0 Comment
http://ldkarrahmanunja.files.wordpress.com/2010/12/hati-keras.jpgoleh: Ustadz Abu Ahmad Said Yai, Lc.

{ أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ}

Artinya: “Maka apakah orang-orang yang dibukakan oleh Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang hatinya keras)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang hatinya keras untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS Az-Zumar: 22)
Ringkasan Tafsir[1]
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan oleh Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam”, yaitu dengan dipermudah untuk mengenal-Nya, bertauhid kepada-Nya, taat akan perintah-Nya dan menjadi bertambah semangat untuk mengerjakan ajaran Islam. Dan ini adalah pertanda yang baik bagi seseorang.
“Lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya”, yaitu cahaya kebenaran yang membuat hatinya bertambah yakin.  Apakah mereka itu sama dengan orang yang hatinya keras? Tentu saja tidak sama.
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang hatinya keras untuk mengingat Allah”, yaitu mereka yang hatinya tidak lunak ketika diingatkan akan Allah, tidak khusyû’, tidak paham, tidak sadar dan selalu membangkang.
“Mereka itu dalam kesesatan yang nyata” yang  akan mengantarkan mereka kepada kebinasaan.

Hati Memiliki Sifat
Setiap manusia memiliki sifat yang berbeda-beda. Sifat-sifat tersebut pun bisa berubah-ubah setiap waktu. Begitu pula hati, dia pun memiliki sifat. Hati bisa menjadi sehat dan juga bisa menjadi sakit. Allah subhânahu wa ta’âlâ berfirman:

{ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ غَرَّ هَؤُلَاءِ دِينُهُمْ }

Artinya: “…Dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata, ‘Mereka itu (orang-orang mumin) ditipu oleh agamanya.” (Al-Anfâl : 49)
Hati juga bisa menjadi lunak dan juga bisa menjadi sekeras batu. Allah subhânahu wa ta’âlâ berfirman:

{ ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً }

Artinya: “Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (QS Al-Baqarah : 74)
Begitu pula hati bisa mengkilap, bersinar dan bisa juga menjadi hitam kelam sebagaimana diterangkan di beberapa hadîts Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Oleh karena itu, sebisa mungkin kita memperhatikan kondisi hati kita setiap saat. Jangan sampai hati kita menjadi hati yang keras atau mulai mengeras sehingga nantinya akan menjadi keras. Na’ûdzu billâhi min dzâlik.
Bahaya Hati yang Keras
Ayat di atas dengan jelas menerangkan bahwa orang yang hatinya keras sangat tercela dan dalam kesesatan yang nyata.
Mâlik bin Dînâr rahimahullâh pernah berkata:

( مَا ضُرِبَ عَبْدٌ بِعُقُوْبَةٍ أَعْظَمِ مِنْ قَسْوَةِ قَلْبٍ، وَمَا غَضِبَ اللهُ -عَزَّ وَجَلَّ- عَلَى قَوْمٍ إِلَّا نَزَعَ مِنْهُمُ الرَّحْمَةَ.)

Artinya: “Seorang hamba tidaklah dihukum dengan suatu hukuman yang lebih besar daripada hatinya yang dijadikan keras. Tidaklah Allah ‘azza wa jalla marah terhadap suatu kaum kecuali Dia akan mencabut rasa kasih sayang-Nya terhadap mereka.”[2]
Tanda-tanda hati yang keras atau mulai mengeras
Hati yang keras atau mulai mengeras memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
  1. Bermalas-malasan dalam mengerjakan kebaikan dan ketaatan, serta meremehkan suatu kemaksiatan.
  2. Tidak terpengaruh hatinya dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan. Berbeda dengan kaum mu’minîn, hati mereka akan bergetar jika dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an atau diingatkan akan Allah. Allah subhânahu wa ta’âlâ berfirman:

{ إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ }

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah  gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Rabb-lah mereka bertawakkal.” (QS Al-Anfâl : 2)
  1. Tidak terpengaruh hatinya dengan berbagai ujian, musibah dan cobaan yang diberikan oleh Allah subhânahu wa ta’âlâ. Allah subhânahu wa ta’âlâ berfirman:

{ أَوَلَا يَرَوْنَ أَنَّهُمْ يُفْتَنُونَ فِي كُلِّ عَامٍ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوبُونَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُونَ }

Artinya: “Dan tidakkah mereka (orang-orang munâfiq) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?” (QS At-Taubah : 126)
  1. Tidak merasa takut akan janji dan ancaman Allah subhânahu wa ta’âlâ
  2. Bertambahnya kecintaan terhadap dunia dan mendahulukannya atas akhirat
  3. Tidak tenang hatinya dan selalu merasa gundah
  4. Bertambahnya dan meningkatnya kemaksiatan yang dilakukannya. Allah subhânahu wa ta’âlâ berfirman:

{ فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ }

Artinya: “Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (QS Ash-Shaf : 5)
  1. Tidak mengenal atau tidak membedakan perbuatan ma’ruf dan munkar.
Dan masih banyak lagi tanda yang lainnya. Oleh Karena itu, sebisa mungkin kita mendeteksi keadaan hati kita, jangan sampai hati kita mulai mengeras.
Sebab-sebab kerasnya hati
Hati menjadi keras tentu ada penyebabnya. Penyebab-penyebab kerasnya hati di antaranya adalah sebagai berikut:
  1. Kesyirikan, kekufuran dan kemunafikan.
Inilah sebab yang paling besar yang dapat menutupi hati seseorang dari menerima kebenaran.

{ سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ}

Artinya: “Akan kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, karena mereka telah mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka. Dan Itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim.” (QS Ali ‘Imrân: 151)
  1. Mengingkari perjanjian yang dibuat kepada Allah
Allah subhânahu wa ta’âlâ berfirman:

{ فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً }

Artinya: “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka kami laknat mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu. (QS Al-Mâ-idah : 13)
Syaikh Abu Bakr Al-Jazâiri ketika menafsirkan ayat ini, beliau berkata, “Melanggarnya dengan tidak konsisten dengan apa yang ada di dalamnya yang berupa perintah dan larangan.”[3]
  1. Banyak tertawa
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(( لاَ تُكْثِرُوا الضَّحِكَ ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ.))

Artinya: “Janganlah kalian banyak tertawa! Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.”[4]
  1. Banyak berbicara dan banyak makan
Bisyr bin Al-Hârits pernah berkata:

(خَصْلَتَانِ تُقَسِّيَانِ الْقَلْبَ: كَثْرَةُ الْكَلَامِ وَكَثْرَةُ الْأَكْلِ.)

Artinya: “Dua hal yang dapat mengeraskan hati: Banyak berbicara dan banyak makan.”[5]
  1. Banyak melakukan dosa
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

( إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ ، فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ ، صُقِلَ قَلْبُهُ ، فَإِنْ زَادَ ، زَادَتْ ، فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَهُ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ : {كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}.)

Artinya: “Sesungguhnya seorang mu’min jika melakukan dosa, maka akan terbintik hitam di hatinya. Jika dia bertaubat, berhenti (dari dosa tersebut) dan memohon ampun, maka hatinya akan mengkilap. Apabila dia terus melakukan dosa, maka bertambah pula titik hitam itu. Itu adalah Ar-Rân (Penutup) yang disebutkan oleh Allah di kitab-Nya: ‘Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka (QS Al-Muthaffifîn : 14).’.”
  1. Lalai dari ketaatan
Allah subhânahu wa ta’âlâ berfirman:

{ وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ}

Artinya: “Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang-binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (QS Al-A’râf : 179)
  1. Lagu-laguan dan alat musik
‘Abdullah bin Mas’ûd radhiallâhu ‘anhu pernah berkata:

(( الْغِنَاءُ يُنْبِتُ النِّفَاقَ فِى الْقَلْبِ ))

Artinya: “Lagu-laguan menumbuhkan kemunafikan di dalam hati.”[6]
  1. Suara wanita yang menggoda

{ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا }

Artinya: “Maka janganlah kamu tunduk (menghaluskan suara) dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik!” (QS Al-Ahzâb : 32)
  1. Mengikuti hal-hal yang merusak hati
Hal-hal yang merusak hati sangatlah banyak. Akan tetapi, dari semua itu ada lima hal yang menjadi “kunci utama” perusak hati. Kelima hal tersebut sebagaimana dikatakan oleh Ibnul-Qayyim rahimahullâh:

(وَأَمَّا مُفْسِدَاتُ الْقَلْبِ الْخَمْسَةُ…: مِنْ كَثْرَةِ الْخِلْطَةِ, وَالتَّمَنِّي, وَالتَّعَلُّقُ بِغَيْرِ اللهِ, وَالشَّبْعُ, وَالْمَنَامُ. فَهذِهِ الْخَمْسَةُ مِنْ أَكْبَرِ مُفْسِدَاتِ الْقَلْبِ.)

Artinya: “Adapun kelima hal yang merusak hati adalah: banyak bergaul (berkumpul dengan manusia), (banyak) berangan-angan, tergantung kepada selain Allah, kekenyangan (banyak makan) dan (banyak) tidur. Inilah kelima hal utama yang dapat merusak hati ”[7]
Dengan mengetahui sebab-sebab ini, mudah-mudahan kita bisa menghindarinya, sehingga hati kita tidak menjadi keras atau bertambah keras.
Obat hati yang keras
Hati yang keras juga memiliki obat agar dia bisa kembali melunak. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat melunakkan hati:
  1. Beriman kepada Allah dan selalu meningkatkan keimanan.
Allah subhânahu wa ta’âlâ berfirman:

{ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ }

Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (QS At-Taghâbun : 11)
  1. Banyak mengingat Allah (ber-dzikr) dan membaca Al-Qur’an dengan men-tadabburi-nya (memahami dan merenungi maknanya).
Allah subhânahu wa ta’âlâ berfirman:

{ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ }

Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah! Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Ra’d : 28)
  1. Belajar ilmu syar’i
Tidak diragukan lagi bahwa ilmu syar’i dapat membimbing seseorang untuk menjadi hamba Allah yang bertakwa. Di awal surat Ali ‘Imrân Allah subhanahu wa ta’ala memuji orang-orang yang memiliki ilmu mendalam. Tahukah pembaca, doa apakah yang mereka ucapkan? Doa yang diucapkan oleh mereka adalah:

{ رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ }

Artinya: “”Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati-hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia).” (QS Ali ‘Imrân : 8)
Merekalah yang lebih tahu akan Rabb-nya bila dibandingkan orang-orang awam dan mereka juga lebih tahu bahwa hati manusia bisa berubah-ubah, sehingga mereka berdoa dengan doa tersebut.
  1. Berlindung kepada Allah dari hati yang tidak khusyû dengan doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
Doa tersebut yaitu:

(اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا.)

Artinya: “Ya Allah! Aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang bermanfaat, dari hati yang tidak khusyû’, dari jiwa yang tidak kenyang dan dari doa yang tidak dikabulkan.”[8]
  1. Berbuat baik terhadap anak yatim dan orang miskin
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallâhu ‘anhu bahwasanya seseorang mengadu kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang hatinya yang keras. Beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam pun bersabda:

(( إِنْ أَرَدْتَ أَنْ يَلِينَ قَلْبُكَ ، فَأَطْعِمِ الْمِسْكِينَ ، وَامْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ.))

Artinya: “Jika engkau ingin agar hatimu menjadi lunak, maka berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.”[9]
  1. Banyak mengingat kematian
Diriwayatkan dari Shafiyah radhiallâhu ‘anhâ bahwasanya seorang wanita mendatangi ‘Âisyah radhiallâhu ‘anhâ dan mengadukan keadaan hatinya yang keras. Kemudian ‘Âisyah pun berkata, “Perbanyaklah mengingat kematian, engkau akan mendapatkan apa yang kau inginkan.” Kemudian wanita itu pun mengerjakannya. Setelah itu, dia pun mendapatkan petunjuk di hatinya dan bersyukur kepada ‘Âisyah radhiallâhu ‘anhâ.[10]
Sa’îd bin Jubair[11] dan Rabî’ bin Abi Râsyid[12] rahimahumallâh pernah berkata:

(( لَوْ فَارَقَ ذِكْرُ الْمَوْتِ قَلْبِي سَاعَةً خَشِيت أَنْ يَفْسُدَ قَلْبِي.))

Artinya: “Seandainya mengingat kematian terpisah dari hatiku satu waktu saja, saya takut hatiku akan menjadi rusak.”
  1. Banyak berziarah kubur
Abu Thâlib (murid Imam Ahmad) pernah berkata, “Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Abu ‘Abdillâh (Imam Ahmad) tentang bagaimana melunakkan hatinya. Beliau pun menjawab, ‘Masuklah ke dalam pemakaman dan usaplah kepala anak yatim.’.”[13]
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

(( …فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ.))

Artinya: “Kunjungilah oleh kalian pemakaman! Sesungguhnya hal itu dapat mengingatkan akan kematian.”[14]
  1. Menghadiri majlis ta’lim dan majlis nasihat
Menghadiri majlis-majlis seperti ini sangat berpengaruh terhadap hati manusia. Mari kita perhatikan apa yang dikatakan oleh Al-‘Irbâdh bin Sâriyah radhiallâhu ‘anhu , “Pada suatu hari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam shalat kemudian menghadap ke kami dan memberikan nasihat yang sangat menyentuh, yang membuat mata-mata menangis dan hati-hati menjadi takut.”[15]
  1. Menjauhi sebab-sebab terjadinya fitnah dan dosa
Agar hati kita tidak menjadi keras, maka kita berusaha sekuat mungkin untuk menjauhi sebab-sebab terjadinya dosa atau fitnah. Oleh karena itu, Allah subhânahu wa ta’âlâ melarang para sahabat bertanya atau meminta sesuatu hal kepada istri-istri Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam kecuali dari belakang tabir.
Allah subhânahu wa ta’âlâ berfirman:

{ وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ }

Artinya: “Dan apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri- istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (QS Al-Ahzâb : 53)
10. Makan makanan yang halal
Imam Ahmad pernah ditanya oleh seseorang, “Dengan apa hati bisa menjadi lunak?” Kemudian beliau pun menjawab, “Ya bunayya (wahai anakku)! Dengan makan makananan yang halal.”[16]
11. Shalat malam
12. Beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah di waktu sahûr (sebelum Subuh)
13. Berteman dengan orang-orang yang soleh
Ibrâhim Al-Khawwâsh pernah berkata:

(دَوَاءُ الْقَلْبِ خَمْسَةُ أَشْيَاء : قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ, وَخَلَاءُ الْبَطْنِ, وَقِيَامُ اللَّيْلِ, وَالتَّضَرُّعُ عِنْدَ السَّحْرِ, وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِيْنَ.)

Artinya: “Obat hati ada lima macam, yaitu: membaca Al-Qur’an dengan men-tadabburi-nya, mengosongkan perut, shalat malam, mendekatkan diri (kepada Allah) di waktu sahûr dan duduk-duduk (berteman) dengan orang-orang yang soleh.”[17]
Bertaubat dari hati yang keras
Mungkin di antara pembaca yang budiman ada yang berkata, “Hati saya sudah sangat keras. Mana mungkin Allah menerima taubatku! Dosa yang telah saya lakukan sangatlah banyak.”
Ketahuilah bahwa Allah subhânahu wa ta’âlâ memiliki nama Al-Ghafûr (Maha Pemberi Ampun). Allah akan mengampuni semua dosa hamba-Nya jika dia benar-benar ingin kembali kepada-Nya.
Cobalah baca ayat berikut ini:

{ قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ }

Artinya: “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah! Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Az-Zumar : 53)
Dan coba juga perhatikan hadîts qudsi berikut ini:

قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلاَ أُبَالِي ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ ، وَلاَ أُبَالِي ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً.

Artinya: “Allah tabâraka wa ta’âla berkata, ‘Wahai anak adam! Sesungguhnya jika engkau berdoa kepada-Ku dan mengharapkan-Ku maka Aku akan mengampuni semua apa yang ada pada dirimu dan Aku tidak perduli (seberapa besar dosamu). Wahai anak Adam! Seandainya dosamu sampai setinggi langit kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya dan Aku tidak peduli (seberapa besar dosamu). Seandainya engkau datang kepada-Ku dengan sepenuh bumi kesalahan-kesalahan (dosa-dosa), kemudian engkau tidak berbuat syirik terhadapku sedikit pun, maka Aku akan datang sepenuh bumi itu pula dengan pengampunan.”[18]
Kesimpulan
  1. Hati memiliki sifat-sifat yang bisa berubah-ubah.
  2. Orang yang telah dibukakan hatinya untuk menerima agama Islam dan taat kepada Allah tidak sama dengan orang yang berhati keras.
  3. Orang yang berhati keras akan mendapatkan ancaman yang sangat besar
  4. Orang yang berhati keras memiliki sifat-sifat sebagai berikut: bermalas-malasan dalam mengerjakan ketaatan, tidak terpengaruh hatinya dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan dengan berbagai ujian, tidak merasa takut akan janji dan ancaman Allah, bertambahnya kecintaan terhadap dunia dan mendahulukannya atas akhirat, tidak tenang hatinya dan selalu merasa gundah, bertambahnya kemaksiatan yang dilakukannya dll.
  5. Hati bisa menjadi keras disebabkan oleh beberapa hal. Oleh karena itu, sebisa mungkin kita menjauhi sebab-sebab tersebut.
  6. Hati yang keras pun dapat diobati dengan berbagai cara yang telah disebutkan.
  7. Orang-orang yang telah terjerumus kepada kemaksiatan atau merasa bahwa hatinya sangat keras, maka harus segera bertaubat dan Allah akan mengampuni orang-orang yang benar-benar bertaubat kepada-Nya.
Demikian. Mudahan bermanfaat dan mudah-mudahan Allah selalu menjaga hati kita agar tetap lunak. Amin.

(( يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ وَطَاعَتِكَ. آمِيْن ))

Palembang, 24 Muharram 1432 H/30 Desember 2010.


Daftar Pustaka
  1. Aisarut-Tafâsîr li kalâm ‘Aliyil-Kabîr. Jâbir bin Musa Al-Jazâiri.
  2. At-Tahrîr wa At-Tanwîr. Muhammad Ath-Thâhir bin ‘Âsyûr. 1997. Tinusia: Dar Sahnûn.
  3. Az-Zuhd. Ahmad bin Hanbal Asy-Syaibâni. Beirut: Dârul-Kutub Al-‘Ilmiyah.
  4. Dzammu Qaswatil-Qalb. Al-Hâfidzh Ibnu Rajab Al-Hanbali dan Muqaddimah muhaqqiq-nya, Abu Maryam Thâriq bin ‘Âtif hijâzi. Dâr Ibni Rajab.
  5. Dzammul-Hawâ. ‘Abdurrahmân bin Abil-Hasan Al-Jauzi. Tahqîq : Mushthafâ ‘Abdul-Wâhid.
  6. Hilyatul-Auliyâ’ wa Thabaqatul-Ashfiyâ’. Abu Nu’aim Ahmad bin ‘Abdillah Al-Ashbahâni. 1405. Beirut: Dârul-Kitâb Al-‘Arabi.
  7. Jâmi’ul-bayân fî ta’wîlil-Qur’ân. Muhammad bin Jarîr Ath-Thabari. Beirut: Muassasah Ar-Risâlah.
  8. Ma’âlimut-tanzîl. Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ûd Al-Baghawi. 1417 H/1997 M. Riyâdh:Dâr Ath-Thaibah.
  9. Madârijus-sâlikîn. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Beirut: Dâru Ihyâ’ At-Turâts Al-‘Arabi.
10. Mushannaf Ibni Abi Syaibah. ‘Abdullâh bin Muhammad bin Abi Syaibah. Dâr As-Salafiyah Al-Hindiyah Al-Qadîmah.
11. Syu’abul-Îmân. Ahmad bin Al-Husain Al-Baihaqi. 2003 M/1423 H. Riyâdh: Maktabatur-Rusyd.
12. Tafsîr Al-Qur’ân Al-’Adzhîm. Ismâ’îl bin ‘Umar bin Katsir. 1420 H/1999 M. Riyâdh: Dâr Ath-Thaibah.
13. Thabaqât Al-Hanâbilah. Abul-Husain bin Abi Ya’la. Beirut: Dârul-Ma’rifah.
14. Dan sumber-sumber lain yang sebagian besar telah dicantumkan di footnotes.


[1] Diringkas dan digabungkan dari: Tafsîr At-Thabari XXI/277-278, Tafsîr Ibni Katsîr III/334-336 dan VII/93 serta At-Tahrîr wa At-Tanwîr XXIV/63-64.
[2] Ma’âlimut-Tanzîl VII/115.
[3] Aisarut-Tafâsîr I/338.
[4] HR Ibnu Majah no. 4193 dan yang lainnya (Dinyatakan shahîh oleh Syaikh Al-Albâni di Shahîh Ibni Mâjah).
[5] Hilyatul-Auliyâ’ VIII/350 .
[6] HR Al-Baihaqi di Syu’abil-Îmân VII/107 dan yang lainnya (Hadîts mauqûf ini dinyatakan shahîh isnâd-nya oleh Syaikh Al-Albâni di Silsilah Adh-Dha’îfah ketika men-takhrîj hadîts no. 2430).
[7] Madârijus-Sâlikîn I/343.
[8] HR Muslim no. 7081 dan yang lainnya.
[9] HR Ahmad no. 7576 dan 9018. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albâni di Ash-Shahîhah no. 854.
[10] HR Ibnu Abi Ad-Dunya (takhrîj ini dinukil dari kitab Dzammu Qaswatil-qalb).
[11] HR Ahmad di Az-Zuhd no. 2006, Hilyatul-Auliya’ IV/276 dan yang lainnya.
[12] HR Ibnu Abi Syaibah di Al-Mushannaf XIII/562 dan yang lainnya.
[13] Thabaqât Al-Hanâbilah I/39.
[14] HR Muslim no. 2304 dan yang lainnya.
[15] HR Abu Dâwud no. 4607, At-Tirmidzi no. 2676 dan Ibnu Mâjah no. 43 (Hadîts ini dinyatakan shahîh oleh Syaikh Al-Albâni di Shahih Abi Dâwûd dan yang lainnya).
[16] Hilyatul-Auliyâ’ IX/182.
[17] Dzammul-Hawâ I/70.
[18] HR At-Tirmidzi no. 3540. Hadîts ini di-shahîh-kan oleh Syaikh Al-Albâni di Shahîh At-Tirmidzi.

Posting Komentar Blogger

 
Top