0 Comment
http://www.majulah-ijabi.org/uploads/1/3/8/6/13868877/8066532_orig.jpgAli bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu hendak shalat sebagai imam, tiba-tiba seorang Yahudi mengajukan kepadanya sebuah pertanyaan yang menurutnya menyulitkannya, dia mengira Ali radhiyallahu ‘anhu tidak akan bisa berkonsentrasi pada shalatnya karena sibuk memikirkan jawaban pertanyaan itu.
Yahudi: “Wahai Ali aku telah mendengar tentangmu bahwa kamu adalah ahli hikmah karena ilmumu yang segudang. Aku bertanya kepadamu satu pertanyaan di mana kamu tidak bisa menjawabnya.”
Ali meladeni, Katakan.”
Yahudi berkata, “Hewan apa yang bertelur dan hewan apa yang beranak?
Ali menjawab,Mudah.”
Yahudi ini terheran-heran. Padahal dia mengira bahwa Ali akan pecah konsentrasinya di dalam shalat karena memikirkan hewan yang bertelur dan hewan yang beranak.
Ali berkata, Hewan dengan telinga menonjol beranak dan hewan dengan telinga tidak menonjol bertelur.”
Coba perhatikan di sekitar Anda?
Bapak Alim, Anak Kuli
Seorang bijak melihat pemuda tampan yang terpancar darinya bekas kemuliaan dan ketenangan. Dia bertanya kepadanya, “Apa pekerjaanmu?” Pemuda itu menjawab, “Kuli.” Orang bijak itu kaget. Dia bertanya, “Siapa bapakmu?” Pemuda itu menjawab, “Seorang alim.” Orang bijak itu berkata, “Sebaik-baik bapak dan seburuk-buruk anak.”
Pemuda itu berkata, “Jangan berkata begitu, katakanlah, ‘Sebaik-baik kakek dan seburuk-buruk bapak.” Orang bijak bertanya, “Mengapa?” Pemuda itu menjawab, “Karena kakekku telah mendidik bapakku sebagai seorang alim. Sementara bapakku mendidikku sebagai kuli.” Orang bijak itu berkata, “Kamu benar.”
Ummu Siba’(Ibu Binatang Buas)
Seorang wanita berada di sebuah lembah, sementara anak-anaknya sedang menggembala jauh darinya, seorang laki-laki melewati lembah dan melihat seorang wanita sendirian. Laki-laki itu memandangnya dengan pandangan yang mencurigakan.
Wanita itu sadar kalau laki-laki itu memandanginya dengan mata kuarng sopan, dia berujar “Sepertinya kamu merahasiakan sesuatu tentangku.” Karena merasa di tempat tersebut hanya ada mereka berdua maka laki-laki berterus terang, dia menjawab, “Benar.”
Sadar terhadap hal buruk yang akan menimpanya, maka wanita tersebut mengancam, “Jika kamu tidak menghentikan maka aku akan berteriak memanggil binatang buasku.”
Dengan tersenyum kurang sopan, laki-laki itu berkata, “Di lembah ini aku tidak melihat siapa pun selain kita.” Wanita itu berkata, “Jika aku memanggil binatang buasku niscaya ia akan melindungiku darimu dan membantuku atasmu.” Laki-laki itu bertanya, “Apakah kamu mengerti binatang buas?” Wanita itu menjawab mantap, “Sangat mengerti.”
Lalu dia mengangkat suaranya, dia memanggil dengan suara melengking, “Wahai Fahd (singa), wahai Sarhan (serigala), wahai Dziib (serigala).” Tiba-tiba tiga pemuda kekar datang tergopoh-gopoh dari beberapa arah, laki-laki terhenyak, nyalinya nyiut, keinginan terpendamnya susut seketika. “Ada apa denganmu wahai Ibu?” Sontak ketiganya mengucapkannya kepada ibu mereka. Wanita tersebut menjawab, “Orang ini tamu kalian, hormatilah dia.”
Wanita tersebut tidak ingin membuka niat busuk laki-laki ini. Dia mengajarkan sopan santun dengan hikmah para ahli hikmah, ilmu orang-orang yang tahu dan menutupi keburukannya. Maka anak-anaknya menyembelih untuknya dan memberinya makan. Laki-laki itu pergi dengan kekaguman karena melihat kemurahan anak-anak dan ibu mereka yang mulia lagi bijaksana.
Lembah itu diberi nama Ummu Siba’ dan sampai sekarang dikenal dengan nama itu.
Dari Mausu’ah min Qashash as-Salaf, Ahmad Salim Baduwailan.

Posting Komentar Blogger

 
Top