> <br /> Cukurlah (guntinglah/rapikanlah) kumis dan peliharalah jenggot. Bedakanlah diri kalian dengan orang-orang Majusi[23]. <br /> <br /> Keempat : Menyerupai kaum wanita.<br /> <br /> لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ nاَلْمُتَشَّبِّهِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ<br /> <br /> Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan melaknat wanita yang menyerupai laki-laki.[24] <br /> <br /> Oleh karena itu, laki-laki yang mencukur jenggotnya telah terbukti berusaha menyerupai wanita.”[25] <br /> <br /> an-Nawawi rahimahullah berkata, “Para Ulama menyebutkan sepuluh perkara yang terlarang berkaitan dengan hukum jenggot :<br /> 1. Menyemir jenggot dengan warna hitam, bukan dengan maksud berjihad.<br /> 2. Menyemir jenggot dengan warna kuning karena ingin disebut orang shalih, bukan karena ingin mengikuti sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .<br /> 3. emutihkannya dengan belerang atau zat pemutih lainnya karena ingin terlihat lebih tua, agar dirinya diangkat menjadi pemimpin, ingin dihormati orang lain, atau ingin memberi kesan bahwa ia adalah sesepuh.<br /> 4. Mencabut atau mencukur jenggot yang mulai tumbuh karena ingin terlihat awet muda atau ingin terlihat lebih tampan.<br /> 5. Mencabut uban yang tumbuh di jenggot.<br /> 6. Menyusun jenggot menjadi ikatan di atas ikatan agar dinilai bagus oleh kaum wanita dan lainnya.<br /> 7. Menambah atau mencukur jambang, atau mencukur sebagian jambang, ketika mencukur kepala, mencabut rambut yang tumbuh di bawah bibir, dan lain-lain.<br /> 8. Menyisir jenggot dengan gaya sisiran terkini untuk menarik perhatian orang banyak.<br /> 9. Membiarkannya acak-acakan dan kurang memperhatikan jenggotnya agar dianggap sebagai orang zuhud.<br /> 10. Memperhatikan jenggot yang hitam dan putih dengan perasaan kagum terhadap diri sendiri dan sombong, memamerkan kepada para pemuda, sekaligus membanggakannya di hadapan orang-orang tua dan anak-anak muda.<br /> 11. Mengikat atau mengepang jenggot.<br /> 12. Mencukur jenggot. Kecuali jika jenggot tumbuh pada wanita, maka dia boleh mencukurnya. Wallahu a’lam.”[26] <br /> <br /> 4. Bersiwak.<br /> Bersiwak dapat membersihkan mulut. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :<br /> <br /> اَلسِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ.<br /> <br /> Siwak dapat membersihkan mulut dan sangat diridhai oleh Allâh.[27] <br /> <br /> Karena itulah, siwak dianjurkan pada setiap waktu, dan lebih ditekankan pada waktu wudhu, shalat, bangun dari tidur, ketika bau mulut sudah berubah, ketika warna gigi berubah kekuningan, dan lainnya.<br /> <br /> 5. Istinsyâq Dengan Air<br /> Istinsyâq merupakan salah satu amalan dalam berwudhu’, tetapi dilakukan ketika wudhu’ saja. Istinsyâq dan istintsâr adalah tata cara membersihkan atau menyucikan rongga hidung dari berbagai kotoran yang menempel di dalamnya.<br /> <br /> Istinsyâq adalah memasukkan air ke dalam rongga hidung yang paling dalam dengan menarik nafas. Dianjurkan untuk melakukannya dengan sungguh-sungguh kecuali jika seseorang sedang berpuasa. Sedangkan istintsâr adalah adalah mengeluarkan air dari dalam rongga hidung setelah melakukan istinsyaaq.<br /> <br /> 6. Memotong Kuku<br /> Maksud memotong kuku adalah membuang kuku yang panjangnya sudah melebihi ujung jari.Sebab, kotoran-kotoran sering mengumpul pada ujung kuku tersebut sehingga terlihat jorok.[28] <br /> <br /> an-Nawawi rahimahullah menyebutkan bahwa disunnahkan dalam memotong kuku dengan memulainya dari kuku jari tangan baru kemudian kuku jari kaki.[29] <br /> <br /> Sebagian orang menyelisihi sunnah ini dengan membiarkan kukunya memanjang hingga kotoran berkumpul pada ujung kukunya mirip dengan cakar-cakar hewan buas. Tentunya ini suatu hal yang tidak pantas dilakukan oleh seorang Muslim. Membiarkan kuku panjang banyak dilakukan oleh kaum wanita agar kukunya bisa dipakaikan kutek dengan maksud untuk kecantikan. Perbuatan ini bertentangan dengan sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .<br /> <br /> 7. Menyela Jari-jemari<br /> an-Nawawi rahimahullah berkata, “Adapun menyela jari jemari merupakan sunnah tersendiri, bukan khusus ketika berwudhu’ saja.”<br /> <br /> Para Ulama berkata, “Hukum menyela jemari dikiaskan dengan setiap tempat berkumpulnya kotoran, seperti lubang dan daun telinga, yang dapat dibersihkan dengan cara mengusapnya. Sebab, terkadang kotoran tersebut dapat mengganggu pendengaran.Demikian juga halnya dengan kotoran yang berkumpul di tempat-tempat lain pada anggota badan, baik berupa keringat, debu, dan lain-lain.Wallahu a’lam.”[30] <br /> <br /> 8. Mencabut Bulu Ketiak<br /> Permbersihan bulu ketiak boleh dilakukan dengan cara mencabut, mencukur, atau dengan cara apa saja yang dapat menghilangkannya, sebab ketiak merupakan sumber bau badan yang tidak sedap. Hanya saja, dengan cara mencabut akan menghasilkan beberapa faedah yang tidak didapati jika dilakukan dengan cara mencukurnya. Di antara faidah tersebut adalah dapat melemahkan akar bulu ketiak dan dapat mengurangi bau badan. Adapun jika dilakukan dengan cara mencukur, maka itu dapat memperkuat akar dan membuatnya lebih lebat, sehingga bau tak sedap pun akan bertambah. Oleh karena itu, mencabut bulu ketiak lebih utama daripada mencukurnya, kecuali jika ia tidak sanggup menahan sakit.<br /> <br /> Dalam memulai mencabut bulu ketiak, disunnahkan memulai dengan yang sebelah kanan, sedangkan cara membersihkannya dengan tangan kiri. Apabila ada yang sanggup menghilangkan bulu ketiak kiri dengan jari kirinya, maka itu lebih baik.Jika tidak sanggup, maka melakukannya dengan jari kanan.[31] <br /> <br /> 9. Mencukur Bulu Kemaluan<br /> an-Nawawi rahimahullah berkata, “Diriwayatkan dari Abul ‘Abbas bin Suraij: Termasuk juga rambut yang tumbuh di sekitar anus.” Dengan demikian, disunnahkan mencukur pada sekitar kemaluan dan anus. Adapun waktunya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing dan panjang pendeknya rambut tersebut. Jika sudah panjang, maka harus dicukur. Kaidah ini juga dipakai dalam merapikan kumis, mencabut bulu ketiak, dan memotong kuku.”[32] <br /> <br /> 10. Istinja’<br /> Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, kata intiqâsh ditafsirkan oleh Waki’ dengan istinja, yaitu mencuci kemaluan dan anus setelah buang hajat.<br /> <br /> Ini menunjukkan bahwa agama Islam memberi dorongan kepada kaum Muslimin agar tetap menjaga kebersihan dan menebarkan aroma wangi.Ada juga yang berpendapat bahwa maksud dari kata intiqâsh adalah memercikkan sedikit air kearah kemaluan seusai mengambil wudhu’. Wallahu a’lam.<br /> <br /> 11. Berkumur-kumur<br /> Berkumur-kumur juga termasuk salah satu amalan wudhu’ walaupun tidak khusus dilakukan pada waktu wudhu’. Berkumur-kumur adalah memasukkan air ke dalam rongga mulut, diputar-putar (dalam mulut), lalu disemburkan keluar atau mengeluarkan kembali dari mulut. Disunnahkan untuk bersungguh-sungguh ketika berkumur-kumur kecuali jika sedang berpuasa.Kumur-kumur berfungsi untuk mewangikan bau mulut dengan air, serta membuang sisa makanan yang masih menempel, yang dapat menimbulkan bau mulut tidak sedap.<br /> <br /> FAWAA-ID<br /> 1. Agama Islam adalah agama fitrah.<br /> 2. Agama Islam tidak akan bertentangan dengan fitrah dan akal yang sehat.<br /> 3. Allâh Azza wa Jalla menciptakan hamba-hamba-Nya di atas fitrah, mencintai kebenaran, dan membenci kejelekan.<br /> 4. Fitrah ada dua; yaitu (1) membersihkan hati dan jiwa dengan iman kepada Allâh Azza wa Jalla dan (2) membersihkan lahiriyyah serta menjauhkan kekotoran.<br /> 5. Islam adalah agama yang indah dan bersih. <br /> 6. Agama Islam sangat memperhatikan kebersihan lahir maupun batin.<br /> 7. Islam mendorong para pemeluknya untuk memperhatikan kebersihan tubuhnya dan menghilangkan kotoran-kotoran yang terdapat pada dirinya.<br /> 8. Orang Islam wajib berkhitan dan khitan merupakan syi’ar Islam yang agung.<br /> 9. Wajib membiarkan jenggot tumbuh dan ini merupakan fitrah bagi laki-laki.<br /> 10. Mencukur jenggot dan menggunting ujungnya adalah menyelisihi sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .<br /> 11. Barangsiapa mencukur jenggotnya maka dia berdosa.<br /> 12. Mencukur jenggot banyak kerusakannya, di antaranya menyelisihi perintah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , menyerupai orang-orang kafir, menyerupai kaum perempuan, dan lainnya.<br /> 13. Diperintahkan untuk merapikan kumis, mencabut bulu ketiak, menggunting kuku, dan mencukur bulu kemaluan.<br /> 14. Dianjurkan berkumur-kumur, memasukkan air ke hidung, dan membersihkan jari-jari.<br /> 15. Dianjurkan bersiwak ketika wudhu’, ketika shalat, dan juga pada setiap waktu.<br /> 16. Wajib ber-istinja’ (bercebok) bila buang air besar dan kecil.<br /> 17. Bersuci adalah wajib dan bagian dari iman.<br /> <br /> [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XVII/1435H/2014]<br /> _______<br /> Footnote<br /> [1]. Shahih: HR. Al-Bukhâri (no. 5889, 5891, 6297), Muslim (no. 257), dan Ahmad (II/239, 410).<br /> [2]. an-Nihâyah fii Gharîbil Hadîts wal Atsar (hlm. 639).<br /> [3]. al-Mu’jamul Wasîth (hlm. 694), cet. Al-maktabah al-Islamiyyah.<br /> [4]. Lisânul ‘Arab (X/286).<br /> [5]. Tuhfatul Maudûd bi Ahkâmil Maulûd (hlm. 269), karya Ibnu Qayyim, tahqiq dan takhrij Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaly.<br /> [6]. Tuhfatul Maudûd bi Ahkâmil Maulûd (hlm. 257-258) dan Fat-hul Bâri (X/340).<br /> [7]. Shahih: HR. al-Bukhâri (no. 1358, 1359, 1385, 4775), Muslim (no. 2658 [22]), Abu Dâwud (no. 4714), Ahmad (II/233, 275, 315, 346, 393), Malik dalam al-Muwaththa’ (I/207, no. 52), at-Tirmidzi (no. 2138).<br /> Dalam lafazh Abu Dawud, at-Tirmidzi, Mâlik, dan sebagian riwayat al-Bukhâri dan Ahmad, disebutkan: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah.” [Lihat Irwâ-ul Ghalîl (V/50) dan Shahîhul Jâmi’ (no. 5784) karya Syaikh al-Albani rahimahullah ].<br /> [8]. Shahih: HR. Muslim (no. 223).<br /> [9]. Bahjatu Qulûbil Abrâr (hlm. 127- 131), dengan diringkas dan Tauhid Jalan Kebahagiaan, Keselamatan, dan Keberkahan Dunia Akhirat, cet. V, oleh penulis, Penerbit Media Tarbiyah, hlm. 122-124.<br /> [10]. Shahih:HR. al-Bukhâri (no. 5891, 6297), Muslim (no. 257), Abu Dawud (no. 4198), at-Tirmidzi (no. 2756), an-Nasa-i (I/13-14), Ibnu Mâjah (no. 292) dan Ahmad (II/229, 239, 410, 489), lafazh ini milik Ahmad, dari Abu Hurairah z .<br /> [11]. Fat-hul Bâri (X/339).<br /> [12]. Tuhfatul Maudûd (hlm. 278-279), Fat-hul Bâri (X/342), al-Majmû’ Syarhul Muhadzdzab (I/300).<br /> [13]. al-Mughni ma’a asy-Syarhil Kabîr (I/107) karya Ibnu Qudamah.<br /> [14]. Asy-Syarhul Mumti’ ‘ala Zaadil Mustaqni’ (I/164).<br /> [15]. Lihat pembahasan ini secara rinci dalam kitab Fat-hul Baari (X/346-348) dan Syarhun Nawawi ‘ala Shahîh Muslim (III/151).<br /> [16]. Shahih: HR. Muslim (no. 258), dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu.<br /> [17]. Syarh Shahîh Muslim, karya an-Nawawi (III/149).<br /> [18]. Shahih:HR. Muslim (no. 260 (55)) dan Abu ‘Awanah (I/188), dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.<br /> [19]. Bahjatu Qulûbil Abrâr (hlm. 129).<br /> [20]. Shahih: HR. al-Bukhâri (no. 5492) dan Muslim (no. 259 [54]), dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Lafazh ini milik al-Bukhâri.<br /> [21]. Syarh Riyâdhish Shâlihîn (V/235), karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin.<br /> [22]. Shahih: HR. al-Bukhâri (no. 5893) dan Muslim (no. 259 (52)), dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhu.<br /> [23]. Shahih:HR. Muslim (no. 260 (55)) dan Abu ‘Awanah (I/188), dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu .<br /> FAEDAH: Kalimat yang ada pada dua hadits di atas yaitu ((أَنْهِكُوْا)) dan ((جُزُّوْا)) artinya cukurlah kumis yang melebihi bibir, bukan mencukur kumis semuanya karena mencukur kumis semuanya menyalahi Sunnah yang telah dipraktekkan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Bahkan Imam Mâlik rahimahullah mengatakan “bid’ah” bagi orang yang mencukur kumis semuanya. (lihat Âdâbuz Zifâf, hlm. 209). Karena itu kedua kalimat tersebut saya artikan dengan: “guntinglah kumis” atau “rapikanlah kumis” supaya tidak dicukur habis. Wallaahu a’lam.<br /> [24]. Shahih: HR. al-Bukhâri (no. 5885, 6834), at-Tirmidzi (no. 2784) dan lainnya, dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma .<br /> [25]. Âdâbuz Zifâf (hlm. 207-210).<br /> [26]. Shahîh Muslim bisyarh an-Nawawi (I/149).<br /> [27]. Shahih: HR. al-Bukhâri (IV/137) secara mu’allaq, Ahmad (VI/47, 62, 124, 238), an-Nasa-i (I/10), asy-Syafi’i dalam al-Umm (I/52), ad-Darimi (I/174), Ibnu Hibban (no. 143-al-Mawârid), dan al-Baihaqi dalam as-Sunanul Kubrâ (I/34). Lihat Irwâ-ul Ghalîl (no. 66).<br /> [28]. Fat-hul Bâri (X/344-345).<br /> [29]. Syarh Shahîh Muslim (III/190).<br /> [30]. Syarh Shahîh Muslim (III/150)<br /> [31]. Fat-hul Bâri (X/344).<br /> [32]. Syarh Shahîh Muslim (III/148-149).</div>

renungan fitrah fitrah manusia

Oleh Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas حفظه الله عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُوْلُاللهِ صَلَّى اللهُ...

lebih lanjut..:)>>>>»

fitnah kaum takfiri

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmRg7DWYS2C2eNe7NLRIUD1rHJXnhq4YGJ54JOiyuy7fUFTHkH7eoADv-KEKOLfbSwDybwoifr5CN_aQFzqS9eE81EVDp_zGEiGjbDL5THVZYJHPKvOEe9wSblgpHaSTpOKq9WASpguwU/s1600/takfir.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmRg7DWYS2C2eNe7NLRIUD1rHJXnhq4YGJ54JOiyuy7fUFTHkH7eoADv-KEKOLfbSwDybwoifr5CN_aQFzqS9eE81EVDp_zGEiGjbDL5THVZYJHPKvOEe9wSblgpHaSTpOKq9WASpguwU/s320/takfir.jpg" width="320" /></a></div> <br /> <h5 style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">GELAR TAKFIRI, PANTASKAH ??</span><br /> <span style="color: black;"> ====================<span style="color: black;"></span></span></h5> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Tidak diragukan saudara-saudara kita yang terjerat <strong>dalam pemahaman takfiri</strong> (suka mengkafirkan) adalah saudara-saudara yang semangat menegakkan syari’at Islam. Akan tetapi tentunya bukan hanya mereka saja yang rindu untuk ditegakkan syari’at Islam. Demikian juga bukan hanya mereka yang benci kepada kesyirikan dan kekufuran, akan tetapi masih banyak saudara-saudara mereka yang lain yang juga benci dan selalu memperingatkan umat akan bahaya kesyirikan dengan berbagai macam jenisnya.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Hanya saja saudara-saudara kita –yang hobi mengkafirkan- tersebut sangat memfokuskan pembahasan kesyirikan pada permasalahan <strong>“Berhukum dengan selain hukum Allah”.</strong> Berangkat dari kesalahpahaman tentang permasalahan “Berhukum dengan selain hukum Allah” maka menimbulkan pengkafiran berantai ala “MLM”.<span id="more-7992"></span></span></div> <div style="text-align: justify;"> <a href="https://aslibumiayu.files.wordpress.com/2013/12/arrahmah.jpeg?w=261&h=216" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="arrahmah" border="0" class="alignright wp-image-7994" height="216" src="https://aslibumiayu.files.wordpress.com/2013/12/arrahmah.jpeg?w=261&h=216" width="261" /></a><span style="color: black;">TENTU SAUDARAKU YANG “HOBI” MENGKAFIRKAN TIDAK SUKA ATAU TIDAK RIDHO DENGAN GELAR YANG BURUK INI “TAKFIRI” jika distempelkan dan dicapkan pada dirinya. Karena bagaimanapun gelar “takfiri” sangat bermakna konotasi. Akan tetapi jika kita kembali kepada kenyataan aqidah dan praktek mereka…ternyata inilah sifat dan gelar yang tepat dan sangat pas jika ditempelkan kepada saudara-saudara kita yang berpemahaman takfir tersebut. Terlebih lagi jika kita menelaah pernyataan-pernyataan berani yang dilontarkan oleh tokoh-tokoh mereka (dalam hal ini adalah <span style="color: red;"><strong>Ustadz Aman Abdurrahman dan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir),</strong></span> sebagaimana yang telah dinukil oleh situs-situs pendukung dan penebar pemahaman kedua ustadz ini seperti : <span style="color: red;"><strong>(1) Arrahmah.com, (2) Millahibrahim.wordpress.com, dan (3) voa-islam.com</strong></span></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Berikut contoh-contoh pengkafiranberantai tersebut, sebagaimana termaktub dalam situs-situs tersebut :</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: navy;"><strong>PERTAMA : ARAB SAUDI NEGARA KAFIR.</strong></span><br /> <span style="color: black;"> Seorang muslim tentunya bahagia masih ada suatu negara yang masih menegakkan hukum Islam, hukum rajam bagi yang berzina, hukum pemotongan tangan bagi yang mencuri, qisos (dipenggal kepala) pagi yang membunuh orang lain dengan sengaja tanpa hak, qisosbagi yang mempraktekan sihir, dll. Itulah negara Arab Saudi, yang pada negara tersebut tidak akan ditemukan sebuah tempat ibadah agama lain…, tidak akan ditemukan perayaan hari natal…, tidak akan ditemukan bar dan discotik.., apalagi tempat lokalisasi perzinahan, serta keamanan yang luar biasa. </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Sebagaimana hal ini bisa dirasakan oleh para jama’ah haji. Tidak ada kuburan yang disembah.., tidak ada penyembelihan kepada jin.., dan tidak ada praktik-praktikesyirikan secara terang-terangan. Demikian juga Arab Saudi adalah satu-satunya negara yang memiliki Lembaga al-AmrbilMa’ruufwaAn-Nahyu ‘anal-Munkar. <strong>Tentunya tidak ada yang mengatakan bahwa Arab Saudi adalah negara Islam yang sempurna…??.</strong> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Tidak seorangpun yang menyatakan demikian. Bahkan kita sendiri melihat masih ada kekurangan pada kerajaan Arab Saudi. Akan tetapi itulah negara yang terbaik yang adasaatini, yang kita terus memohon kepada Allah agar tetap menjaga negara ini dan mengarahkannya kepada yang lebih baik.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Akan tetapi anehnya, ada seorang ustadz yang bukannya mendoakan agar Arab Saudi menjadi lebih baik, akan tetapi <strong>malah berbahagia jika Arab Saudi runtuh..!?.</strong> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Dalam sebuah tulisan yang berjudul “Masa-masa akhir menjelang runtuhnya Thaghut Saudi”, <strong>Ustadz Aman Abdurrahman berkata :</strong> ((Arab Saudi adalah negara paling akhir dalam keterbongkaran kekafiran dan kethaghutan mereka, yang selama ini mayoritas umat Islam atau bahkan aktivis Islam meyakini bahwa Saudi adalah negara Islam. </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Hari demi hari semakin terbongkar kekafiran mereka di hadapan umat Islam dan bahkan di hadapan para syaikh mereka yang selama ini selalu melindungi dan menjadi pilar pengokoh kekuasaan mereka. Bergembiralah wahai kaum muslimin dengan semakin nyatanya kejahatan Dinasti Saudi dan kekafiran mereka serta loyalitas mereka kepada Salibis Amerika dan Zionis Yahudi. <strong>Tunggulah saatnya kehancuran mereka dan penguasaan ikhwan tauhid setelahnya)),</strong> silahkan baca (<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fmillahibrahim.wordpress.com%2F2013%2F08%2F17%2Fmasa-masa-akhir-menjelang-runtuhnya-thaghut-saudi%2F&h=JAQE1eXHPAQG7BXv2nqS0rWQaW-CysU2vlBJlOAywg5GKiA&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank"><span style="color: black;">http://millahibrahim.wordpress.com/2013/08/17/masa-masa-akhir-menjelang-runtuhnya-thaghut-saudi/</span></a>)</span></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-co5F_Mn_LhetL1HSCFPktgpx5axbSqp3a6lrKajSqUYlq1yNtcgCGpa83HyzWJQmGKrMFO355HkoZaCVEhNUZNZAWVs3OLH48crgORuJZLYdYn0nD_Kt7CbXVqdCTGU__GGW9ps2jME/s1600/1097937_565801053484203_1714030561_n1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="235" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-co5F_Mn_LhetL1HSCFPktgpx5axbSqp3a6lrKajSqUYlq1yNtcgCGpa83HyzWJQmGKrMFO355HkoZaCVEhNUZNZAWVs3OLH48crgORuJZLYdYn0nD_Kt7CbXVqdCTGU__GGW9ps2jME/s320/1097937_565801053484203_1714030561_n1.jpg" width="320" /></a></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Entah apa yang dikehendaki oleh Ustadz Aman Abdurrahman ini…?!, apakah ia ingin Arab Saudi hancur, lalu ia bersama rekan-rekannya mendirikan negara Islam di Arab Saudi menggantikan raja Saudi, lalu menyerang Amerika dan Yahudi??. Apakah semudah itu…??. Apakah itu yang hendak digembira riakan??. Ingin agar tidak ada yang mengatur jama’ah haji dan umroh…</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Selanjutnya…</span></div> <div style="text-align: justify;"> <strong><span style="color: black;">KEDUA : INDONESIA NEGARA MUSYRIK DAN KAFIR</span></strong><br /> <span style="color: black;"> Jika Arab Saudi yang menjalankan hukum Islam saja divonis kafir <strong>maka bagaimana lagi nasib NKRI?.</strong> <span style="color: red;"><strong>Ustadz Abu Bakar Ba’asyir berkata :</strong></span><strong> “Negara Indonesia (NKRI) adalah negara musyrik dan kafir”</strong> (silahkan baca <a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fwww.voa-islam.com%2Fread%2Findonesiana%2F2013%2F08%2F15%2F26277%2Fustadz-baasyir-indonesia-berhukum-thaghut-umat-islam-dilarang-patuh%2F%23sthash.H5wyoNld.dpbs&h=EAQF-tQGzAQGWFsGRthqQUWWlx3JQUuSfsPuqVGxla-5HJg&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank"><span style="color: black;">http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/08/15/26277/ustadz-baasyir-indonesia-berhukum-thaghut-umat-islam-dilarang-patuh/#sthash.H5wyoNld.dpbs</span></a>).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Selanjutnya …</span></div> <div style="text-align: justify;"> <strong><span style="color: black;">KETIGA : KEPALA NEGARA INDONESIA KAFIR.</span></strong><br /> <span style="color: black;"><strong> Jika negaranya kafir, maka tentunya sang presidennya juga kafir,</strong> karena menjalankan kekafiran dengan berhukum dengan hukum selain hukum Allah kafir. <span style="color: red;"><strong>Presiden Indonesia SBY disebut oleh mereka sebagai thaghut (gembong kekufuran),</strong> </span>silahkan lihat <a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fwww.arrahmah.com%2Fread%2F2012%2F01%2F11%2F17338-ustadz-abu-bakar-baasyir-penguasa-nkri-sejak-merdeka-hingga-saat-ini-adalah-thaghut.html&h=WAQFLfivuAQHxwJrdQVYSt2GDo3xXkX27eP3nZz_JKfCRjw&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank"><span style="color: black;">http://www.arrahmah.com/read/2012/01/11/17338-ustadz-abu-bakar-baasyir-penguasa-nkri-sejak-merdeka-hingga-saat-ini-adalah-thaghut.html</span></a>).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Jangankan presiden NKRI bahkan tokoh Ikhwanul Muslimin yaitu Mursi –<strong>presiden Mesir- juga divonis kafir tatkala menjadi presiden</strong> (silahkan baca <a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fmillahibrahim.wordpress.com%2F2013%2F10%2F17%2Fpenjelasan-kekafiran-mursiy-saat-menjadi-presiden-mesir%2F&h=rAQF-_eLZAQGLKD6Rk69S5WYcLvYEZCSWMgYLsY1Rvu2SDw&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank"><span style="color: black;">http://millahibrahim.wordpress.com/2013/10/17/penjelasan-kekafiran-mursiy-saat-menjadi-presiden-mesir/</span></a>).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Selanjutnya …</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><strong>KEEMPAT : PEGAWAI NEGERI SECARA UMUM KAFIR (MESKIPUN TIDAK SEMUANYA).</strong> Sebagaimana yang telah dinyatakan oleh <span style="color: red;"><strong>Ustadz andalan kaum takfiri yaitu Aman Abdurrahman</strong></span> (silahkan lihat <a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fwww.arrahmah.com%2Fread%2F2007%2F11%2F29%2F1317-status-pegawai-negeri-pemerintahan-thaghut.html&h=3AQEHoy_MAQFPoaLDHHZEfRXrFYFs3rTC4KKoXE3S_9GbOQ&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank"><span style="color: black;">http://www.arrahmah.com/read/2007/11/29/1317-status-pegawai-negeri-pemerintahan-thaghut.html</span></a>)</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Karena negara Indonesia negara kafir dan musyrik, demikian juga kepala negaranya yang berhukum dengan hukum kafir, maka yang bekerja sebagai pegawai negara tersebut juga terancam kafir.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <strong><span style="color: black;">PERINCIANNYA SEBAGAI BERIKUT:</span></strong><br /> <span style="color: black;"><strong> – Seluruh kepala negara (baik presiden, Amir, maupun Raja) adalah kafir bahkan thaghut</strong> (gembong dan penyebab kekufuran berantai). <span style="color: red;"><strong>Aman Abdurrahman</strong></span> berkata ((Penguasa zhalim yang merubah aturan-aturan (hukum) Allah, thaghut semacam ini adalah banyak sekali dan sudah bersifat lembaga resmi pemerintahan negara-negara pada umumnya di zaman sekarang ini. </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Contohnya tidaklah jauh seperti parlemen, lembaga inilah yang memegang kedaulatan dan wewenang pembuatan hukum/undang-undang. Lembaga ini akan membuat hukum atau tidak, dan baik hukum yang digulirkan itu seperti hukum Islam atau menyelisihinya maka tetap saja lembaga berikut anggota-anggotanya ini adalah thaghut, meskipun sebahagiannya mengaku memperjuangkan syari’at Islam. <span style="color: red;"><strong>Begitu juga Presiden/ Raja/Emir atau para bawahannya yang suka membuat SK atau TAP yang menyelisihi aturan Allah, mereka itu adalah thaghut)),</strong></span> silahkan baca (<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fmillahibrahim.wordpress.com%2Fseri-materi-tauhid%2Fseri-4-siapakah-thaghut%2F&h=4AQG2_f0WAQHL9dFw0bTJ4hNTrfN_bynqKJTHxyscbCuAHA&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank"><span style="color: black;">http://millahibrahim.wordpress.com/seri-materi-tauhid/seri-4-siapakah-thaghut/</span></a>)</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><strong>– Seluruh anggota DPR dan MPR kafir,</strong> karena membuat hukum selain hukum Allah</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><strong>– Seluruh jaksa dan hakim adalah kafir,</strong> dan seluruh yang bekerja di departemen kehakiman dan pengadilan konsekuensinya juga kafir</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><strong>– Seluruh anggota polisi kafir,</strong> karena ikut membela negara yang berhukum dengan hukum Allah</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><strong>– Seluruh anggota ABRI, baik angkatan udara, angkatan laut, maupun angkata darat,</strong> semuanya kafir karena ikut membela negara kafir Indonesia yang berhukum dengan selain hukum Allah</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><span style="color: red;"><strong>Aman Abdurrahman berkata</strong></span> ((seperti anggota MPR/DPR, baik dia disumpah ataupun tidak maka dia tetap kafir, juga hakim, jaksa, tentara, polisi, baik mereka ada sumpah ataupun tidak, mereka tetap orang kafir))</span></div> <div style="text-align: justify;"> <strong><span style="color: black;">SETELAH ITU RANTAI PENGKAFIRAN BERLANJUT :</span></strong><br /> <span style="color: black;"><strong> – Mengkafirkan semua yang membantu terlaksananya sidang-sidang DPR/MPR.</strong> Aman <span style="color: red;"><strong>Abdurrahman berkata</strong></span> ((Atau orang bekerja di sekretariat gedung DPR/MPR, dimana dia yang mengatur program-program atau berbagai acara rapat atau sidang mejelisthaghut ini)).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Ini melazimkan pengkafiran yang ngawur membabi buta, sehingga semua orang yang kerjaannya ada hubungan dengan kegiatan DPR/MPR maka dihukum kafir !!. </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Termasuk para pedagang yang menyediakan makanan dalam sidang-sidang tersebut.., para tukang sapu yang membersihkan ruangan sidang tersebut…, pokoknya semua yang iktu nimbrung membantu jalannya persidangan DPR/MPR maka divonis kafir</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><strong>– Semua pegawai negeri yang tatkala menjadi pegawai negeri disumpah maka dia telah kafir.</strong> <span style="color: red;"><strong>Aman Abdurrahman berkata</strong></span> ((apapun bentuk dinasnya selama ada sumpah untuk loyal kepada hukum thaghut maka dia kafir)) (lihat <a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fmillahibrahim.wordpress.com%2F2007%2F11%2F02%2Fstatus-bekerja-di-dinas-pemerintahan-thaghut%2F&h=IAQEg6wU9AQHJT_I2roazGXNKypoOLVpAFe2VxOE6kD8fIA&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank"><span style="color: black;">http://millahibrahim.wordpress.com/2007/11/02/status-bekerja-di-dinas-pemerintahan-thaghut/</span></a>). Ini merupakan bentuk pengkafiran pegawai negeri secara menyeluruh, karena rata-rata pegawai negeri terkena sumpah</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><strong>– Sekedar menyanyikan lagu garuda pancasila meskipun meyakini kebatilan dan kesyirikan pancasila sudah cukup untuk menjadikan penyanyi tersebut otomatis kafir.</strong> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><strong><span style="color: red;">Aman Abdurrahman berkata</span></strong> ((Pancasila adalah falsafah syirik, maka orang-orang yang ‘sekedar’ ikut menyanyikan lagu Garuda Pancasila adalah telah keluar dari Islam, baik karena alasan basa-basi atau karena takut (kecuali dipaksa), meskipun dia itu benci dengan Pancasila dan para pendukungnya serta cinta kepada Tauhid dan kaum muwahhidin, karena dia mengikuti orang-orang musyrik dalam kemusyrikannya)) (lihat <a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fmillahibrahim.wordpress.com%2Fseri-materi-tauhid%2Fseri-8-hukum-berloyalitas-kepada-musyrikin%2F&h=vAQFMJNW2AQG3ZnRZaEfYwoohSJezX_DM8S12llwZEIBhDw&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank"><span style="color: black;">http://millahibrahim.wordpress.com/seri-materi-tauhid/seri-8-hukum-berloyalitas-kepada-musyrikin/</span></a>)</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><strong>– Pejabat yang mengatakan “kami hanya menjalankan tugas/prosedur atasan” maka telah kafir.</strong> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><span style="color: red;"><strong>Aman Abdurrahman berkata</strong></span> ((Bila saja orang yang mengikuti apa yang membuat murka Allah telah divonis murtad oleh-Nya, maka apa gerangan dengan banyaknya orang yang berposisi sebagai bawahan mengatakan kepada masyarakat “Kami hanya menjalankan tugas” setelah sang pejabat atasan membuat undang-undang kafir kemudian si bawahan itu melaksanakannya))</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><strong>– Hanya sekedar anak-anak mengikuti pelajaran PMP atau PPKN maka otomatis menjadi kafir.</strong> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><span style="color: red;"><strong>Aman Abdurrahman berkata</strong></span> ((Bila orang yang taat dalam sebagian kekafiran Allah SubhanahuWaTa’ala memvonisnya sebagai orang murtad, maka apa gerangan dengan:…Anak-anak sekolah mengikuti pelajaran falsafah syirik dengan alasan mengikuti proses pembelajaran dan berkata: “Karena jika tidak (ikut), maka kami tidak akan lulus”))</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><strong>– Anak-anak aja dikafirkan apalagi mahasiswa.</strong> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><span style="color: red;"><strong>Aman Abdurrahman berkata</strong></span> ((Seperti saat ujian siswa memuji Pancasila, demokrasi, Undang Undang Dasar 1945, dan lain-lain. Atau kagum dengannya atau bangga dengannya demi mendapatkan nilai ujian, maka dia itu kafir meskipun benci akan hal-hal itu dan para pendukungnya serta cinta kepada Tauhid dan kaum muwahhidin.))</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><strong>– Seluruh pemilik sekolah resmi yang diakui pemerintah adalah kafir.</strong> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><span style="color: red;"><strong>Aman Abdurrahman berkata</strong></span> ((Seperti itu pula orang yang ingin membuat lembaga yang diakui thaghut, sedangkan thaghut mensyaratkan adanya mata pelajaran falsafah syirik (mis. PPKN) lalu mereka menerima syarat itu, maka hukumnya sama saja.))</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><strong>– Bahkan meskipun berdusta akan menyetujui tetap saja divonis kafir.</strong> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><span style="color: red;"><strong>Aman Abdurrahman berkata</strong></span> ((Bahkan bila dia berjanji dusta untuk memenuhi syarat itu terhadap thaghut, tetap hukumnya sama saja))</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><strong>KELIMA : YANG MENYATAKAN PARA BOMBERS SEBAGAI TERORIS DIVONIS KAFIR.</strong> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><span style="color: red;"><strong>Ustadz Abu Bakar Ba’asyir berkata :</strong></span> <strong>“Kalau ada umat Islam yang menganggap alqaidah sebagai teroris maka batal syahadatnya”</strong> (lihat <a href="http://www.youtube.com/watch?v=ZKQ3vue2T80" rel="nofollow nofollow" target="_blank"><span style="color: black;">http://www.youtube.com/watch?v=ZKQ3vue2T80</span></a>, lihat juga <a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fwww.youtube.com%2Fwatch%3Fv%3DZLDZ-vMevw4&h=6AQGarvfEAQEltsHkUBhksCQSS8F9BvYjQ0FFSPn_nBqszg&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank"><span style="color: black;">http://www.youtube.com/watch?v=ZLDZ-vMevw4</span></a>). Semua ini adalah bentuk mengkafirkan dengan kelaziman. Jika ada orang yang menyatakan mujahid (tukang bom) adalah teroris maka berarti ia telah membantu Amerika dalam menyerang kaum muslimin. Dan barang siapa yang membantu Amerika untuk menyerang kaum muslimin maka ia telah kafir !!!</span></div> <div style="text-align: justify;"> <strong><span style="color: black;">KEENAM : WARGA NEGARA INDONESIA (BAHKAN KAUM MUSLIMIN DUNIA) PADA UMUMNYA KAFIR</span></strong><br /> <span style="color: black;"> Ini sangat jelas dari perincian di atas. Jika anak-anak yang ikut belajar filsafah syirik (PMP atau PPKN) dianggap musyrik, maka sesungguhnya hampir seluruh warga negara Indonesia yang pernah berlajar di bangku sekolah telah kafir !!!. Dan kebanyakan mereka belum bertaubat dari kekafiran mereka.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Demikian juga betapa banyak warga negara Indonesia yang menyatakan praktik bom bali merupakan bentuk praktek teroris??. </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Apakah mereka semuanya telah batal syahadatnya??, telah kafir??. </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Sungguh hanya segelintir kecil warga negara Indonesia yang mendukung al-Qoidah dan para bombers di Bali??. Nah sisanya bagaimana??. Semua telah batal syahadatnya??. </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Bahkan bukan Cuma warga negara Indonesia…, hampir seluruh warga negara Saudi juga tidak setuju dengan pengeboman membabi buta yang dilakukan oleh para teroris dengan slogan jihad. Apakah mereka juga kafir??. Nah para imam masjid al-Haram dan Al-Masjid Nabawi juga kafir dan murtad??</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><strong>KESIMPULAN : SEPERTINYA –MOHON MAAF WAHAI PARA SAUDARAKU YANG KAMI CINTAI,</strong> yang hobi mengkafirkan- memang sepertinya sangat pantas dan cocok jika kalian disebut “Takfiri” (Tukang mengkafirkan). </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Dan saya rasa kalian –wahai saudara-saudaraku- tidak menolak gelaran ini, karena memang kalian wahai saudara-saudaraku meyakininya bahkan menggembar-gemborkannya…bahkan membanggakannya !!!<br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Bersambung….</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 14-02-1435 H / 17-12-2013 M</span><br /> <span style="color: black;"> Abu Abdil Muhsin Firanda</span></div> </div>

harus tahu lain lain picture fitnah kaum takfiri

GELAR TAKFIRI, PANTASKAH ?? ==================== Tidak diragukan saudara-saudara kita yang terjerat dalam pemahaman takfiri (suka...

lebih lanjut..:)>>>>»

surat cinta kepadamu saudaraku aswaja..

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRX4xhMen23me8VCaCQdhHcDqGdTOmDUu1XS60ftIIcl3c_4ETK87q0KA1eYuQqedjLZ2Z3VRfKap7Vmw3Qp06Wlw2aeG9iXHXJ2KR2cOyfDUwABmLf6qlDyJciCBMNlFCb9TZ53rIEwc/s1600/Logo+NU+3+D.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="222" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRX4xhMen23me8VCaCQdhHcDqGdTOmDUu1XS60ftIIcl3c_4ETK87q0KA1eYuQqedjLZ2Z3VRfKap7Vmw3Qp06Wlw2aeG9iXHXJ2KR2cOyfDUwABmLf6qlDyJciCBMNlFCb9TZ53rIEwc/s320/Logo+NU+3+D.jpg" width="320" /></a></div> <br /><div style="text-align: justify;"> SUARA HATIKU UNTUK SAUDARA-SAUDARAKU ASWAJA</div> <div style="text-align: justify;"> Aku pernah bersama para <strong><span style="color: #339966;">Kyaimu,</span></strong><br /> Aku terlahir dari kalangan <span style="color: #339966;"><strong>Nu.</strong></span><br /> Aku besar juga dikalangan <strong><span style="color: #339966;">Nu.</span></strong></div> <div style="text-align: justify;"> Namun aku pernah tersesat jauh ke lembah <strong><span style="color: magenta;">takfiri jihadis.</span></strong><br /> Ketika aku dalam selimut gelapnya takfiri…..<br /> <span style="color: #339966;"><strong>NU</strong></span> adalah musuhku<br /> <span style="color: blue;"><strong>Muhamadiyah</strong></span> adalah  musuhku…<br /> <span style="color: blue;"><strong>Salafi</strong></span> adalah musuh besarku……<br /> <span style="color: blue;"><strong>NKRI</strong></span> adalah musuhku…..</div> <div style="text-align: justify;"> Alhamdulillah….embun <strong><span style="color: blue;">hidayah</span></strong>…telah <strong><span style="color: blue;">memadamkan api takfiri di dadaku….</span></strong><br /> Cahaya <strong><span style="color: blue;">sunnah</span></strong>….telah menerangi <strong><span style="color: red;">gelapnya syubhat jihadis</span></strong> di rongga di hatiku.<span id="more-13231"></span></div> <div style="text-align: justify;"> Jalan yang terbentang di hadapanku kini …..</div> <div style="text-align: justify;"> Adalah jalannya ulama kita yang terdahulu.<br /> Orang terdahulu dalam Islam,….<br /> Nabi shalallah ‘alaihi wasalam dan Sahabat, serta tabi’in juga tabiu’ttabi’in serta imam ahlu sunnah yang kita kenal.</div> <div style="text-align: justify;"> Cahaya sunnah lambat laun menerangi langkahku….</div> <div style="text-align: justify;"> <strong><span style="color: blue;">Jubah salafiyah</span></strong> yang kini ku kenakan <strong><span style="color: blue;">bukan produk IbnuTaimiyah…..</span></strong><br /> <strong><span style="color: #339966;">Bukan hasil karya Ibnu Qoyyim, atau Muhammad bin Abdul Wahhab yang kamu sangka……..</span></strong></div> <div style="text-align: justify;"> Jangan kita khawatir dengan <strong><span style="color: blue;">dakwah salafi.</span></strong><br /> Jangan khawatir <strong><span style="color: blue;">dengan dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab,</span> <span style="color: magenta;">yang dijuluki oleh Inggris sebagai Wahabi.</span></strong></div> <div style="text-align: justify;"> Mereka adalah penyambung lidah dari lisan yang mulia Nabi kita shalallah ‘alaihi wasalam lisan Sahabat Nabi kita, pengikut sahabat dan siapa saja yang berusaha mencontohnya….</div> <div style="text-align: justify;"> Seandainya mereka tidak mauludan, <strong><span style="color: magenta;">tidak tahlilan, tidak ….tidak yang lainnya….</span></strong></div> <div style="text-align: justify;"> Bukan berarti <strong><span style="color: red;">mereka mengibarkan bendera perang</span></strong>….dengan saudara <strong><span style="color: #339966;">ASWAJA.</span></strong></div> <div style="text-align: justify;"> Aku <strong><span style="color: blue;">di Salafi</span></strong> merasakan banyak persamaan ketika di <strong><span style="color: green;">NU….</span></strong></div> <div style="text-align: justify;"> Kita sama-sama cinta Allah….<br /> Kita sama-sama cinta Nabi<br /> Kita sama-sama  cinta Sahabat<br /> Kita sama-sama cinta Ahlul Bait<br /> Kita sama-sama cinta Tabi”in.<br /> Kita sama-sama cinta Tabu’ttabiin.<br /> Kita sama-sama cinta Imam Madzhab<br /> Kita sama-sama cinta Sunnah.<br /> Kita sama-sama cinta Dakwah.<br /> Kita sama-sama tidak mengkafirkan NKRI.<br /> Kita sama-sama tidak mengkafirkan<br /> Para Pemimpinnya yang muslim.<br /> Kita sama-sama tidak mengkafirkan<br /> Ahlu kiblat.<br /> Kita sama-sama tidak mengkafirkan<br /> Orang yg jahil.<br /> Kita sama-sama tidak berontak terhadap NKRI.<br /> Kita sama-sama tidak merongrong kedaulatan NKRI.<br /> Kita sama-sama tidak menyetujui segala jenis teror atas nama agama.<br /> Dan masih banyak lagi kesamaan yang ada.</div> <div style="text-align: justify;"> Bahkan <strong><span style="color: blue;">Dakwah Salafi yang ku kenal penuh hikmah,</span></strong> lemah lembut dan sunnah.<br /> Bahkan <strong><span style="color: blue;">Dakwah Salafi yang ku kenal mengharamkan demo.</span></strong><br /> Bahkan Dakwah Salafi yang ku kenal tidak mengenal hizbiyyah kebanggaan kelompok.<br /> Bahkan Dakwah Salafi yang ku kenal berbaur dalam kehidupan bukan ekslusif.</div> <div style="text-align: justify;"> Bahkan Dakwah Salafi yang ku kenal menganggap semua kaum muslim bersaudara sesuai kadar keimanan dan sejauh mana kefahaman dengan sunnah.</div> <div style="text-align: justify;"> Dan aku baru meneguk setetes kebaikan dari sumber mata air yang begitu jernih dan <strong><span style="color: blue;">dari samudra dakwah Salafiyah yang begitu luas.</span></strong></div> <div style="text-align: justify;"> Allahumma Ya Allah satukan hati kami sebagaimana Engkau telah menyatukan kaum Muhajirin dan Anshor.<br /> Wallahu’alam.</div> <div style="text-align: justify;"> (Hasil dari acara SILATURAHMI NASIONAL, TENTANG PENGUATAN ASWAJA, DAN PENANGGULANGAN TERORISME, DALAM KETAHANAN NASIONAL).</div> <div style="text-align: justify;"> Undangan KH.Hasyim Muzadi di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok, dihadiri para ulama se-Indonesia, sabang sampai <span class="skimlinks-unlinked">meroke.Qoddarallah.saya</span> diminta sebagai nara sumber ke dua dlm acara tersebut.)</div> <div style="text-align: justify;"> Allahumma Ya Allah jagalah keikhlasan hati kami.<br /> Wallahu’alam</div> <div style="text-align: justify;"> ***<br /> Surabaya.<br /> Abdurrahman Ayyub</div> <div style="text-align: justify;"> Copas dari postingan<br /> <em><strong>Ust. M. Firman Ardiansyah, Lc.</strong></em><br /> di salah satu grup WA.</div> </div>

renungan surat cinta kepadamu saudaraku aswaja..

SUARA HATIKU UNTUK SAUDARA-SAUDARAKU ASWAJA Aku pernah bersama para Kyaimu, Aku terlahir dari kalangan Nu. Aku besar juga dikalangan...

lebih lanjut..:)>>>>»

calon istriku sudah tidak perawan !!

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwBAXyfBh2BFXsGzdKb-Jme45EYeq8WxRMBoIXDj3lLdJ2KR7acqjgR65XggJoloXrVqON1LEClJ0Vu5jnaVl4jPoBo0TUZjgLBoJ5hwPVoFmcZN_dlp9Vqp625GmClsxqrWAG7mrQljY/s1600/tangisan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwBAXyfBh2BFXsGzdKb-Jme45EYeq8WxRMBoIXDj3lLdJ2KR7acqjgR65XggJoloXrVqON1LEClJ0Vu5jnaVl4jPoBo0TUZjgLBoJ5hwPVoFmcZN_dlp9Vqp625GmClsxqrWAG7mrQljY/s320/tangisan.jpg" width="320" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> <strong>Pertanyaan:</strong></div> <div style="text-align: justify;"> assalamu’alaikum wr.wb<br /> Pak Ustadz,,Saya insya Allah akan menikah, tetapi saya takjub saat mendengar pengakuan dari calon saya. Dia mengatakan bahwa dia <span style="color: red;"><strong>sudah pernah berhubungan intim  dengan mantannya lebih dari 1 kali</strong></span>. Mohon saran dari bpk. Ustadz <span style="color: blue;"><strong>apa yang harus saya lakukan supaya bisa lebih baik lagi kedepannya??</strong></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span id="more-4114"></span><strong>Jawaban:</strong></div> <div style="text-align: justify;"> <em>Wa alaikumus salam wa rahmatullah…</em></div> <div style="text-align: justify;"> <em>Bismillah,</em></div> <div style="text-align: justify;"> Semoga Allah memudahkan langkah anda menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>Pertama,</strong> sebelum masuk ke jenjang pernikahan, anda dan calon anda memiliki kebebasan untuk melanjutkan atau membatalkan hubungan. Tanpa ada ikatan sama sekali. Lebih-lebih, jika masing-masing memiliki alasan untuk tidak melanjutkan ke jenjang pernikahan. Akan tetapi, jika anda masih memiliki ketertarikan dengan calon istri anda, anda bisa tetap melanjutkan hubungan<br /> sampai jenjang pernikahan.<span id="more-10189"></span></div> <div style="text-align: justify;"> <strong>Kedua,</strong> sebelum masuk ke jenjang pernikahan, anda harus memastikan dua hal<br /> pada calon istri anda:</div> <ol style="text-align: justify;"> <li><strong>Rahimnya harus bersih.</strong> Jika hamil maka ditunggu sampai melahirkan, jika tidak sampai hamil maka ditunggu sampai haid sekali. Selama tidak ada kepastian tentang dua hal ini maka anda tidak diperkenankan menikah dengan wanita tersebut. Hati-hati, terkadang ada wanita yang menyembunyikan kehamilannya dengan lelaki lain, agar dinikahi untuk menutupi aibnya.</li> <li><strong>Calon istri anda harus betul-betul bertaubat</strong> dari perbuatan nista yang pernah dia lakukan dengan kekasihnya yang dulu. Selama belum betul dan serius bertaubat maka status wanita tersebut masih dianggap sebagai wanita pezina, dan status ini baru bisa hilang jika dia bertaubat.</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> Hal ini perlu kami tegaskan, mengingat kita dilarang menikah dengan wanita pezina, sebagimana Firman Allah dalam Alquran, yang artinya,</div> <div style="text-align: justify;"> <em>“Lelaki pezina tidak boleh menikah kecuali dengan wanita pezina atau wanita musyrik. Wanita pezina tidak boleh dinikahi kecuali oleh lelaki pezina atau lelaki musyrik. Dan hal itu diharamkan untuk orang yang beriman.”</em> (QS. An-Nur: 3).</div> <div style="text-align: justify;"> Untuk bisa mengetahui apakah dia bertaubat ataukah belum, anda bisa melihat perubahan sikapnya, seperti sedih, marah jika diungkit-ungkit, sangat malu jika mengingat perbuatan nistanya, berusaha melupakan kekasihnya yang dulu, dan seterusnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>Ketiga,</strong> jika anda tetap melajutkan hubungan ke jenjang pernikahan, dan calon anda sudah bertaubat, <strong>selanjutnya jangan lagi mengungkit-ungkit masa lalunya.</strong> Karena orang yang sudah bertaubat itu seperti orang yang tidak pernah melakukan dosa.</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>Keempat,</strong> carikan lingkungan yang baik dan teman yang baik untuk istri anda (jika sudah menikah), agar menjadi wanita shalihah. Perintahkan dia untuk berjilbab dan menutup aurat. Semoga ini bisa mengubah kepribadiannya.<br /> <em>Allahu a’lam.<br /></em></div> <div style="text-align: justify;"> Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits, (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)<br /> Artikel www.konsultasisyariah.com</div> </div>

wanita calon istriku sudah tidak perawan !!

Pertanyaan: assalamu’alaikum wr.wb Pak Ustadz,,Saya insya Allah akan menikah, tetapi saya takjub saat mendengar pengakuan dari calon...

lebih lanjut..:)>>>>»

cara taubat dari meninggalkan sholat

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipnRzcf-lW8JDMjNunosV79hepyI4Zq0Qf03bm7bVjrbYkf0UA3uVVdoaZoImkmkbP8u6tLjTzrxSAHqsrwSNwkJcE3vF9tT_PHjkJzWMvqnZjIHuHy0WBUWJjjE0wkhlpjs8Ay6_IrF0/s1600/hapus-dosa-.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipnRzcf-lW8JDMjNunosV79hepyI4Zq0Qf03bm7bVjrbYkf0UA3uVVdoaZoImkmkbP8u6tLjTzrxSAHqsrwSNwkJcE3vF9tT_PHjkJzWMvqnZjIHuHy0WBUWJjjE0wkhlpjs8Ay6_IrF0/s320/hapus-dosa-.jpg" width="320" /></a></div> Assalamu’alaikum Warohmatullaah Ustadz… <br /> <div class="isi" style="text-align: justify;"> Barakallaahu Fiykum<br /><br /> Saya Pernah Melihat seseorang dikampung saya setelah sholat Jama’ah Maghrib di Masjid, kemudian dia Sholat lagi 3 Rakaat, Begitu juga dengan Sholat Fardhu yang Lainnya, dia Sholat lagi setelah selesai sholat Jama’ah, dan Jumlah Rakaatnya Sesuai Dengan Jumlah Rakaat Sholat Fardhu Tersebut….<br /> Pertanyaan Saya Ustadz: Apakah Ada Sholat Fardhu dilaksanakan masing-masing 2 kali Sehari? karena saya pernah menanyakan hal tersebut kepada dia yang melaksanakan hal tersebut… dan dia menjawab untuk menggantikan Sholatnya yang tertinggal pada Masa Muda dulu yang Banyak Tertinggal…. Atau Mengqashar Sholatnya Yang Tinggal saat masih muda dulu<br /> Apakah Perbuatan Tersebut Bid’ah Ustad….? Karena Banyak Sudah yang meniru dia seperti itu…<br /> </div> <div style="text-align: justify;"> <strong>Jawab :<span id="more-13172"></span></strong></div> <div class="isi" style="text-align: justify;"> وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته<br /> وفيكم بارك الله<br /> <span style="color: magenta;"><strong>Meninggalkan shalat dengan sengaja adalah perbuatan dosa besar,</strong></span> bahkan sebagian ulama’ mengatakan bahwa pelakunya kafir, oleh karena itu pelaku dosa ini harus segera bertaubat, mengerjakan shalat, berazam untuk tidak melaksanakan dosa tersebut lagi dan menyesali perbuatannya. <strong><span style="color: magenta;">Orang yang meninggalkan shalatnya bertahun-tahun pada masa lampau kemudian bertaubat tidak wajib untuk mengqadha’ shalat yang ia tinggalkan.</span></strong><br /> Ada seorang pemuda yang berumur 23 tahun, ia berkata: Dahulu saya menyepelekan pelaksanaan shalat, bahkan puasa. Berlalu bulan-bulan Ramadhan, sedangkan saya berbuka tanpa udzur syar’i (menyepelekan), apabila saya lapar atau haus maka saya berbuka. Setelah Allah ta’ala memberi saya kesempatan bertaubat dan memberi saya hidayah, serta saya yakin tentang bahayanya masalah ini saya membiasakan diri melaksanakan shalat, akan tetapi wahai syaikh, yang membuat saya sakit adalah Shalat dan puasa yang saya tinggalkan pada umur saya yang telah berlalu. Bagaimana saya melepaskan beban saya? Jazakumullah khoir:<br /> Syaikh Ibnu Baz menjawab:<br /> <span style="color: blue;"><strong>Wahai saudaraku Anda wajib bertaubat kepada Allah ta’ala (dan Alhamdulillah).</strong> </span>Selama Anda telah bertaubat kepada Allah, melepaskan dosa dan memperbaiki (kesalahan) maka itu sudah cukup ,Alhamdulillah. Anda tidak wajib untuk mengqadha’ shalat dan puasa karena meninggalkan shalat hukumnya kafir. Taubat sudah mencukupi, ia memotong yang telah lalu… Fatawa Nur Ala Ad-Darbi 6/164<br /> وبالله التوفيق<br /> </div> <div class="nama" style="text-align: justify;"> Oleh : Redaksi salamdakwah.com<br /></div> <div class="nama" style="text-align: justify;"> sumber : http://www.salamdakwah.com/baca-pertanyaan/sholat–maghrib–isya–shubuh–dzhuhur–ashar–masing—masing-dilaksanakan-2-kali—-.html</div> </div>

sholat cara taubat dari meninggalkan sholat

Assalamu’alaikum Warohmatullaah Ustadz… Barakallaahu Fiykum Saya Pernah Melihat seseorang dikampung saya setelah sholat Jama’ah M...

lebih lanjut..:)>>>>»

haruskah berterus terang tentang masa lalu?

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipnRzcf-lW8JDMjNunosV79hepyI4Zq0Qf03bm7bVjrbYkf0UA3uVVdoaZoImkmkbP8u6tLjTzrxSAHqsrwSNwkJcE3vF9tT_PHjkJzWMvqnZjIHuHy0WBUWJjjE0wkhlpjs8Ay6_IrF0/s1600/hapus-dosa-.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipnRzcf-lW8JDMjNunosV79hepyI4Zq0Qf03bm7bVjrbYkf0UA3uVVdoaZoImkmkbP8u6tLjTzrxSAHqsrwSNwkJcE3vF9tT_PHjkJzWMvqnZjIHuHy0WBUWJjjE0wkhlpjs8Ay6_IrF0/s320/hapus-dosa-.jpg" width="320" /></a></div> <span style="color: black;"><em>Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.</em></span><br /> <span style="color: black;"> Afwan ustadz, ana akhwat 23 th, ana punya masalah yang sampai sekarang belum ditemukan jawabannya. Sejujurnya ana <span style="color: red;"><strong>pernah melakukan perbuatan dosa besar (zina),</strong></span> ana selalu dihantui rasa bersalah, lebih-lebih ana begitu takut akan azab Allah.</span> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Alhamdulillah sekarang ana telah berusaha mengikuti manhaj ulama as-Salaf. Namun semakin sering ana mengikuti kajian, rasa takut ana semakin bertambah. Belum lama ini, ada ikhwan yang datang ber-<em>ta’aruf.</em> Kebetulan ikhwan tersebut sudah lama berislam dengan berusaha mengikuti manhaj ulama as-Salaf, tapi ana takut nantinya ikhwan tersebut kecewa pada ana karena ana punya aib. Bukankah laki-laki yang baik untuk wanita yang baik?</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Apa yang harus ana lakukan? </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Sedangkan pernikahan sebulan lagi, mohon jawabannya ustadz? Syukran.</span><br /> <span id="more-370" style="color: black;"> </span><br /> <span style="color: black;"> <em><strong>Jawab: </strong></em></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><em>Wa ‘alaikumussalam warahmatullaahi wabarakaatuh</em></span><br /> <span style="color: black;"> Alhamdulillah. Saya sering menegaskan dalam jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mirip, yang kesimpulannya sebagai berikut:</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><span style="color: blue;"><strong>1. Kewajiban utama bagi pelaku dosa besar,</strong> </span>seperti zina misalnya, tak lain adalah <span style="color: blue;"><strong>bertaubat secara tulus.</strong></span> Tak ada kewajiban yang lebih besar dari itu.</span></div> <span id="more-10997"></span><br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><span style="color: blue;"><strong>2. Hukuman jild atau cambuk bagi pezina</strong></span> yang belum menikah, serta rajam bagi yang sudah menikah <span style="color: blue;"><strong>bukanlah WAJIB, tapi hanya dianjurkan saja.</strong></span> Itu terbukti dengan Nabi <em>shollallohu ‘alaihi wa sallam</em> melengos sebanyak tiga kali, baru di kali yang keempat menerima pengakuan seorang wanita pezina, <span style="color: blue;"><strong>yang meminta dirajam.</strong> </span>Para ulama menjelaskan, bila itu wajib, Nabi <em>shollallohu ‘alaihi wa sallam</em> tak akan melengos hingga tiga kali, untuk menguji ketulusan wanita tersebut. <span style="color: blue;"><strong>Yakni, tidak WAJIB bagi yang berzina lalu bertaubat.</strong></span></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><span style="color: blue;"><strong>3. Besar kecilnya nilai dosa,  juga dilihat dari kapan dan di mana dosa itu dilakukan.</strong></span> Dosa kecil di wilayah al-Haram, digolongkan dosa besar. Mencuri di masa paceklik, di zaman kemiskinan, di mana kaum kaya enggan berzakat, lebih ringan dari mencuri di masa kemakmuran. Itulah, kenapa Umar bin Khattab <em>rodhiyallohu ‘anhu</em> pernah tidak memberlakukan hukum potong tangan bagi pencuri, karena kebanyakan  pencuri melakukan pencurian akibat kemiskinan hebat yang melanda mereka.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><span style="color: blue;"><strong>4. Dosa masa lalu pupus dengan taubat.</strong></span> Wanita pezina boleh menikah dengan pria muslim yang suci, kalau si wanita betul-betul bertaubat. Itu pendapat yang paling benar, seperti dijelaskan panjang lebar oleh al-Imam asy-Syaukani <em>rohimahulloh</em> dalam Nailul Authaar.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Ukhti yang saya hormati. Coba, kita lebih melihat persoalan pada sisi maslahatnya, dan kita akan melihat betapa Islam adalah agama maslahat, yang mengerti betul hal-hal yang maslahat bagi seorang hamba, di dunia dan di akhirat.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Pertama, mari pikirkan maslahat Ukhti yang harus menjalani kewajiban menikah. Kewajiban menikah itu pasti hukumnya. Maka, hal yang pasti ini jangan digagalkan hanya oleh bayangan, kekhawatiran, dan rasa bersalah yang mencekam jiwa. Karena, bila diteliti lebih seksama, setiap kita juga berlumur dosa. Mari, kita renungi bersama firman Allah,</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><em>“….dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”</em> (Yusuf : 87)</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><span style="color: blue;"><strong>Berzina dosa besar? Betul sekali.</strong></span> Tapi catatlah, bahwa dosa tidak shalat lima waktu itu jauh lebih besar dari dosa berzina. Itu mufakat di kalangan para ulama. Karena mereka hanya berbeda pendapat, apakah orang yang tidak shalat wajib sekali saja, bisa dikatakan kafir keluar dari Islam atau tidak? </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Selebihnya, mereka sepakat bahwa tidak shalat wajib dosanya lebih besar dari zina, menenggak minuman keras, mencuri, hingga memerkosa sekalipun. Itu mufakat, tak ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Sekarang, kita tengok realitas. Bila ada seorang wanita muslimah pezina yang bertaubat, menikah dengan seorang pria muslim yang dulunya jarang shalat lalu bertaubat, <span style="color: blue;"><strong>bukankah kondisi si pria lebih mengkhawatirkan dibandingkan dengan wanita tersebut?</strong></span> Karena dosa tidak shalat, jauh lebih besar dari dosa berzina?</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Hanya saja, bayangan maksiat berzina atau mencuri, kerap lebih membekas dalam memori. Itu sebenarnya karena kurangnya wawasan kita terhadap hukum-hukum Islam itu sendiri, sehingga orang tidak shalat dianggap lebih tidak membahayakan daripada pezina.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Ini bukan berarti kita mengecilkan arti dosa, termasuk berzina. Siapa pun yang melakukannya, wajib bertaubat. Ia harus menyesali perbuatan itu sedalam mungkin. <span style="color: blue;"><strong>Tapi, jangan sampai menimbulkan keputusasaan sedikit pun.</strong> </span>Taubat menghapus segalanya. Tinggal, pikirkan bagaimana menjalani hidup sesudahnya, itu saja.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><em>“Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”</em> (Luqman : 34)</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><span style="color: blue;"><strong>Kemudian, tak ada kewajiban seorang istri atau suami menceritakan segala dosanya di masa lampau.</strong></span> Apapun itu. Soal bekas pada diri seseorang yang pernah melakukan dosa memang berbeda-beda. Berzina menimbulkan efek fisik yang bisa saja dirasakan. Tapi, bila perzinaan itu sudah ditutup dengan taubat kepada Allah, tak ada keharusan menceritakannya, <span style="color: blue;"><strong>bahkan bisa jadi menceritakannya dilarang karena bisa menimbulkan kericuhan.</strong></span></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Bolehkah menutupi bekas perzinaan tersebut? </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Sangat diperbolehkan, bahkan saya menganjurkan demikian. Minumlah –maaf–  jamu sari rapet. Cucilah kemaluan dengan air sirih setiap hari, selama beberapa hari sebelum malam pertama. Niscaya kondisi keperawanan akan nyaris sama seperti semula.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Soal darah keperawanan  juga tak usah dikhawatirkan, dan <span style="color: blue;"><strong>tak usah memulai obrolan untuk memperbincangkannya.</strong></span> Jujur, lebih banyak suami atau istri yang terkejut melihat darah keperawanan itu, ketimbang sebaliknya.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Mungkin  masih ada yang mengganjal, bila suatu saat suami mempertanyakan, “Apakah Engkau masih perawan atau tidak?”</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Bagi saya –wallaahu A’lamu bishshawaab–  itu bisa dimasukkan dengan diperbolehkannya berbohong kepada suami atau istri, demi kemaslahatan perkawinan. Tapi, gunakanlah bahasa isyarat, itu lebih baik. Kalau ditanya, “Apa Engkau masih perawan?” </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue;"><strong>Jawab saja misalnya, “Aku masih gadis…, Mas.”</strong></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Adanya pertanyaan itu adalah kemungkinan yang sangat kecil sekali. Tapi, bila itu terjadi, bagi saya boleh saja seseorang berbohong menutupi aibnya di masa lalu, demi kebahagiaan rumah tangga. Karena, Allah sudah membuka pintu ampunan bagi setiap yang bertaubat.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">“Kebohongan” itu adalah untuk menghindari mudharat karena adanya seseorang yang tidak bisa memaafkan dosa yang Allah sendiri saja bisa mengampuninya. Itu merupakan “kebohongan” untuk menghindari sikap zhalim orang yang menghakimi pelaku dosa yang telah bertaubat, dengan emosi dan kemarahannya. <span style="color: blue;"><strong>Jadi, kebohongan itu sudah tepat pada tempatnya, bila tujuannya adalah menjaga keutuhan rumah tangga,</strong></span> dan menghindari kepanikan orang yang tak mengerti arti taubat sesungguhnya.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Namun bila kondisi suami terlihat memungkinkan Ukhti untuk berterus terang, karena ia begitu lapang menerima segala kekurangan istrinya, termasuk meskipun ia pernah berzina, apalagi kalau ia yang lebih dahulu bercerita tentang masa lalunya yang ternyata juga sama kelamnya, apalagi ia juga bercerita bahwa ia dahulu sering berzina, maka silakan menceritakannya.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;"><span style="color: blue;"><strong>Asal diyakini bahwa itu tak akan membuatnya marah,</strong> </span>lalu menghancurkan mahligai rumah tangga yang sudah terbangun secara baik sebelumnya. Awali dengan pertanyaan misalnya, “Bagaimana kalau istri Mas, dahulu juga banyak melakukan dosa, seperti berzina misalnya?” Bila ia mengatakan, tak masalah, ceritakanlah kepadanya hal itu, dan tunjukkan penyesalan mendalam di hadapannya. <span style="color: blue;"><strong>Bila perlu, menangislah seiring pengungkapan penyesalan tersebut.</strong></span> Bila itu terjadi dan memungkinkan, alangkah baiknya.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Namun bila hal itu tak memungkinkan, apalagi gelagat bahwa suami adalah jenis orang yang tak mau mendengar aib istri di masa lalu, <span style="color: blue;"><strong>tutupilah semua itu sebisa mungkin.</strong></span> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Bagaimana bila suatu saat ketahuan? Jangan khawatir. Allah tak akan menzhalimi hamba-Nya yang bertaubat. Allah menyukai para hamba-Nya yang bertaubat. Allah pasti melindungi Ukhti. Kalau karena itu dia menceraikan Ukhti, catat baik-baik Ukhti yang saya hormati: mungkin Allah telah menyiapkan calon suami yang jauh lebih baik, jauh lebih mengerti kondisi Ukhti, dan jauh lebih berguna buat Ukhti di dunia dan di akhirat. Allah tak akan menzhalimi para hamba-Nya. Ini realita. Doa kami, selalu menyerta.</span><br /> <span style="color: black;"> <em><br /> Baarakallaahu laka, wa baaraka ‘alaika, wa jama’a baina kuma fii khair</em></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">Rubrik Konsultasi pra nikah, majalah Nikah Sakinah edisi Juni 2010<br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: black;">sumber : <a href="http://majalahsakinah.com/2010/07/dihantui/" rel="nofollow">http://majalahsakinah.com/2010/07/dihantui/</a></span></div> </div>

lain lain renungan wanita haruskah berterus terang tentang masa lalu?

Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. Afwan ustadz, ana akhwat 23 th, ana punya masalah yang sampai sekarang belum ditemukan...

lebih lanjut..:)>>>>»

istriku telah berzina..!!

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEim1tdKy6gTqiS50wi5C5hHmbG0sys9oPbZzY6vAfU1f9l1auQpf6XH2kcl0QIfuwPU9tD3G-Nan_fsQFr4lQUh_s8IcvdKkOfxhaD0lr5Po2LgnK1HLN0SB_F0tja025bEqOYZavpOzXs/s1600/kisah-pemuda-yang-meminta-izin-berzina-kepada-rosulullah-saw.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="162" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEim1tdKy6gTqiS50wi5C5hHmbG0sys9oPbZzY6vAfU1f9l1auQpf6XH2kcl0QIfuwPU9tD3G-Nan_fsQFr4lQUh_s8IcvdKkOfxhaD0lr5Po2LgnK1HLN0SB_F0tja025bEqOYZavpOzXs/s320/kisah-pemuda-yang-meminta-izin-berzina-kepada-rosulullah-saw.jpg" width="320" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Assalamu ‘alaikum, Ustadz.</div> <div style="text-align: justify;"> Baru-baru ini keluarga yang telah kami bina selama 8 tahun mengalami badai. <strong>Istriku selingkuh</strong> dengan orang lain. Lebih menyakitkan lagi, dia kedapatan sedang mengandung.</div> <div style="text-align: justify;"> Menurut dokter, usia kandungannya sudah 5 atau 6 minggu. Sedangkan saya merasa tiap kali berhubungan selalu menggunakan alat pengaman (maaf, kondom). Setelah didesak, istri saya mengaku telah melakukan perbuatan terkutuk tersebut dengan orang lain. Hati saya hancur saat itu, tetapi saya tidak sampai hati pada dua anak kami yang masih kecil-kecil.</div> <div style="text-align: justify;"> Anak saya baru 7 tahun dan 3 tahun; keduanya perempuan. Istri saya (menyatakan) menyesal dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Dan saya telah memaafkan dan menerimanya kembali, dengan syarat mau menggugurkan bayi hasil perbuatan terkutuknya, karena saya takut kalau bayi tersebut lahir, saya tidak dapat menahan diri dan selalu mengingat peristiwa tersebut.</div> <div style="text-align: justify;"> Yang saya tanyakan, berdosakah saya menyuruh istri saya melakukan <strong>aborsi</strong>, dan apa yang harus saya lakukan sekarang? sampai sekarang, hanya saya dan istri saya yang mengetahui hal ini, mohon jawabannya supaya saya tidak dihantui perasaan berdosa. Terima kasih.</div> <span id="more-11158"></span><br /> <div style="text-align: justify;"> <em>NN (**@yahoo.co.id)<br /></em></div> <div style="text-align: justify;"> <strong>Solusi kasus istri selingkuh</strong></div> <div style="text-align: justify;"> <em>Wa’alaikumussalam warahmatullah.</em></div> <div style="text-align: justify;"> <strong>Aborsi</strong> dengan sengaja, hukumnya haram. Bayi itu sama sekali tidak bersalah. Menggugurkannya sama dengan berbuat zalim kepadanya.</div> <div style="text-align: justify;"> Tidak kami sarankan untuk mempertahankan istri atau suami yang berzina (<strong>istri selingkuh</strong> atau suami selingkuh). Syekh Dr. Anis Thahir, pengajar di Masjid Nabawi dan merupakan seorang ulama ahli hadis, mengatakan, “Saya wasiatkan para suami untuk sabar dengan kekurangan istrinya, kecuali dalam tiga hal:</div> <ol style="text-align: justify;"> <li>Istri memiliki akidah yang rusak (kemusyrikan);</li> <li>Tidak mau shalat;</li> <li>Berzina (istri selingkuh)</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> Dijawab oleh Ustadz Aris Munandar, S.S., M.A.</div> </div>

cinta kisah islami wanita istriku telah berzina..!!

Assalamu ‘alaikum, Ustadz. Baru-baru ini keluarga yang telah kami bina selama 8 tahun mengalami badai. Istriku selingkuh dengan orang...

lebih lanjut..:)>>>>»

tentang azan dan iqomah yang shohih

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBHFNMjCp0fmOIAcWRYMggUJYhqKyTTCo3KIjmTk9W-HBIWZ37iJONLvQzsyqhxl0jXhV3IIYYmOCZPUKj4VGg8F6CcpELORYQQTudWR5ctTjFgaeQ6RIQXNhyphenhyphenOQ_E9LydEQRwo8oC7sI/s1600/12122013-fc7cf.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBHFNMjCp0fmOIAcWRYMggUJYhqKyTTCo3KIjmTk9W-HBIWZ37iJONLvQzsyqhxl0jXhV3IIYYmOCZPUKj4VGg8F6CcpELORYQQTudWR5ctTjFgaeQ6RIQXNhyphenhyphenOQ_E9LydEQRwo8oC7sI/s320/12122013-fc7cf.jpg" width="320" /></a></div> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> </div> Adzan dan Iqomah merupakan di antara amalan yang utama di dalam Islam. Rasulullah<em>shallallahu ‘alaihi wa salam</em> bersabda : <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>“Imam sebagai penjamin dan muadzin (orang yang adzan) sebagai yang diberi amanah, maka Allah memberi petunjuk kepada para imam dan memberi ampunan untuk para muadzin” </em>[1]</div> <div style="text-align: justify;"> Berikut sedikit penjelasan yang berkaitan dengan tata cara adzan dan iqomah.</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>Pengertian Adzan</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Secara bahasa adzan berarti pemberitahuan atau seruan. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat At Taubah Ayat 3:</div> <div style="text-align: center;">  وَأَذَانٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ</div> <div style="text-align: justify;"> <em>“dan ini adalah seruan dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia”</em></div> <div style="text-align: justify;"> Adapun makna adzan secara istilah adalah seruan yang menandai masuknya waktu shalat lima waktu dan dilafazhkan dengan lafazh-lafazh tertentu. [2]</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>Hukum Adzan</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Ulama berselisih pendapat tentang hukum Adzan. Sebagian ulama mengatakan bahwa hukum azan adalah sunnah muakkad, namun pendapat yang lebih kuat dalam masalah ini adalah pendapat yang mengatakan <strong>hukum adzan adalah fardu kifayah</strong>[3]. Akan tetapi perlu diingat, hukum ini hanya berlaku bagi laki-laki. Wanita tidak diwajibkan atau pun disunnahkan untuk melakukan adzan[4].<span id="more-13242"></span></div> <div style="text-align: justify;"> <strong>Syarat Adzan</strong>[5]</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>1.      </strong><strong>Telah Masuk Waktu Shalat</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Syarat sah adzan adalah telah masuknya waktu shalat, sehingga adzan yang dilakukan sebelum waktu solat masuk maka tidak sah. Akan tetapi terdapat pengecualian pada adzan subuh. Adzan subuh diperbolehkan untuk dilaksanakan dua kali, yaitu sebelum waktu subuh tiba dan ketika waktu subuh tiba (terbitnya fajar shadiq). [6]</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>2.      </strong><strong>Berniat adzan</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Hendaknya seseorang yang akan adzan berniat di dalam hatinya (tidak dengan lafazh tertentu) bahwa ia akan melakukan adzan ikhlas untuk Allah semata.</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>3.      </strong><strong>Dikumandangkan dengan bahasa arab</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Menurut sebagian ulama, tidak sah adzan jika menggunakan bahasa selain bahasa arab. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah ulama dari Madzhab Hanafiah, Hambali, dan Syafi’i.</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>4.      </strong><strong>Tidak ada <em>lahn </em>dalam pengucapan lafadz adzan yang merubah makna</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Maksudnya adalah hendaknya adzan terbebas dari kesalahan-kesalahan pengucapan yang hal tersebut bisa merubah makna adzan. Lafadz-lafadz adzan harus diucapkan dengan jelas dan benar.</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>5.      </strong><strong>Lafadz-lafaznya diucapkan sesuai urutan</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Hendaknya lafadz-lafadz adzan diucapkan sesuai urutan sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits yang sahih. Adapun bagaimana urutannya akan dibahas di bawah.</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>6.      </strong><strong>Lafadz-lafadznya diucapkan bersambung</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Maksudnya adalah hendaknya antara lafazh adzan yang satu dengan yang lain diucapkan secara bersambung tanpa dipisah oleh sebuah perkataan atau pun perbuatan di luar adzan. Akan tetapi diperbolehkan berkata atau berbuat sesuatu yang sifatnya ringan seperti bersin.</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>7.      </strong><strong>Adzan diperdengarkan kepada orang yang tidak berada di tempat muadzin</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Adzan yang dikumandangkan oleh muadzin haruslah terdengar oleh orang yang tidak berada di tempat sang muadzin melakukan adzan. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara mengeraskan suara atau dengan alat pengerasa suara.</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>Sifat Muadzin</strong></div> <div style="text-align: justify;"> <strong>1.      </strong><strong>Muslim</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Disyaratkan bahwa seorang muadzin haruslah seorang muslim. Tidak sah adzan dari seorang yang kafir. [7]</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>2.      </strong><strong>Ikhlas hanya mengharap wajah Allah</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Sepatutnya seorang muadzin melakukan adzan dengan niat ikhlas mengaharap wajah Allah. Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa salam</em> bersabda : <em>“Tetapkanlah seorang muadzin yang tidak mengambil upah dari adzannya itu.”</em>[8]</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>3.      </strong><strong>Adil dan amanah</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Yaitu hendaklah muadzin adil dan amanah dalam waktu-waktu shalat.</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>4.      </strong><strong>Memiliki suara yang bagus</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa salam</em> bersabda kepada sahabat Abdullah bin Zaid: <em>“pergilah dan ajarkanlah apa yang kamu lihat (dalam mimpi) kepada Bilal, sebab ia memiliki suara yang lebih bagus dari pada suaramu” </em>[9]</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>5.      </strong><strong>Mengetahui kapan waktu solat masuk</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Hendaknya seorang muadzin mengetahui kapan waktu solat masuk sehingga ia bisa mengumandangkan adzan tepat pada awal waktu dan terhindar dari kesalahan. [10]</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>Sifat Adzan [11]</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Terdapat tiga cara adzan, yaitu :</div> <ol style="text-align: justify;"> <li>Adzan dengan 15 kalimat, yaitu dengan lafazh [12]: <div style="text-align: center;"> 4x اَللهُ اَكْبَرُاَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ ×2<br /> اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ ×2<br /> حَيَّ عَلَي الصَّلاَةِ ×2<br /> حَيَّ عَلَي الْفَلاَحِ ×2<br /> 2x اَللهُ اَكْبَرُ<br /> 1x لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ</div> Adzan seperti ini adalah cara yang dipilih oleh abu hanifah dan imam ahmad.</li> <li>Adzan dengan 19 kalimat [13], yaitu sama seperti adzan cara  pertama akan tetapi ditambah dengan tarji’ (pengulangan) pada syahadatain. Tarji’ adalah mengucapkan<em>syahadatain</em> dengan suara pelan –tetapi masih terdengar oleh orang-orang yang hadir- kemudian mengulanginya kembali dengan suara keras. Jadi lafazah <em>“asyhadu alla ilaaha illallaah”</em>dan<em>“asyhadu anna muhammadarrasulullah”</em>masing-masing diucapkan empat kali. Adzan seperti ini adalah cara yang dipilih oleh Imam Asy Syafi’i.</li> <li>Adzan dengan 17 kalimat, yaitu sama dengan cara adzan kedua akan tetapi takbir pertama hanya diucapkan dua kali, bukan empat kali. Adzan seperti ini adalah cara yang dipilih oleh Imam Malik dan sebagian Ulama’ Madzhab Hanafiah. Akan tetapi menurut penulis <em>Shahiq Fiqh Sunnah</em>, hadits yang menjelaskan kaifiyat ini adalah hadits yang tidak sahih. Sehingga adzan dengan cara ini tidak disyariatkan.</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <strong>Yang Dianjurkan bagi Muadzin</strong></div> <div style="text-align: justify;"> <strong>1.      </strong><strong>Adzan dalam keadaan suci</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Hal ini berdasarkan dalil-dalil umum yang menganjurkan agar manusia dalam keadaan suci ketika berdizikir (mengingat) kepada Allah.</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>2.      </strong><strong>Adzan dalam keadaan berdiri</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Sebagaimana sabda Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa salam</em>dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar : <em>“berdiri wahai bilal! Serulah manusia untuk melakukukan solat!”</em></div> <div style="text-align: justify;"> <strong>3.      </strong><strong>Adzan menghadap kiblat</strong></div> <div style="text-align: justify;"> <strong>4.      </strong><strong>Memasukkan jari ke dalam telinga</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Ini adalah perbuatan yang biasa dilakukan oleh sahabat Bilal ketika adzan. [14]</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>5.      </strong><strong>Menyambung tiap dua-dua takbir</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Maksudnya adalah menyambungkan kalimat Allahu akbar-allahu akbar, tidak dijeda antara keduanya. [15]</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>6.      </strong><strong>Menolehkan kepala ke kanan ketika mengucapakan <em>“hayya ‘alas shalah”</em>dan menolehkan kepala ke kiri ketika mengucapakan <em>“hayya ‘alal falah”.</em> [16]</strong></div> <div style="text-align: justify;"> <strong>7.      </strong><strong>Menambahkan “<em>ash shalatu khairum minannaum”</em> pada azan subuh. [17]</strong></div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <strong>Pengertian Iqamah</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Iqamah secara istilah maknanya adalah pemberitahuan atau seruan bahwa sholat akan segera didirikan dengan menyebut lafazh-lafazh khusus. [18]</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>Hukum Iqamah</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Hukum iqamah sama dengan hukum adzan, yaitu fardu kifayah. Dan hukum ini juga tidak berlaku untuk wanita. [19]</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>Sifat Iqamah</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Ada dua cara iqamah [20]:</div> <div style="text-align: justify;"> 1. Dengan sebelas kalimat [21], yaitu :</div> <div style="text-align: center;"> 2x اَللهُ اَكْبَرُ<br /> 1x اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ<br /> 1x اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ<br /> 1x حَيَّ عَلَي الصَّلاَةِ<br /> 1xحَيَّ عَلَي الْفَلاَحِ<br /> 2xقَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ<br /> 2x اَللهُ اَكْبَرُ<br /> 1x لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ</div> <div style="text-align: justify;"> 2. Dengan tujuh belas kalimat [22], yaitu :</div> <div style="text-align: center;">  4xاَللهُ اَكْبَرُ<br /> 2x اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ<br /> 2x اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ<br /> 2x حَيَّ عَلَي الصَّلاَةِ<br /> 2x حَيَّ عَلَي الْفَلاَحِ<br /> 2x قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ<br /> 2x اَللهُ اَكْبَرُ<br /> 1x لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ</div> <div style="text-align: justify;"> <strong>Apakah yang Melaksanakan Iqamah Harus Orang yang Mengumandangkan Adzan?</strong></div> <div style="text-align: justify;"> Sebagian besar ulama’ mengatakan hukumnya adalah hanya anjuran dan tidak wajib, sebagaimana kebiasaan Sahabat Bilal, beliau yang adzan beliau pula yang iqamah. Dan boleh hukumnya jika yang adzan dan iqamah berbeda. [23]</div> <div style="text-align: justify;"> —</div> <div style="text-align: justify;"> Catatan Kaki</div> <div style="text-align: justify;"> [1] Hadits shahih diriwayatkan oleh Abu Dawud (1203), At Tirmidzi (207), dan Ahmad (II/283-419)</div> <div style="text-align: justify;"> [2] Lihat <em>Taisirul ‘Alam Syarah ‘Umdatul Ahkam</em>, hal 84,  cetakan Maktabah Al Asadi, Karya Syaikh Abdullah Al Bassam.</div> <div style="text-align: justify;"> [3] Diantara ulama yang berpendapat bahwa hukum adzan adalah fardu kifayah adalah sebagian Ulama’ Mazhab Malikiyah dan Syafi’iah, Imam Ahmad, Atha’ bin Abi Robah, Mujahid, Al Auza’i, Ibnu Hazm, dan Ibnu Taimiyah. Sedangkan ulama’ yang berpendapat hukumnya adalah sunnah muakkad adalah Imam Abu Hanifah, sebagian Ulama’ Madzhab Syafi’iah dan Malikiyah. Lihat <em>Shahih Fiqh Sunnah</em>, cetakan Darut Taufiqqiyyah Litturotsi, Jilid I,halaman 240,karya Syaikh Kamal bin As Sayid Salim.</div> <div style="text-align: justify;"> [4] Berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari Sahabat Ibnu Umar, bahwasanya Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa salam</em> bersabda <em>“Tidak ada adzan dan iqomah bagi wanita”</em></div> <div style="text-align: justify;"> [5] Lihat <em>Shahih Fiqh Sunnah</em>, cetakan Darut Taufiqqiyyah Litturotsi, Jilid I,halaman 243, karya Syaikh Kamal bin As Sayid Salim.</div> <div style="text-align: justify;"> [6] Ulama’ berselisih pendapat tentang hukum adzan sebelum waktu subuh tiba. Pendapat yang benar adalah hal tersebut dianjurkan. Ulama’ yang berpendapat bahwa hal tersebut dianjurkan diantaranya adalah Imam Malik, Syafi’i, Ahmad, Al Auza’i, Ishaq, Abu Tsauri, Abu Yusuf, dan Ibnu Hazm.</div> <div style="text-align: justify;"> [7] Lihat <em>Taudihul Ahkam Syarah Bulughul Maram</em>, Cetakan Darul Mayman, Jilid I, halaman 605, karya Karya Syaikh Abdullah Al Bassam.</div> <div style="text-align: justify;"> [8] Hadits Shahih diriwayatkan oleh Abu Daud (531), At Tirmidzi (672), Ibnu Majah (714), dan An Nasa-i (672)</div> <div style="text-align: justify;"> [9] Hadits Hasan diriwayatkan oleh Abu Daud (499), At Tirmidzi (189), Ibnu Majah (706), dan lain-lain.</div> <div style="text-align: justify;"> [10] Lihat <em>Shahih Fiqh Sunnah</em>, cetakan Darut Taufiqqiyyah Litturotsi, Jilid I, halaman 247, karya Syaikh Kamal bin As Sayid Salim.</div> <div style="text-align: justify;"> [11] Lihat <em>Shahih Fiqh Sunnah</em>, cetakan Darut Taufiqqiyyah Litturotsi, Jilid I, halaman 247, karya Syaikh Kamal bin As Sayid Salim.</div> <div style="text-align: justify;"> [12]Hadits Hasan diriwayatkan oleh Abu Daud (499), At Tirmidzi (189), Ibnu Majah (706), dan lain-lain.</div> <div style="text-align: justify;"> [13] Hal ini berdasarkan sebuah hadits hasan dari Sahabat Abi Mahdzuroh yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (500-503), At Tirmidzi (192), Ibnu Majah (709), dan An Nasa’i (II/4).</div> <div style="text-align: justify;"> [14] Hadits Shahih diriwayatkan oleh At Tirmidzi (197) dan Ahmad (IV/308).</div> <div style="text-align: justify;"> [15] Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari sahabat Umar bn Khattab oleh Imam Muslim (385) dan Abu Dawud (523).</div> <div style="text-align: justify;"> [16] Berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari (187) dan Muslim (503) dari Sahabat Abu Juhaifah.</div> <div style="text-align: justify;"> [17] Berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad (16043), Abu Dawud (499),  At Tirmidzi (189), dan Ibnu Khuzaimah (386) dari Sahabat Anas bin Malik.</div> <div style="text-align: justify;"> [18] Lihat <em>Taudihul Ahkam Syarah Bulughul Maram</em>, Cetakan Darul Mayman, Jilid I, halaman 573, karya Syaikh Abdullah Al Bassam.</div> <div style="text-align: justify;"> [19] Ulama’ yang berpendapat bahwa adzan hukumnya adalah fardu kifayah maka mereka juga berpendapat iqomah hukumnya adalah fardu kifayah. Begitu juga dengan ulama’ yang berpendapat bahwa adzan itu sunnah muakkad, maka iqomah juga sunnah muakkad. Lihat<em>Taisirul ‘Alam Syarah ‘Umdatul Ahkam</em>, hal 85,  cetakan Maktabah Al Asadi dan Taudihul Ahkam Syarah Bulughul Marom, Cetakan Darul Mayman, Jilid I, halaman 573, keduanya Karya Syaikh Abdullah Al Bassam.</div> <div style="text-align: justify;"> [20] Lihat <em>Shahih Fiqh Sunnah</em>, cetakan Darut Taufiqqiyyah Litturotsi, Jilid I, halaman 254, karya Syaikh Kamal bin As Sayid Salim.</div> <div style="text-align: justify;"> [21] Berdasarkan hadits hasan yang diriwayatkan oleh Abu Daud (499), At Tirmidzi (189), Ibnu Majah (706), dan lain-lain.</div> <div style="text-align: justify;"> [22] Hal ini berdasarkan sebuah hadits hasan dari Sahabat Abi Mahdzurah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (500-503), At Tirmidzi (192), Ibnu Majah (709), dan An Nasa’i (II/4)</div> <div style="text-align: justify;"> [23] Lihat <em>Shahih Fiqh Sunnah</em>, cetakan Darut Taufiqqiyyah Litturotsi, Jilid I, halaman 255, karya Syaikh Kamal bin As Sayid Salim.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> Catatan editor</div> <ol style="text-align: justify;"> <li>Syaikh Shalih Al Fauzan <em>hafizhahullah </em>menjelaskan bahwa kita disunnahkan melatunkan adzan dengan suara yang baik dan hukum melagukan adzan itu makruh. (Demikian perkataan beliau dari durus  Al Muntaqa Al Akhbar ketika menjelaskan masalah Adzan). Karena melagukan adzan sering terjadi lahn (kesalahan dalam pengucapan). <em>Wallahu a’lam</em>.</li> <li>Sedangkan dalil yang menyebutkan, “<em>Siapa yang adzan,  maka hendaklah dialah yang iqamah</em>”, hadits ini adalah hadits yang <strong><em>dha’if</em></strong>. Hadits ini dikatakan <em>dha’if</em> oleh Syaikh Al Albani dalam Irwaul Ghalil no. 237.</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> </div> Muhammad Rezki Hr</div>

renungan sholat tentang azan dan iqomah yang shohih

Adzan dan Iqomah merupakan di antara amalan yang utama di dalam Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda : “Imam seb...

lebih lanjut..:)>>>>»