Langsung tidur setelah shalat subuh ternyata tidak dianjurkan
dalam Islam dan beberapa ulama menjelaskan hukumnya adalah makruh (jika
tidak ada udzur dan keperluan). Selain itu, kurang baik juga untuk pola
hidup yang sehat. Setelah subuh adalah waktu turunnya berkah dan rezeki,
jika tidur maka tidak mendapatkan berkah ini.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.” [1]
Beberapa ulama menjelaskan hukumnya adalah makruh. Urwah bin Zubair berkata,
كان الزبير ينهى بنيه عن التصبح ( وهو النّوم في الصّباح )
“Zubair bin Awwam melarang anaknya tidur setelah subuh.”[2]
Jika berbicara tentang “berkah” terkadang tidak masuk logika dan hitungan matematika. Mungkin ada yang bilang:
“Saya sering tidur setelah subuh (bahkan kelewatan shalat subuh), tapi rezeki saya lancar”
Jawabnya: walaupun secara hitungan rezekinya banyak, tetapi belum
tentu berkah. Belum tentu ia qonaah dan bahagia dengan banyaknya
hartanya. Bisa jadi banyak ia dapat, banyak juga ia keluarkan dalam hal
yang tidak bermanfaat. Atau hartana “dibuang-buang” oleh anaknya dan
keluarganya dalam hal maksiat dna dosa.
Sebaiknya jangan tidur setelah subuh karena waktu itu juga turunya rezeki dan berkah. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
rahimahullah berkata,
وَنَوْمُ
الصُّبْحَةِ يَمْنَعُ الرِّزْقَ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ وَقْتٌ تَطْلُبُ فِيهِ
الْخَلِيقَةُ أَرْزَاقَهَا، وَهُوَ وَقْتُ قِسْمَةِ الْأَرْزَاقِ،
فَنَوْمُهُ حِرْمَانٌ إِلَّا لِعَارِضٍ أَوْ ضَرُورَةٍ،
“Tidur setelah subuh mencegah rezeki, karena waktu subuh adalah
waktu mahluk mencari rezeki mereka dan waktu dibagikannya rezeki. Tidur
setelah subuh suatu hal yang dilarang [makruh] kecuali ada penyebab atau keperluan.”[3]
Bahaya pola tidur setelah subuh secara medis
Secara medis, pola tidur setelah subuh kurang sehat. Perlu diingat
yang namanya pola hidup tidak sehat, bukan sekarang akibatnya, tetapi
akumulasi dan akan terasa ketika usia mulai menua karena pola hidup yang
tidak sehat. Sebagaimana para perokok yang mengaku:
“Saya perokok tetapi masih kuat nih olahraga, masih sehat kok”
jawabnya: nanti kita lihat ketika ia sudah akan tua, banyak keluhan kesehatan bagi perokok ketika sudah tua.
Tidur setelah subuh tidak baik untuk kesehatan, karena saat itu
adalah jam tubuh mulai melakukan metabolisme dan pemanasan. Jika
tertidur lagi maka ibarat kendaraan yang tidak melakukan pemanasan.
Ketika bangun jam 7 atau jam 8 pagi terasa masih lemas dan kurang
bersemangat.
Tidur setelah subuh kurang sehat sebagaimana dijelaskan oleh ulama
yang juga seorang dokter, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Beliau berkata,
وَهُوَ
مُضِرٌّ جِدًّا بِالْبَدَنِ لِإِرْخَائِهِ الْبَدَنَ وَإِفْسَادِهِ
لِلْفَضَلَاتِ الَّتِي يَنْبَغِي تَحْلِيلُهَا بِالرِّيَاضَةِ
“Tidur setalah subuh sangat berbahaya bagi badan karena
melemahkan dan merusak badan karena sisa-sisa [metabolisme] yang
seharusnya diurai dengan berolahraga/beraktifitas.”[4]
Jika bergadang sebelumnya dan perlu tidur, diusahakan tidur setelah terbit matahari
Setelah begadang semalaman, tidurnya (untuk balas) tidak langsung
setelah subuh, tetapi setelah terbit matahari sekitar jam 6 pagi atau
jam 6.30 (waktu Indonesia).
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
rahimahullah berkata,
ومن المكروه عندهم : النوم بين صلاة الصبح وطلوع الشمس فإنه وقت غنيمة ….حتى لو ساروا طول ليلهم لم يسمحوا بالقعود عن السير ذلك الوقت حتى تطلع الشمس
“Di antara yang tidak disukai adalah tidur antara shalat pagi dan
ketika matahari terbit, karena tidur pada waktu itu kurang baik….
sampai-sampai jika seseorang berjalan (safar) sepanjang malam, mereka
tidak diizinkan untuk duduk (tidur dan istirahat) sampai terbit
matahari.”
Beberapa ulama yang cukup sibuk melakukan seperti ini, mereka tidur
sebentar setealah terbit matahari kemudian berangkat kerja dan mengajar.
Tips agar tidak tidur lagi setelah shalat subuh
Memang godaan tidur setelah subuh “luar biasa” dan “berat” bagi mereka yang tidak biasa. Ini hanya “masalah kebiasaan” saja.
kunci utama merubah kebiasaan adalah:
“Mencari kegiatan setelah shalat subuh, jika bisa jangan kegiatan sendiri”
Misalnya:
-Belajar setelah shalat subuh di masjid
-Memasak setelah shalat subuh
-Jalan-jalan dengan anak-anak
hendaknya kita punya kegiatan setelah subuh, seperti membaca atau
menghapal Al-Quran dengan suara yang agak dibesarkan, menghapal hadist,
berdzikir pagi-petang, menghapal doa-doa keseharian, setoran hapalan.
Namun ada juga yang mengaji atau berdzikir lama-kelamaan ketiduran,
maka handaklah kita mencari kegiatan yang melibatkan orang banyak.
Misalnya saling setoran hapalan dengan beberapa orang dimasjid,
mengikuti majelis ilmu ba’da subuh dimasjid, belajar membaca dan
memperbaiki Al-Quran.
Sangat tepat apa yang diucapkan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
rahimahullah berkata,
وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلَتْهَا بِالحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالبَاطِلِ
“Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil”[5]
Bisa juga faktor maksiat yang sering dilakukan dan belum bertaubat
Bangun shalat subuh juga kebiasaan, jika berat dan susah bangun
mungkin faktor kebiasaan atau ada maksiat yang dilakukan sehingga susah
melakukan ibadah shalat subuh.
Bisa sering begadang Atau dan karena ada kemaksiatan yang baru-baru
dilakukan terus-menerus tanpa istigfar sehingga badan susah melakukan
ketaatan, dan hati berat untuk dibawa beribadah. Sehingga yang
sebelumnya kita bangun ketika adzan berkumandang, sekarang hati mulai
keras dan telinga sudah tidak peka lagi dengan suara adzan, badanpun
berat dibawa untuk menjawab panggilan masjid.
Dari Abu Shalih dari Abu Hurairah
Radhiallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إِنَّ
الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ ذَنْبًا نُكِتَ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ
سَوْدَاءُ فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ
زَادَ زَادَتْ حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي الْقُرْآنِ: كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى
قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
”Sesungguhnya seorang mukmin, jika melakukan satu perbuatan dosa,
maka ditorehkan di hatinya satu titik hitam. Jika ia bertaubat,
berhenti dan minta ampun, maka hatinya akan dibuat mengkilat (lagi).
Jika semakin sering berbuat dosa, maka titik-titik itu akan bertambah
sampai menutupi hatinya. Itulah” raan” yang disebutkan Allah ta’ala,
“Sekali-kali tidak akan tetapi itulah” raan” yang disebutkan Allah dalam Al Qur’an”.[6]
Ada yang manjadikan salah satu indikator hatinya mulai mengeras
adalah susah bangun shalat subuh. Untuk selevel ulama salah mereka
menjadikan susahnya shalat malam sebagai salah satu indikator hati
mereka mulai mengeras.
Sufyan ats-Tsauri
rahimahullah beliau berkata,
حرمت قيام الليل خمسة أشهر بذنب أذنبته
“Selama lima bulan aku terhalang untuk melakukan shalat malam karena dosa yang aku lakukan.”[7]
Jika ada yang berkata, “saya bermaksiat setiap hari, tapi nanti malam
saya bisa bangun malam jika saya mau”. Maka kita katakan bahwa, hatinya
sudah tidak peka lagi mendeteksi maksiat. Hati para ulama cukup bersih
sehingga sangat peka terhadap maksiat. Ibarat tubuh yang sehat akan
terasa jika ada sakit sedikit.
Demikian semoga bermanfaat
Raehanul Bahraen
[1] HR. Abu Daud no. 2606. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi Daud
[2] HR. Ibnu Abi Syaibah 5/222
[3]
Zadul Ma’ad fi Hadyi Khairil ‘Ibaad 4/222, Muassah Risalah, Beirut, cet. Ke-27, 1415 H
[4]
Zadul Ma’ad fi Hadyi Khairil ‘Ibaad 4/222, Muassah Risalah, Beirut, cet. Ke-27, 1415 H
[5]
Al Jawabul Kaafi hal 156, Darul Ma’rifah, cetakan pertama, Asy-Syamilah
[6] HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan dihasankan Al Albani
[7]
Qiyaamul Lail, Fadhluhu wa Aadaabuhu