0 Comment
introspeksi diri setelah beramal itu ada tiga jenis :

1. Introspeksi diri atas ketaatan yang telah ia lakukan. Apakah ada kekurangannya ? Apakah sudah sesuai keinginan Allâh dan tuntunan rasul-Nya ?
Misalnya, apakah shalat yang kita lakukan telah sesuai dengan tuntunan Rasulullah ? Baik lahir maupun batin. Ataukah hanya sebatas lahiriahnya saja ? Jauh dari kekhusyu'an bahkan ada unsur dunia di dalamnya ? Sejak takbiratul ihrâm sampai salam. Padahal kita diperintahkan shalat untuk mengingat Allâh !! Bukan mengingat yang lain. Sebagaimana firman-Nya :

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. [Thâhâ/20:14]

Apabila dalam shalat kita hanya ingat kepada Allâh, maka shalat kita akan bisa membimbing kita melakukan berbagai kebaikan dan menjauhkan kita dari kemungkaran. Sebagaimana firman Allâh.

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. [al-Ankabût/29: 45]

2. Introspeksi diri atas setiap amalan yang sebaiknya ditinggalkan.
Sebagai permisalan adalah kebiasaan sebagian orang yang merayakan malam tahun baru dengan bergadang semalam suntuk, membuat gaduh dengan suara petasan, klakson serta knalpot, serta berbagai bentuk gangguan terhadap orang lain, sampai akhirnya tidak bisa melaksanakan shalat Shubuh, karena terlalu letih. Dengan perbuatan seperti ini, sang pelaku minimal melakukan dua jenis dosa. Pertama, dosa menzhalimi orang lain yaitu telah mengganggu orang lain. Dosa jenis ini tidak akan diampuni oleh Allâh sampai orang yang terzhalimi memaafkannya. Kedua, dosa kepada Allâh, karena meninggalkan suatu yang diwajibkan, yakni shalat Shubuh berjamaah pada waktunya.

3. Introspeksi diri atas setiap amalan yang mubah dan suatu kebiasaan. Kenapa dia melakukannya ? Apakah demi mencapai kesuksesan akhirat ? Kalau ya, berarti dia telah beruntung. Ataukah demi kenikmatan dunia yang sesaat ? kalau ini metovasinya, malah alangkah ruginya.

Misalnya, makan dan minum kita. Apakah hanya sekedar untuk memuaskan nafsu, ? Ataukah supaya berbadan kekar lalu bangga dan sombong karenanya ? Semua ini akan sirna bersama dengan datangnya ajal. Ataukah makan dan minum itu kita lakukan demi menjaga stamina tubuh kita agar bisa beribadah dengan kuat dan khusyu' ? Apabila yang pertama motivasi kita, niscaya yang kita dapatkan hanya secuil kenikmatan dunia yang tidak berarti sama sekali bila dibandingkan dengan kenikmatan akherat. Namun, jika yang kedua yang menjadi niat kita, maka dengan idzin Allâh Azza wa Jalla, kita akan meraih kenikmatan dunia dan kesempurnaanya di akherat, alias sukses dunia dan akherat.

Bertahap kita lakukan introspeksi diri atas kewajiban kita

Posting Komentar Blogger

 
Top